Ichlaskan Sebuah Kehilangan

Kehulangan seorang anak terkasih.
Banyak sekali yang bisa ditulis tentang kehilangan. Bisa tentang kehilangan orang-orang terkasih dan tersayang, bisa juga mengenai benda-benda mati kesayangan kita, ataupun yang menyangkut harta kekayaan yang akhirnya harus hilang karena sebuah penipuan, ulah si jago merah atau melalui jalan lain, yang tidak bisa kita duga sebelumnya.

Seringkali kita saksikan melalui tayangan di telelvisi tentang orang-orang yang kehilangan nyawa disebabkan stress dan bingung dengan kekayaannya yang melimpah ruah. Ketakutan akan kehilangan harta benda yang diperolehnya, kekhawatiran akan berakhirnya sukses yang telah diraihnya. Ketidakseimbangan jiwa menyebabkan seseorang mengambil jalan pintas --  bunuh diri. Sungguh tragis.


Foto terakhir ketika sehat 16.11.13
Namun, selama kita masih memiliki keimanan yang tebal di dalam dada dan kepercayaan yang penuh kepada Takdir Illahi serta mengerti sedalam-dalam akan arti "Berasal dariNya, kembali kepadaNya." Dengan keyakinan ini maka keikhlasan cepat atau lambat akan menyemai dalam dada. Sekali kita memilikinya dengan pekat rasa ikhlas di dalam dada, Insya Allah, kehilangan dalam bentuk apapun akan bisa kita tanggulangi atau kita atasi. Kehilangan tidak akan menyebabkan kita marah-marah, mengamuk, atau bahkan bertindak di luar kendali diri. Semua akan sirna dan ketenangan akan menyapa, hanya karena ikhlas.

Bersyukur ke HadiratNya karena aku masih diberi kesempatan merawatnya.
Bila kehilangan itu dibarengi dengan keikhlasan, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Karena untuk menanamkan sebuah keikhlasan amatlah sulit dan berat serta memerlukan tempaan-tempaan berupa ujian dari Allah Swt. Mereka yang lulus adalah orang-orang terkasih dan apa yang hilang akan mendapatkan gantinya. Seperti Bunda yang kehilangan seorang anak yang paling Bunda kasihi, namun karena kehendakNya jua maka hilanglah dia dari kehidupan Bunda. Berat sekali. Tak urung airmata terasa tidak pernah kering bila mengingatnya. Namun dengan ikhlas yang Bunda benamkan ke dalam hati, serta mengingat bahwa anak Bunda sudah berada dalam tanganNya, mengalami hal yang lebih baik, tidak lagi merasakan sakit. Pelan tapi pasti, luluhlah rasa kehilangan yang tebal itu dalam diri Bunda, sedikit demi sedikit terkikis oleh sebuah keikhlasan. Segalanya di dunia ini tidak ada yang kekal. Bila Allah berkehendak, kapan pun, pasti akan terjadi. Subhaanallah.
Rest In Peace, anakku.

Atas kebesaranNya juga kita diberinya segala rasa. Kini, ketika Bunda mengingat kehilangan anak Bunda, tidak lagi menangis, merasakan leher tercekik karena sedih, namun bibir ini selalu menyunggingkan seulas senyum, seolah Bunda sedang melihat seorang bayi yang baru lahir. Apalagi bila Bunda membaca tulisan tangannya, melihat foto-fotonya, baik ketika anak Bunda masih sehat, segar bugar, ataupun dalam keadaan sakit. Ketika berziarah ke makamnya pun kini, Insya Allah, tidak ada lagi airmata yang tercurah, selain do'a dan bacaan Surah Yasin yang Bunda kumandangkan. Keikhlasan bukan berarti melupakan. Karena anak Bunda selalu melihat Bundadari alam sana dan Bunda akan selalu mengirimkan do'a untuknya. Ketenangan Bunda serta keikhlasan Bunda akan membuat tenang dan damai.


Catatan untuk dihayati:
Jalinlah silalturakhim dengan Ayah, Ibu, kakak, adik dan handai taulan. Berbuatlah segala kebaikan yang bisa kita lakukan untuk orang-orang terkasih dan tersayang selagi masih bersama kita. Kalau sudah tiada, maka yang ada hanya penyesalan yang menyesakkan. Tak guna lagi harta benda yang kita akan  berikan untuk mereka, karena yang diperlukan  hanya  do'a yang khusuk untuk sebuah ketenangan di alam sana. Aamiin, ya, Robbal'alaamiin.


Komentar

  1. Smoga anaknya bunda dilapangkan kuburnya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Makasih kunjungan Jiah ke blog Bunda.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Peluuk balik erat Maya. Makasih kunjungan Maya.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih Een. Semoga segala kebaikan dicurahkan untuk Een.

      Hapus
  4. Bunda, aku turut berbela sungkawa ya. Semoga anak bunda mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Terima kasih, Mita untuk do'anya dan terima kasih juga untuk kunjungan Mita ke blog Bunda.

      Hapus
  5. Semoga alm diterima di sisi Nya ya Bunda....
    *peluk Bunda

    BalasHapus
  6. Makasih, Cikgu Ani. Aamiin. Peluk balik Ani. Makasih sudah berkunjung ke blog Bunda.

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. Aamiin, kalau begitu penilaian fitri anita untuk Bunda. Mudah-mudahan semua yang mengenal Bunda berpendapat seperti itu. Sekali lagi Aamiin. Makasih kunjungan fitri ke blog Bunda.

      Hapus
  8. Balasan
    1. Pasti akan ada kesedihan, tapi setiap individu akan mengalaminya walaupun dalam bentuk yang berlainan dalam kehilangannya. Makasih kunjungan Lidya.

      Hapus
  9. sedih...al fatihah untuk putra bunda...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Don't be, Dewi Rieka. Makasih untuk al fatihannya for my beloved son. Makasih juga kunjungan Dewi ke blog Bunda.

      Hapus
  10. Balasan
    1. Peluk balik buat undridgedstyle. Makasih untuk kunjungannya ke blog Bunda.

      Hapus
  11. Ya Allah sedih banget bacanya. Smg mendapat tempat terbaik disisiNya buat anaknya bunda :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda tidak bermaksud menyebabkan kesedihan buat yang baca, namun itulah berbagai sikap dalam menghadapi sebuah kehilangan. Makasih do'a Putri untuk anak Bunda. Makasih juga kunjungan Putri ke blog Bunda.

      Hapus
  12. Makasih, Chi buat alfatihah-nya. Semoga Allah memberikan kegerkahan buat Chi dan keluarga. Aamiin.

    BalasHapus
  13. al fatihah buat anak bunda...
    semoga diberi tempat yang lapang di sisi-NYA

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih untuk al fathihah-nya, ya, entik. Semoga keberkahan selalu menyelimuti kehidupan entik. Aamiin.

      Hapus
  14. peluuuk bundaaa...ikhlas memang obat untuk semua bunda...walaupun tidak mudah, tapi pasti bisa :)...bismillahirrahmanirrahiiim..

    BalasHapus
    Balasan
    1. My dear indah nuria Savitri, maaf ya, Bunda merespon komentar indah hari ini. Baru minggui ini Bunda agak leluasa. Minggu yang lalu lima hari menunglgu cucu di RS yang kena deman tinggi. Alhamdulillah bukan DBD dan bukan Tifus, hanya terlalu kelelahan saja. Insya Allah, Bunda memang harus berusaha untuk mengingat-Nya terus agar ikhlas ini segera terus bersarang di hati Bunda. Aamiin.

      Hapus
  15. Tanti salut ama sikap dan ketegaran bunda Yati, semoga ananda tersenyum bahagia di surga sana bersama Allah dan para .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Christanty Putriarty, terima kasih, Tanti untuk pujian Tanti. Setahun berlalu tanpa terasa. Terima kasih juga dari Bunda untuk kunjungan Tanti ke blog Bunda.

      Hapus
  16. Setuju sekali, bunda. Kita gak pernah tahu kapan akan berpisah dengan orang-orang kesayangan, ya :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senengnya hati Bunda melihat ada nama Indi di sini. Apa kabar, Indi. Betul sekali, tidak ada yang pernah tahu, karena itu selalu jagalah silaturakhim dengan sebaik yang bisa kita wujudkan. Terima kasih kunjungan Indi dari dunia kecil indi.

      Hapus
  17. Bunda, sy terharu membaca tulisan yg terakhir. Terimakasih Bun sudah diingatkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pipit Widya, kenapa sampe terharu gitu, sayang? Bunda cuma mengingatkan bagi yang masih memiliki Ibu, karena itulah perasaan seorang Ibu yang selalu mendamba keharmonisan di antara anak-anak dan saudara. Sebuah hubungan yang solid selalu membuat rasa bahagia bagi seorang Ibu. Makasih kunjungan Pipit ke Blog Bunda.

      Hapus
  18. Melepas kehilangan adalah membuka jalan bagi kedatangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, Insya Allah membuka jalan bagi kedatangan sebuah semangat yang membara untuk tetap menghadap setiap kesulitan. Makasih kunjungan Faizin Besama ke blog Bunda.

      Hapus
  19. bener mak kita gak pernah tau kapan Allah akan meminta kembali orang - orang yang tersayang :(
    Tapi Allah lebih sayang dengan mereka makanya diambil untuk ditempatkan pada tempat yang lebih baik :) Amiin

    BalasHapus
  20. aku sedih bacanya, tapi makasih karena diajarin buat ikhlas :(

    salam,
    kesya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu