Anugerah Yang Luar Biasa
Terinspirasi oleh blognya MasBro Acacicu yang berjudul Rumah Masa Depan, aku juga jadi ingin mencoba membuat sebuah tulisan sebagai hasil dari kepergianku hari Sabtu dan Minggu, 30 & 31 Juli 2011.
Berziarah ke makam sama saja artinya dengan menengok orang yang kita sayangi. Sama pula artinya dengan kita menengok ayah/ibu/sanak keluarga yang masih hidup. Bedanya bila kita menengok makam hanya batu nisan yang kita jumpai. Kita hanya mampu bersimpuh dan bertumpu pada batu dibagian kepala kemudian berdo'a. Membacakan tahlil ataupun ayat-ayat suci Al Qur'an lainnya. Mendoakan mereka agar mendapat tempat yang lapang disisiNya, mohon kepadaNya agar mereka mendapat ampunan untuk dosa-dosa yang pernah mereka buat. Mohon kepadaNya agar dilapangkan kuburnya. Mereka tidak bisa lagi menikmati hasil jerih payah kita. Tidak juga kemewahan hidup kita yang bisa membuat mereka bangga. Mereka hanya butuh do'a yang ikhlas. Do'a dan do'a. Hanya itu.
Ziarah ke makam ayahku memang hanya kami lakukan sebelum memasuki puasa dan kettika hari Raya Idul Fitri tiba. Masih jelas terbaca di batu nisan itu nama ayahku:
Muchtar-Arief
Lahir : 1 Juni 1901
Wafat: 7 Juni 1967
Aku sangat bersyukur ke Hadirat Illahi atas anugerahNya yang tiada ternilai. Betapa tidak. Karena aku hingga kini masih diberi kesehatan dan masih mampu untuk mengunjungi makam ayahku, makam kakek yang membesarkan aku dan makam suamiku, dalam keadaan sehat, segar-bugar dan alhamdulillah stamina yang oke pula. Lihatlah tahun kelahiran ayahku dan tahun ketika beliau wafat. Ayahku berpulang ke rahmatullah dalam usia 66 tahun. Usia manusia selalu di-kaitkan dengan usia Junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Mereka biasanya mengatakan bahwa ayahku mendapat bonus 3 tahun. Kenapa? Karena usia Junjungan kita ketika wafat 63 tahun. Adalah sebuah Anugerah Yang Luar Biasa yang masih diberikan oleh Allah SWT kepadaku. Usiaku kini menapak di 72 tahun.
Aku memiliki kenangan yang manis tentang ayahku. Begitu juga dengan kakek yang telah membesarkan aku sejak aku berusia dua tahun. Aku masih bisa merasakan kasih sayangnya hingga aku berusia 40 tahun. Suatu kenangan indah yang pasti terukir dalam hati dan jiwa ini tentang almarhum kakekku.
Kesadaran demi kesadaran semakin tebal terpateri didalam jiwa ini bahwa suatu saat aku pun akan meninggalkan orang-orang yang tercinta. Entah kapan hanya Dia yang Maha Tahu. Yang aku sadari bahwa maut itu akan selalu mengintai umatNya setiap sepersekian detik. Seperti apa aku akan dikenang oleh mereka yang aku tinggalkan tidaklah menjadi pemikiranku saat ini. Yang utama sekarang adalah aku berusaha berbuat yang terbaik kepada sesama semampuku. Melimpahkan kasih sayangku kepada orang-orang tercinta. Mempererat tali silaturakhim. Menjaga keutuhan persahabatan sejati yang aku miliki. Jadi permasalahan seperti apa aku akan dikenang oleh mereka, biarlah waktu yang akan menjawabnya. Amin, Ya Robbal'alamin.
yang masih sering dilakukan adalah kekunyolan berzarah kemakan hanya untuk minta doa pada yg sudah mati bukan mendoakan yg telah mati, parah lagi yg minta kekayaan.
BalasHapusmoga dikala kita berzarah makin ingat akan kematian.
Bunda.. terima kasih nggih nama saya nyantol hehe..
BalasHapusSaya sangat merenungkan postingan ini. Inspiratif.
@Baha Andes, salam kenal dari bunda. Makasih udah berkunjung. Bunda tidak pernah bisa untuk mencium batu nisan, cukup dengan mengusap dan membersihkannya saja, kemudian do'a yang ikhlas.
BalasHapus@Masbro (sekarang ganti ah manggilnya Masbro, hehehehe....), ya iyalah emang inspirasinya dari RMD koq. Weleh3x siapa lagi yang muji kalo gak anak-e. Makasih ya Bro, eit Masbro.
BalasHapusbunda adalah satu diantara banyak perempuan yang terus memotivasi hani untuk terus menulis
BalasHapus@honeylizious, bunda jadi tersanjung lho Hani bilang begitu. Padahal sebaliknya bunda ingin pinter nulis seperti Hani. Btw makasih untuk Awardnya, tapi lom bunda ambil.....gak tau caranya, hiks,hiks....Malu? Why should I? Kalo gak tau ya bilang gak tau biar ada yang ngasih tau, hehehehe..........
BalasHapus