Dear Pahlawanku - Buat Mama Yang Ada Disana.
Mamaku tercinta,
Ketika aku menengok salah seorang karibku yang meninggal beberapa hari yang lalu, aku menyempatkan diri untuk duduk bersimpuh didekat jenazahnya yang telah terbungkus rapih. Yang kulihat hanya wajahnya yang seakan tersenyum dan sedang tidur nyenyak. Ketika membaca ayat-ayat suci tanpa bisa kutahan air mata ini terurai dengan derasnya. Suaraku tersendat karena tangis, betapapun dengan kuat untuk tidak menangis. Aku tidak bisa. Ketika pemakaman, alangkah banyak taburan bunga diatas makamnya. Suatu yang pasti tidak terjadi pada saat pemakamanmu, mama. Situasi dalam kemelut perang. Aku masih terlalu kecil untuk bisa menyusulmu. Suatu hal yang mustahil pada saat seperti itu aku bisa menyambang pemakamanmu.Apalagi menaburkan bunga yang berlimpah diatas makammu. Air mataku tak bisa kutahan mulai dari saat pemakaman karibku itu hingga usai. Aku membayangkan situasi saat kau dimakamkan. Pasti dalam keadaan serba darutat. Serba ter-gesa-gesa. Alangkah sedih hatiku kalau mengingat ini. Bahkan ketika saatnya aku dewasa tiada seorangpun kerabat yang bisa menunjukkan makammu. Bagiku kau sedang dalam perjalanan yang jauh dan bepergian ke suatu tempat yang aku tidak tahu kapan kau akan kembali. Bisaku hanya berdoa buatmu, mama. Suatu saat pasti kita akan dipertemukan jua olehNya.
Mamaku sayang, mengapa aku ceritakan semua ini kepada mama? Ini adalah curhatku melalui sepucuk surat Buat Mama Yang Ada Disana. Aku tahu ini memang agak aneh. Aku mengirimkan surat buat mama yang sudah lama sekali meninggalkan aku. Sekalipun usiaku terlalu kecil untuk mengerti arti sebuah kemerdekaan. Namun menurut cerita nenek kepergian mama adalah untuk menyusul ketiga kakakku yang hidup bersama papa. Kau mempunyai jiwa patriot, ma. Ketika mama tahu melalui siaran radio dan menyebutkan nama papa yang memang terkenal sebagai seorang wartawan, kau tidak bisa menerimanya. Keadaan mereka yang hidup berkecukupan di dalam asrama musuh Republik kita membuat hatimu sakit. Sementara aku dan nenek hidup dalam serba kekurangan, bahkan kami dalam kemiskinan. Aku rela mengais-ngais beras yang berhamburan di bawah truk-truk pengangkut beras. Kemudian dengan rajin dan teliti nenek akan memilah milih kerikil yang ikut serta terkais oleh sapu lidiku. Dengan telaten dan penuh kesabaran nenek akan menampi dan memisahkan beras dari kotoran pasir. Hampir setiap hari aku dan kakakku pergi menyongsong truk-truk yang bermuatan beras Tapi aku tidak pernah menyesal menjalani semuanya. Karena aku tahu mamaku sedang berjuang melawan penjajah dengan caramu sendiri. Kau tidak rela membiarkan anak-anakmu dan suaminya mengecap kenikmatan dari si penjajah Republik ini. Lebih baik hidup dalam kekurangan dari pada hidup dalam kecukupan dibawah kungkungan musuh Republik. Itu prinsipmu, mama. Jiwa patriotmu menggebu dalam dirimu.
Mama, hatiku selalu bahagia, karena memiliki seorang mama yang memiliki jiwa patriot. Kau adalah pahlawanku. Kau adalah pahlawan tanpa tanda jasa, mama. Kami tahu perjuanganmu, walau mereka tidak. Dalam hati kami kau adalah tetap seorang pahlawan. Lai tidak rela membiarkan orang-orang tercinta mengabdi kepada musuh Republik. Kau berontak dan memaksa pergi untuk mencari mereka dalam keadaan kemelut peperangan. Kau tetap nekad dan mengarungi pelayaran untuk menjemput anak-anakmu. Kau tidak peduli lagi akan risiko apa pun yang akan menghadangmu. Tekadmu memicu semangatmu. Aku sangat tahu dari cerita nenek bahwa mama sangat, sangat dan sangat membenci musuh Republik. Ya, aku ingat sekarang setelah aku berada di usia renta, bahwa ketika itu Belanda dan sekutunya sedang berusaha keras merebut kembali kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Soekarno Hatta. Mereka memaksa menduduki Republik ini. Dengan cara yang keji dan menjijikkan. Musuh Republik berusaha menguasai wilayah dengan memaksa penduduk untuk berkumpul disatu tempat kemudian membrondongnya seakan mereka itu adalah setumpuk kertas-kertas bekas yang tidak ada gunanya dan menguburnya hanya dalam satu kubangan.Terkutuklah mereka.
Tapi apa daya mamaku sayang, sebelum tugasmu terlaksana perjalananmu terhalang oleh peraturan dari Pemerintah bahwa wanita tidak diizinkan untuk bepergian. Keadaan darurat. Begitu alasannya. Kaupun sangat kecewa. Kau memendam kemarahan, entah kepada siapa harus kau lampiaskan. Tapi aku bangga mendengar bahwa kau penuh amarah. Kau penuh kejengkelan. Keinginanmu yang kuat untuk mencari dan menjemput orang-orang tersayangmu gagal karena keadaan. Akhirnya kau pun jatuh sakit. Kau mengalami stress berat hingga penyakit pening kepala saja mampu merenggut nyawamu, mamaku sayang. Begitu sayang Allah padamu, kau tidak diberi penyakit yang menggerogotimu ber-bulan-bulan. Kau menghadapNya dengan tenang. Penuh kepasrahan. Kau telah berusaha, namun Allah jua yang bisa menentukan mana yang terbaik untukmu, mamaku tercinta. .
Mama, kau telah meninggalkan kesan yang mendalam bahwa hidup dibawah Republik Indonesia adalah lebih terhormat daripada hidup bergelimang makanan yang mewah tapi dalam lingkungan musuh-musuh yang sedang berusaha merebut kembali kemerdekaan yang kita miliki.
Mamaku sayang, tahukan kau bahwa kini kemerdekaan kita merdeka sekian puluh tahun? Kita telah terbebas dari musuh-musuh Republik. Kita sudah berada diambang kemakmuran, walaupun masih semu, mama. Tapi aku bangga hidup sebagai seorang warga negara Republik Indonesia yang sangat aku cintai ini.
Mama, itulah curhatku yang hanya Allah yang bisa menyampaikannya kepadamu, betapa aku sangat kecewa tidak bisa melantunkan ayat-ayat suci didekat jenazahmu dan menaburkan bunga-bunga dan air mawar di pusaramu. Namun setiap sholat aku berusaha untuk tidak lupa membacakan do'a untukmu.
Sembah sujud anakmu yang
selalu rindu belaimu,
yati
“Postingan ini diikutsertakan dalam Kontes Dear Pahlawanku yang diselenggarakan oleh Lozz, Iyha dan Puteri”
Bagiku kau adalah Pahlawanku. |
Mamaku sayang, mengapa aku ceritakan semua ini kepada mama? Ini adalah curhatku melalui sepucuk surat Buat Mama Yang Ada Disana. Aku tahu ini memang agak aneh. Aku mengirimkan surat buat mama yang sudah lama sekali meninggalkan aku. Sekalipun usiaku terlalu kecil untuk mengerti arti sebuah kemerdekaan. Namun menurut cerita nenek kepergian mama adalah untuk menyusul ketiga kakakku yang hidup bersama papa. Kau mempunyai jiwa patriot, ma. Ketika mama tahu melalui siaran radio dan menyebutkan nama papa yang memang terkenal sebagai seorang wartawan, kau tidak bisa menerimanya. Keadaan mereka yang hidup berkecukupan di dalam asrama musuh Republik kita membuat hatimu sakit. Sementara aku dan nenek hidup dalam serba kekurangan, bahkan kami dalam kemiskinan. Aku rela mengais-ngais beras yang berhamburan di bawah truk-truk pengangkut beras. Kemudian dengan rajin dan teliti nenek akan memilah milih kerikil yang ikut serta terkais oleh sapu lidiku. Dengan telaten dan penuh kesabaran nenek akan menampi dan memisahkan beras dari kotoran pasir. Hampir setiap hari aku dan kakakku pergi menyongsong truk-truk yang bermuatan beras Tapi aku tidak pernah menyesal menjalani semuanya. Karena aku tahu mamaku sedang berjuang melawan penjajah dengan caramu sendiri. Kau tidak rela membiarkan anak-anakmu dan suaminya mengecap kenikmatan dari si penjajah Republik ini. Lebih baik hidup dalam kekurangan dari pada hidup dalam kecukupan dibawah kungkungan musuh Republik. Itu prinsipmu, mama. Jiwa patriotmu menggebu dalam dirimu.
Mama, hatiku selalu bahagia, karena memiliki seorang mama yang memiliki jiwa patriot. Kau adalah pahlawanku. Kau adalah pahlawan tanpa tanda jasa, mama. Kami tahu perjuanganmu, walau mereka tidak. Dalam hati kami kau adalah tetap seorang pahlawan. Lai tidak rela membiarkan orang-orang tercinta mengabdi kepada musuh Republik. Kau berontak dan memaksa pergi untuk mencari mereka dalam keadaan kemelut peperangan. Kau tetap nekad dan mengarungi pelayaran untuk menjemput anak-anakmu. Kau tidak peduli lagi akan risiko apa pun yang akan menghadangmu. Tekadmu memicu semangatmu. Aku sangat tahu dari cerita nenek bahwa mama sangat, sangat dan sangat membenci musuh Republik. Ya, aku ingat sekarang setelah aku berada di usia renta, bahwa ketika itu Belanda dan sekutunya sedang berusaha keras merebut kembali kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Soekarno Hatta. Mereka memaksa menduduki Republik ini. Dengan cara yang keji dan menjijikkan. Musuh Republik berusaha menguasai wilayah dengan memaksa penduduk untuk berkumpul disatu tempat kemudian membrondongnya seakan mereka itu adalah setumpuk kertas-kertas bekas yang tidak ada gunanya dan menguburnya hanya dalam satu kubangan.Terkutuklah mereka.
Tapi apa daya mamaku sayang, sebelum tugasmu terlaksana perjalananmu terhalang oleh peraturan dari Pemerintah bahwa wanita tidak diizinkan untuk bepergian. Keadaan darurat. Begitu alasannya. Kaupun sangat kecewa. Kau memendam kemarahan, entah kepada siapa harus kau lampiaskan. Tapi aku bangga mendengar bahwa kau penuh amarah. Kau penuh kejengkelan. Keinginanmu yang kuat untuk mencari dan menjemput orang-orang tersayangmu gagal karena keadaan. Akhirnya kau pun jatuh sakit. Kau mengalami stress berat hingga penyakit pening kepala saja mampu merenggut nyawamu, mamaku sayang. Begitu sayang Allah padamu, kau tidak diberi penyakit yang menggerogotimu ber-bulan-bulan. Kau menghadapNya dengan tenang. Penuh kepasrahan. Kau telah berusaha, namun Allah jua yang bisa menentukan mana yang terbaik untukmu, mamaku tercinta. .
Mama, kau telah meninggalkan kesan yang mendalam bahwa hidup dibawah Republik Indonesia adalah lebih terhormat daripada hidup bergelimang makanan yang mewah tapi dalam lingkungan musuh-musuh yang sedang berusaha merebut kembali kemerdekaan yang kita miliki.
Mamaku sayang, tahukan kau bahwa kini kemerdekaan kita merdeka sekian puluh tahun? Kita telah terbebas dari musuh-musuh Republik. Kita sudah berada diambang kemakmuran, walaupun masih semu, mama. Tapi aku bangga hidup sebagai seorang warga negara Republik Indonesia yang sangat aku cintai ini.
Mama, itulah curhatku yang hanya Allah yang bisa menyampaikannya kepadamu, betapa aku sangat kecewa tidak bisa melantunkan ayat-ayat suci didekat jenazahmu dan menaburkan bunga-bunga dan air mawar di pusaramu. Namun setiap sholat aku berusaha untuk tidak lupa membacakan do'a untukmu.
Sembah sujud anakmu yang
selalu rindu belaimu,
yati
“Postingan ini diikutsertakan dalam Kontes Dear Pahlawanku yang diselenggarakan oleh Lozz, Iyha dan Puteri”
Sponsored by :
sukses bunda, blognya merah banget ya?
BalasHapus*kucek2 mata*
Terima kasih untuk partisipasinya..
BalasHapusArtikel sudah kami catat sebagai peserta Kontes Dear Pahlawanku
Salam merdeka..!
honeylizious, hehehehe....iya bunda lagi ngefan banget ama warna merah tuh. Ati2 jangan terlalu kenceng nguceknya, ntar softlensnya lepas, hehehehe.......soktau.com.
BalasHapusIyha yang manis, makasih untuk kesempatan nge-refresh my brain, hehehe.....
BalasHapuskunjungan balik bund...
BalasHapusharu sya baca postingan ini...mengingatkan juga pada alm. ayah sya yg seorang guru SD...terkadang klo sya sdg berimajinasi suka berkhayal bertemu dgn ayah saya entah dimana....
sukses ya bund ngontesnya...!
wow enggak heran deh kalau Bunda Yati punya mama yang hebat... lah bunda ndiri ampe sekarang hebat juga kok
BalasHapusmatur nuwun Bunda Yati sudah berpartisipasi ya
bunda berasa sekali guratan perasaanmu terdalam disini. semoga ini menjadi doa yang sempurna untuk mama disana ya bunda, makasih ya bunda udah ikutan dear pahlawanku.
BalasHapusbensdoing, iya bens memang paling kita berkhayal bahwa ayah/ibu sedang bepergian jauh, jauh sekali sambil mendoakan beliau. Makasih ya udah berada di blog bunda.
BalasHapusLozz, alhamdulillah. Kalo bunda hebat kan karena dukungan anak-anak kandung and anak-anak online. Makasih ya Lozz kesempatan untuk partisipasinya. Otak semakin terasah nih, hehehehe....
BalasHapusSemoga ya Put. Makasih udah ada kesempatan berpartisipasi. Makasih juga kunjungan Puteri disini.
BalasHapustrims menuliskan ini bunda, membuat kami makin ingin membahagiakan ibu dirumah *mumpung masih diberi kesempatan
BalasHapuspengungkapan cinta pada ibunda yang indah..indah sekali... :)
-Artikel sedang dinilai-
Iyha, terima kasih untuk pujiannya. Berkat kasih lsayang yang blm puas bunda kecap, bunda melimpahkannya kepada anak-anak bunda, sehingga sekarang mereka tumbuh percaya diri dan menjadi ibu-ibu yang PeDe dan handai. Alhamdulillah. Trima kasih atas kunjungan Iyha. Btw wlp bunda selalu terpuruk dan tersungkur dalam kontes menulis, bunda akan terus belajar menulis, hehehehe....
BalasHapus