Permen vs. Alat Bayar.
Norek: XXXXXX3758 |
Berbelanja
di sebuah Super Market ataupun Mini Market memang merupakan aktivitas belanja
yang menyenangkan. Kenapa? Karena selain kita berbelanja kebutuhan sehari-hari yang
rutin dilakukan secara bulanan, kita juga bisa clingak-clinguk lihat barang-barang baru yang pasti selalu ada di
Super Market atau Mini Market. Kita pun tidak perlu berkeringat (karena ruangan
full AC). Juga gak ada tuh istilah ber-desak-desakan
untuk mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan seperti biasa terjadi di pasar
tradisionil atau yang juga dikenal dengan sebutan pasar senggol. (Karena ramainya pasar kita tidak bisa menghindar
dari bersenggolan, pastinya!). Display yang selalu berganti, setidaknya,
entah berapa kali dalam satu bulan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi
pengunjung Super Market. Selalu saja ada perbedaan yang menarik untuk dilihat. Untuk
memikat pengunjung, misalnya dengan memberikan potongan harga dari
produk-produk tertentu, beli satu botol Coca Cola – bawa pulang dua botol (yang
satu pasti gratis-tis-tis). Asik kan? Slogan “buy one get one free” pun
digalakkan. Biasalah di awal bulan pengunjung yang berbelanja pasti seperti
tawon tuh -- berkerumun, berkeliaran
dengan kereta dorong belanjanya. Ada yang santai. Ada juga yang bergegas. Gak
kalah seru ada juga yang sambil bergoyang karena terbius oleh alunan musik yang
terkadang menggelegar di Super Market. Bener-bener
asoi-geboi. (maksudnya asyik banget).
Pokoknya unik-lah kalau belanja bulanan di Super Market. Setelah puas
berbelanja next step adalah
giliran menggiring kereta dorong belanja yang isinya sudah membludag dan menggunung.
Kereta-kereta dorong dengan tertib berjejer melaju satu persatu kearah
Primadona yang berdiri dibelakang mesin kasir. Aku sebut Primadona karena Kasir tersebut adalah seorang gadis cantik, berjilbab pula
Sudah agak lama aku pernah
beberapa kali berbelanja di sebuah Super Market dengan jumlah belanja yang
memerlukan kembalian, misalnya Rp. 9,200. Dengan santai sang primadona memberiku kembalian Rp. 9,000 plus dua buah permen Kebetulan
aku memang sedang perlu ngemut
permen. Mulut asem banget karena
belum sarapan, hehehehe………… . Jadi no comment-lah dan menerima dengan
senang hati kembalian berupa permen tersebut.
Belanja
bulanan sudah merupakan rutinitas yang aku lakukan setiap bulan. Sekali dua
kali kejadian sepertti yang aku sebutkan diatas pastilah dapat dimaklumi. Mengingat pula tak adanya celah untuk berargumentasi dengan si
cantik Primadona. Pengunjung diawal bulan yang menyemut menjadi penghambat
bagiku untuk berkomentar. Tapi kalau sudah ber-ulang-kali, bisa bikin gregetan juga. Masa sih permen dianggap alat tukar. Wuenak-e
rek!
Sejak
saat itu aku selalu siap dengan permen dalam tas-ku. Karena memang sebetulnya
aku suka nyetok permen dalam tas Tapi waktu itu aku menyimpan permen untuk suatu rencana tertentu.. Rencana yang belum
juga terlaksana karena tidak pernah ada kesempatan. Seperti biasa untuk mempercepat transaksi berbelanja di toko Swalayan, pengelola toko menempelkan barcode disetiap jenis item yang dijual. Hal ini juga berguna untuk mempercepat pencarian item yang diperlukan serta efektivitas/efisiensi pengelolaan database. Mataku nanar melihat ke
monitor setiap kali barcode di scan, angka pun muncul di layar monitor, hingga sampai pada item terakhir. Aku mengharapkan jumlah belanjaanku. di
monitor kali ini bisa kujadikan target rencanaku dan sekaligus bisa merealisasikannya
. Ternyata benar!. Tarraaa... transasksiku berjumlah Rp. 689,600. Fantastis! Suatu jumlah dengan angka yang manis buat rencanaku!.
Aku letakkan dimeja kasir Rp. 700,000. Apakah sang Primadona akan mengembalikan
kepadaku Rp.10,000 plus 4 buah permen? Kalau memang demikian maka rencanaku
bisa gagal nih!. Tradaaa…….. ternyata sang Primadona tak disangka bertanya: “Ada
uang 600, Bu?” Ini
saatnya, pikirku. “Oo iya, ada”, jawabku dengan cepat.
Penuh keyakinan aku letakkan dimeja kasir 6 buah permen. Sang Primadona dengan
wajah polosnya masih bertanya: “enam
ratus rupiah, Bu”, sambil tangannya langsung menyodorkan uang kembalian Rp.
11,000. “Lho, itu kan nilainya Rp. 600, mbak yang maniiiis. Kan nilai 1
permen = Rp. 100?” jawabku penuh percaya diri, tanpa nada kesal atau
emosi. Aku raih uang Rp. 11,000. Akupun melenggang puas keluar pintu Super Market sambil menggiring kereta belanja dengan santai se-santai sikap sang Primadona ketika memberikan kembalian berupa permen kepadaku
berulang kali.
Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi yang canggih, aku hampir tidak pernah membawa uang cash untuk berbelanja bulanan. Aku cukup menggesek kartu Debit BCA setiap berbelanja di Super Market ini. Aku tak perlu lagi khawatir akan menerima kembalian berupa permen, hehehehehe..... Tak pernah lagi aku lihat stok permen di laci kasir. Sampai sekarang aku tetap menjadi pelanggan setia Super Market tersebut. Dan sang Primadona selalu melempar senyum manisnya untukku. “Selamat siang ibu, selamat datang di super market kami?”
Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi yang canggih, aku hampir tidak pernah membawa uang cash untuk berbelanja bulanan. Aku cukup menggesek kartu Debit BCA setiap berbelanja di Super Market ini. Aku tak perlu lagi khawatir akan menerima kembalian berupa permen, hehehehehe..... Tak pernah lagi aku lihat stok permen di laci kasir. Sampai sekarang aku tetap menjadi pelanggan setia Super Market tersebut. Dan sang Primadona selalu melempar senyum manisnya untukku. “Selamat siang ibu, selamat datang di super market kami?”
“Artikel ini diikutsertakan dalam Kontes Cerita Unik Belanja di BloggerPemula.Com“
jiahhh bunda jayus yaaa :D
BalasHapusitu kasir bete bin ngedumel tapi ga tau mesti bilang apa hahaha
bagus bun
emang perlu digituin kok
klo aku sih, rajin sedia receh sampai yang koin 25 juga punya
biar ajadibilang emak2 merki,
aku bilang ke mereka, salahnya ga bikin harga ada buntut2 ga jelas gitu xixixi
ini kontes ya bun? good luck ya bun
Hehehehe....niQ sayang, bunda lagi tanya sana sini buat tampilih banner kontes. Tanya sama Masbro. Nah ini mau di edit dulu lah biar tampil tuh banner kontesnya. Menang gak menang yang penting hadiahnya....hahahahaha....maruk.com.<akasih niQ buat kunjungan dini and komentarnya. Met berharming.
BalasHapushihihi emang perlu digituin tuh bun.bun aku pakai manualaja bannernya supaya muncul,kalau pakai kode dariblognya kang yayat tidak muncul
BalasHapusLidya-Mama Pascal, kalo yang manual udah bunda coba tapi kan gak bisa di sidebar letaknya, tapi didalam postingan kita. Piye? Ayo sayang, berbagi ilmu ma bunda donk. Makasih kunjungan dan komentar Lidya disini.
BalasHapustidak ada istilah desak-desakan dan bau keringat seperti belanja di pasar tradisional ya bunda
BalasHapustapi ikannya lebih segar di pasar lho bun, sayurnya juga
Terima kasih Bunda atas partisipasinya.
BalasHapusMasalah kekurangan seperti banner mungkin bisa disusulkan tu Bun, kode sudah saya sampaikan di warung blogger.
Saya catat sebagai peserta Bunda.
Trims
Salam
Wah ikutan juga ya Bun...
BalasHapusSukses yah...
Dua jempol untuk 'keberanian' Bunda menyodorkan 6 buah permen. Sekali-kali perlu memang dibegitukan, meskipun mungkin saya belum berani melakukan. hehe...
BalasHapusSemoga kontes kali ini sukses lagi, Bunda.
Saleum,
BalasHapusApa kabar bunda? semoga sehat, masalah belanja tu kalau menurut dee milano, menyenangkan apabila dikantong tersedia duit yang cukup untuk membeli. hehehe... tp betul kan bun?
ohya bun, dee dah pindah lapak ni, smoga bunda mau berkunjung http://cangkirkupi.blogspot.com/
saleum dmilano
Ni Mas Citro ya, betul-betul-betul, emang "terkadang" ikan dan sayur lebih seger yang di pasar tradisional. Tapi suasana nyamannya itu yang gak bisa dibeli, hehehehe.... Makasih kunjungan n komentarnya.
BalasHapusMas Yayat38, makasih kunjungan n komentarnya. Makasih juga udah tercatat, banner yang segede gudem akan disusulkan, sementara yang segede gurem aja dulu ya?
BalasHapusIya Una, bunda ikutan karena ada bahan, hehehehe... Makasih untuk kunjungan Una.
BalasHapusAbi,itu karena Allah Maha Tahu kalo bunda udah lama banget kheki sama perlakuan Kasir yang selalu mengembalikan uang receh dengan permen. Nah, dikasih juga jalan olehNya buat bunda melampiaskan kekesalan tanpa amarah. Untungnya bunda waktu itu juga bisa tersenyum semanis mungkin lho, hehehehehe....
BalasHapusSaleum baliak Dee, iyo sabana iyo tuh ma, piti nan paling paralu ado di kocek ko' ka balanjo. Tapi deposito bunda lai banyak, ado ampek urang anak bunda (bukan deposito di bank, xixixixiiii....) tapi yang ngasih belanja bulanan, yeeee.... Btw pasti bunda berkunjung lansuang ka TKP. Makasih untuk kunjungan n komentar Dee.
BalasHapushahahah....bener bunda...kalo mereka bisa mengembalikan pake permen..harusnya kita juga bisa bayar pake permen yach...biar adil hihihi.......
BalasHapussukses utk kontesnya bunda.....smoga menang
Nah betul Bun .. tapi rekening lengkapnya kirim ke email ya, kok belum kelihatan :)
BalasHapusTrims
Salam