Pengalaman Yang Berharga.
Gb.d/Google. |
Pernikahanku pada tahun 1967 benar-benar sebuah
pernikahan yang teramat sangat sederhana. Namun tidak sesederhana itu keadaan
ketika aku mengalami kehamilan pertamaku. Aku tidak punya siapa-siapa untuk
bisa diajak berkonsultasi, kecuali Dokter Kandungan tentunya. Tentang segala
perubahan tubuhku dan segala sakit yang ditimbulkannya aku rasakan sendiri.
Syukur Alhamdulillah, kehamilan pertamaku ini tidaklah menjadi beban yang berat
bagiku. Aku tidak pernah mengalami apa yang disebut “ngidam” ketika hamil.
Semua berjalan biasa-biasa saja. Suamiku pun heran melihat kondisiku yang kian
hari kian membumcit tapi staminaku kelihatan tidak pernah ada kelelahan yang
berarti.
Kehamilanku yang pertama adalah ketika aku berumur
28 tahun, setahun setelah pernikahanku. Umurku boleh saja tua untuk sebuah
pernikahan, tetapi pengalamanku tentang kehamilan benar-benar big zero.
Bagaimana tidak? Aku jarang sekali kontrol ke dokter,karena hari-hari sibuk dengan pekerjaan kantor dan setiap hari harus melakukan tugas kantor yang tidak bisa ditunda-tunda.
Selain konsultasi dengan
dokter, aku tidak pernah bertukar pikiran dengan siapa pun tentang kehamilanku,
misalnya bagaimana rasanya kalau kehamilan itu sudah mendekati hari H,
maksudnya hari dimana bayi akan menjenguk dunia dengan seizing Allah. Aku tidak tahu sama sekali. Jadi ketika
pertama kali aku merasakan mules yang teramat sangat, langlsung aku minta agar
suamiku membawaku ke Rumah Sakit. Waktu itu Rumah Sakit Budi Kemuliaan yang
lumayan jauhnya dari Kebayoran Baru, tempat aku tinggal.
Aku menangis menahan sakit karena mules. Tiada
saudara dekat dan tiada pula kenalan yang bisa aku andalkan untuk menjagaku
kecuali suamiku. Maklumlah saudara-saudaraku tinggal ditempat yang sangat jauh
dari Kebayoranbaru. Dengan taksi aku dan suamiku menuju rumah sakit. Mules yang
setiap 15 menit datang menyerang tidak bisa aku tahankan. Aku menangis setiap
kali mules itu menyerang.
Sesampainya di Rumah Sakit aku diminta oleh dokter
mem-booking sebuah kamar lebih dahulu dan tidak dibolehkan pulang. Hari
pertama, hari kedua di Rumah Sakit belum juga ada tanda-tanda aku akan
melahirkan. Pada hari kedua itu aku terkejut bukan main karena ada sesuatu yang
pecah. Kata dokter itu berarti ketuban-ku telah pecah, pertanda kelahiran akan
segera aku hadapi. Tapi ternyata setelah semalam suntuk tidak juga terjadi
apa-apa. Alih-alih keadaan mules-ku ber-tambah menyakitkan karena ketuban telah pecah terlebih dahulu. Setiap 10 menit rasa mules mulai menyerang lagi tapi kelahiran belum juga memperlihatkan tanda-tanda yang melegakan. Dokter memintaku untuk ber-jalan-jalan di koridor Rumah Sakit, agar seluruh
otot-otot-ku lemas. Ini aku lakukan dengan giat sambil menahan sakit.
Untunglah dokter kandungan yang merawatku seorang
dokter yang sangat baik. Mungkin bagi wanita-wanita yang sudah seumuran
denganku pasti mengenal dokter kandungan yang bernama Dokter Djohar Djalil,
Obst.&Ginaecolog.
Pada hari ke-empat aku di rumah sakit barulah dokter
memberikan aba-aba kepada para suster untuk berjaga-jaga. Mereka harus siap
menelponnya, kapan saja. Karena menurutnya kelahiran si jabang bayi sudah
semakin dekat. Mules yang kurasakan bertambah sering kurasakan. Menurut suster
yang menjaga aku, katanya aku terlalu cepat masuk rumah sakit, padahal kalau
rasa mules masih hilang-hilang timbul dalam jarak setiap 15 menit, itu berarti
waktu kelahiran masih jauh. Yaaa, mana aku tahu. Yang penting aku udah
merasakan sakit yang luar biasa, apalagi yang harus kulakukan selain mengajak
suamiku untuk segera ke rumah sakit.
Suamiku tersayang yang selalu setia menungguku ber-hari2 di R.S. |
Pada saat kelahiran pun dokter mengalami kesulitan
menanganiku. Bayiku terbelit tali pusat. Untuk menyelamatkan bayiku, “pengguntingan”
pun segera dilakslanakan. krees….. aku tidak bisa berteriak karena dokter
memerintahkan aku untuk menggigit handuk yang diberikan oleh suster. Sejalan
dengan bunyi krrreeesss tadi, kudengar tangis bayi melengking dan seketika aku
lupa akan sakitnya alatku digunting, menurut dokter sepanjang 5 sentimeter. Ya,
Allah, Maha Besar Engkau. Anakku telah lahir dengan sempurna, tanpa cacat. Aku lihat dokter mengangkatnya,
memperlihatkannya kepadaku sebelum ia berikan bayiku ketangan suster untuk
dibersihkan. Setelah dibersihkan, suamiku membacakan sepenggal ayat-ayat suci
di telinganya. Alhamdulillah bayi pertamaku telah lahir, seorang bayi laki-laki
dengan berat 2,9 kg. dan panjang 52 sentimeter. Kini ia telah tumbuh menjadi seorang
yang gagah, berkulit putih, tinggi, seperti papanya dan kini anak lelakiku telah
berusia 43 tahun. Subhaanallah. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan
kepadaku agar aku sempat melihat cucu-cucuku tumbuh besar. Semoga saja. Amin,
Ya Robbal’alamin. .
Pengalaman menjadi ibu hamil yang mengalami kehamilan pertama ini menjadikan pengalaman yang paling berharga karena aku bertambah bisa menahan sakit dan memperkirakan kapan saatnya aku harus ke rumah sakit. . Kelahiran anak-anak kedua, ketiga, keempat tidak perlu menunggu satu malam aku di rumah sakit. Paling lama dalam dua jam setelah aku tiba di rumah sakit, saat kelahiran yang kualami sangat sempurna tanpa guntingan dan jahitan satu sentimeter pun. Anak-anakku semua aku lahirkan dengan normal tanpa operasi caesar, walaupun anak keduaku beratnya 3.5 kg. ketika kulahirkan. Alhamdulillah.
Tulisan ini diikut-sertakan dalam Give Away Awal Maret 2012 yang diselenggarakan
oleh Andyhardiyanti.
1967 udah nikah...??
BalasHapusibu umur berapa sih memangnya..??
:)
hewdeh bund...denger 'kres' kuq jadi nyer2'an...hihihi
BalasHapusbunda udah pengalaman banget ya, sering2 berbagi bun supaya aku bisa belajar
BalasHapusbunda, maaf baru berkunjung :(
BalasHapussip. sudah dicatat sebagai peserta :)