Menanti Saat Kuliah
Sebelum aku berkisah tentang pengalaman menarik ketika masuk kuliah, aku kira perlu aku paparkan sedikit tentang suka-duka perjalananku yang membuat aku hampir saja putus asa. untuk bisa menikmati masa-masa kuliah. Keinginan untuk kuliah itu sudah lama bergelayut di benakku jauh sebelum aku duduk di bangku SMA. Begitu lulus SMA tahun 1959 dengan gembira aku sampaikan berita suka-cita ini kepada papaku. Papaku setuju tentang niatku untuk kuliah dengan persyaratan bahwa aku harus bekerja dulu. Mencari uang dulu. Baru kuliah, begitu katanya. Ternyata ayahku sudah membuat komitmen dengan seorang kawan karibnya untuk memasukkan aku dikantor temannya itu. Tanpa di test, tanpa wawancara. Aku pun diterima. Aku pasrah saja dan aku patuhi keinginan papaku. Menanti Saat Kuliah masih bergayut di kepalaku.
Tiga tahun aku lewati tanpa kuliah. Waktuku kuhabiskan dengan bekerja di kantor pemerintah pada siang hari dan malam hari aku membantu usaha papaku mengelola sebuah Kursus Mengetik Cepat, yang mengajarkan bagaimana mengetik dengan mempergunakan "10" jari. Ayahku kelihatan sangat suka dengan sikapku. Sangat melelahkan memang, namun semua aku kerjakan dengan ikhlas dan senang hati. Aku terus berdo'a agar saat yang kunanti akan datang jua. Insya Allah.
Ini yang aku tidak punya, tapi anak-anakku memilikinya. | (Sumber gb.:perlengkapansekolah.com) |
Tanpa kusangka papaku membicarakan sesuatu dengan keluargaku. Aku harus kuliah. Begitu keputusan papaku. Senangnya hatiku. Tak bisa kusembunyikan rasa suka mendengar berita itu.Tujuanku satu -- Fakultas Hukum. Papaku membuat keputusan bahwa aku harus mengurus segalanya sendiri. Oke, kataku dalam hati. Menanti Saat Kuliah dengan hati gedebak gedebur, mencari informasi kesana kemari. Akhirnya sebuah universitas bernama Universitas Krisnadwipayana aku masuki dan setelah berkasku berpindah dari satu meja ke meja yang lain -- stempel pun aku peroleh dan jadilah aku calon mahasiswa pada Universitas Krisnadwipayana, Jurusan Fakultas Hukum. Lokasi kampus waktu itu masih di gedung yang terletak di Jalan Taman Suropati, Jakarta Pusat -- yang kemudian dipakai sebagai gedung BAPPENAS. Alhasil Menanti Saat Kuliah terpenuhi juga. Alhamdulillah.
Yang paling menarik pada awal masuk kuliah adalah ketika diadakan masa perkenalan yang disebut masa perpeloncoan. Sungguh jauh berbeda dengan jenis perpeloncoan yang diadakan oleh generasi -generasi setelah aku Masih kuingat masa perkenalan dengan suasana yang sangat menyenangkan, dilakukan dengan nyaman dan bersahabat. Jauh berbeda ketika masa anak-anakku, mengalami perpeloncoan -- bukan suasana menyenangkan yang diperoleh, tapi malah rasa was-was dan ketakutan yang mencekam menghadapi apa yang akan dilakukan oleh para Senior.
Pada akhir masa perpeloncoan kami semua diharuskan berkumpul di aula yang luas dan membentuk segi empat, para Senior berkumpul di tengah-tengah kami. Kakak-kakak Senior mulai melakukan aksinya -- kami diharuskan memakai penutup mata sehingga kami tidak tahu siapa yang berbuat apa terhadap kami. Ketika acara itu berlangsung aku merasakan ada sesuatu yang dingin masuk dari leher kerah bajuku yang dimasukkan hingga menyentuh bagian dadaku terus meluncur dan meluncur kebawah. Dingin dan menggelikan! Masya Allah, apa ini???!!! Tapi sesuai instruksi para senior aku tidak berani bergerak apalagi menghindar, kalau tidak mau kena sanksi yang lebih berat. Hanya kenangan manis ini yang masih melekat dalam benak hingga kini.
Setelah usai acara perpeloncoan -- penutup mata kami semua dibuka, barulah aku sadar bahwa butir-butir cendol berbagai warna telah mengotori pakaianku. Setelah usai, tanpa mengganti pakaian yang kotor kami pun bernyanyi dan menari bersama. Sebuah tangan dengan kuat menarikku, mengajakku menari mengikuti alunan musik. Wuih, ganteng juga nih cowok, pikirku. (aku masih ingat karena aku naksir berat tuh sama dia sejak awal pendaftaran, hihihihiiii.........). Aku tidak bertepuk sebelah tangan.
Waktu 3 tahun pun bergulir dengan cepat, kami semakin akrab. Ternyata dialah Senior yang memasukkan sesuatu ke dalam kerah bajuku. Ah...kalau saja aku tahu itu ulahnya...... rasanya ingin aku biarkan perpeloncoan berjalan lama........ heheheheeeee..........Manisnya masa-masa itu.
Aku tidak bisa meneruskan kuliahku di Fakultas Hukum, karena ketiadaan biaya. Waktu yang beberapa tahun terasa sangatlah sebentar untuk bisa menikmati kebersamaan dengan cowok idaman, love at the first sight ini harus berujung dengan sebuah perpisahan karena aku harus meninggalkan kampus. Setelah itu? Tidak ada cerita tentang dia. Suka gak suka --Case closed.
Aku masih ingin kuliah, tapi tidak ada biaya? Gimana ini? Menanti Saat Kuliah usai dan kini giliran hunting untuk pekerjaan agar aku bisa mulai kuliah lagi, walaupun tidak di kampus yang sama. Yang penting bekerja dulu, kumpulkan uang semaksimal yang aku bisa karena tidak ada lagi dukungan dari keluarga. Usaha papaku merosot tajam, hanya bisa untuk menafkahi keluarga dan adik-adikku.
Alhamdulillah, tanpa hambatan yang berarti aku diterima bekerja di perusahaan mobil yang paling terkenal saat itu General Motors. Gaji? Lumayan, tujuhribu rupiah tahun 1962 (mungkin nilainya sekarang kira-kira tujuhjuta rupiah) sehingga aku bisa menyisihkan sedikit untuk papa dan adik-adik. Di kantor baru ini aku berkarib dengan Sekretaris Presiden Direktur. Kemujuran tiba-tiba aku peroleh lagi di kantor ini. Baru bekerja kurang dari satu tahun, aku dipilih oleh kawan karibku untuk menemaninya kuliah di Akademi Bahasa Inggris '"JAKARTA ACADEMY OF LANGUAGE" di Jalan Lombok atas biaya kantor. Dia diharuskan kuliah untuk menunjang karirnya di kantor. Anehnya dia mengajukan syarat mau kuliah asalkan aku juga diizinkan untuk kuliah. Hehehehehe....pucuk dicinta ulam tiba, pikirku.
Singkat cerita, kuliahlah aku dengan perasaan yang happy dan lega, walaupun bukan di jurusan yang aku suka. Tapi bahasa Inggris juga kan penting. So no harm to accompany her dengan biaya gratis, pikirku.Setelah berjalan hampir 2 tahun, masa genting melanda General Motors. Kantor bangkrut. Kuliah pun terhenti. Apalagi bersamaan dengan peristiwa 30 September 1965. Jadi hatiku juga tidak pernah menyimpan rasa penyesalan tentang kuliahku yang terhenti untuk kedua kalinya. Semua terjadi bukan atas rencanaku, tapi rencanaNya. Pasti.
Akhirnya, inilah aku, tanpa titel atau predikat apa pun selain dari titel MC (Momong Cucu) dengan pengalaman berbahasa Inggrisku yang pas-pas-an masih bisa untuk berbagi sedikit ilmu yang aku punya dengan sesama yang membutuhkan. Semoga ini menjadi ladang amal jua bagiku. Amin.
Artikel ini di-ikut-sertakan dalam lomba blog #gengsukasuka di genksukasuka yang di sponsori oleh bunda desi, kakjuli dan teh ani berta",
sukses y GA nya... @.@
BalasHapussukses kontesnya bunda :)
BalasHapusGimana kabarnya bunda? Sehat?
BalasHapusSemoga berbahagia selalu bersama keluarga.
Ceritanya menarik Bunda. Banyak pengalaman bunda yang bisa dijadikan inspirasi siapa saja yg membacanya. Termasuk saya. Keuletan dan semangat akan membawa kita hingga ke pucuk dunia. Semoga sukses kontesnya Bun..
walaupun tanpa titel tapi bunda telah berbuat banyak bukan
BalasHapusCerita bunda sungguh seru :D
BalasHapusDan tentu saja menjadi inspirasi, kalau jaman2 Bunda lulus SMA itu udah sangat tinggi ya Bun dan Bunda sudah berbuat banyak hal yang selevel Sarjana. Keren Bunda :D
Moga beruntung ya Bunda di lombanya :)
selamat anda beruntung menjadi salah satu pemenang di lomba blog genksukasuka cek disini yah : http://www.genksukasuka.com/2012/05/pengumuman-lomba-blog-genksukasuka.html segera kirim data diri anda, trimakasih
BalasHapusjay boana, alhamdulillah bunda sudah beruntung nih jadi salah satu pemenang dalm lomba blog genksukasuka, jadi bunda suka sekali. Bunda kebetulan di sms mbak Ani ltuh baru deh bunda cari linknya, gak ketemu, akhirnya bunda iseng-iseng klik postingan bunda sendiri...eeee..........ada tuh linknya disitu. Bunda puas banget udah liat nama bunda sebagai salah satu pemenang. Terima kasih banyak.
BalasHapus