Allah telah mengembalikan anakku.
Pada kesempatan ini aku akan membuka diri
bahwa setiap manusia yang beriman sama sekali harus menjauhkan pikiran dari
“memberontak” terhadap ketentuanNya. Aku punya pengalaman yang selama ini aku
pendam sendiri. Tapi memang Allah masih memberi kita sisi baik yang bisa
menjadikan kita kembali kepada “penyadaran diri” – sebuah “reviving moment”. The reviving moment dimana Allah telah mengembalikan anakku.
Bertahun sudah aku memiliki seorang anak laki-laki
yang ber-emosi tinggi. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2007 sikapnya tak pernah
ramah terhadap siapa pun juga. Ego terlalu mencuat kepermukaan sikapnya. Tak ada keramahan yang membias di wajahnya. Ia
mudah tersinggung dan sedikit saja perasaan nya tersinggung, seketika emosinya
akan meledak tanpa kendali. Ia bisa memecah kaca mobil tetangga. Ia sanggup
melempar apa pun kearah rumah tetangga. Karena kekhawatiranku yang terlalu
berlebih aku bawalah anakku itu berobat ke “orang-orang pintar” mana saja yang
aku dengar dari teman, tetangga atau kerabat. Berbagai persyaratan yang
diajukan oleh “orang-orang pintar” itu aku lakukan. Dari satu orang pintar
pindah ke orang pintar lainnya. Namun hasilnya big zero. Anakku tetap tidak berubah perangainya.
Terpikir olehku apakah ini adalah hukuman bagiku
karena aku tidak taat menjalankan perintahNya? Apakah ini suatu peringatan
bahwa Allah Yang Maha Kuasa menginginkan aku untuk sadar bahwa apa yang aku
lakukan selama ini adalah memberontak terhadapNya. Aku seolah tanpa berdoa kepadaNya
begitu saja bisa meminta bantuan orang pintar untuk mengembalikan sikap anakku
menjadi normal. Bahwa dengan menghabiskan uang jutaan rupiah untuk berobat
kesana-kemari tanpa mengingatNya, aku akan berhasil menormalkan kembali sikap
anakku. Kemana saja aku selama ini? DiberiNya aku pikiran yang waras dan
normal. DianugerahiNya aku dengan jasmani yang sehat dan kuat. Bisakah
“orang-orang pinter” itu memberikan apa yang telah Allah berikan untukku?
Mengapa aku melupakanNya? Melupakan keberadaanNya, Yang Maha Kuat dan Maha
Perkasa serta Maha Pengampun.
Ada sesuatu yang menyengat hati ini. Seperti sebuah
peringatan yang keras:: “Kemana saja engkau? Apakah kau lupa untuk memohon
kepadaNya untuk kesembuhan anakmu”. Gelegar rentatan kalimat itu terus memburu
kehidupanku. Hingga akhirnya aku pasrah dan aku mohon kepadaNya akan mengampuni
aku yang telah jauh menyimpang dari keimananku. Aku tidak bisa menunggu lama
lagij. Aku harus bertindak seperti membalikkan telapak tangan. Aku harus
bertobat. Aku harus kembali pasrah dan berdo’a kepadaNya. Aku TIDAK BERHAK
untuk memberontak terhadap ketentuanNya.
Ya Allah ampuni aku, kalau selama ini aku
mengesampingkanMu. Pikiranku terlalu buntu dan aku telah dikuasai oleh makhluk
jahat untuk pasrah kepada “orang-orang pintar.”. Ampuni aku ya Allah.
Tahun 2005 aku mulai rajin mengikuti pengajian.
Secara rutin. Sholat lima waktu tidak pernah aku tinggalkan. Aku pun tak pernah
luput mengikuti tauziah yang diadakan di Masjid. Alhasil tahun 2005 dan 2006
aku menjadi Ketua Panitia Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Aku pun dipilih
menjadi Ketua Majelis Taklim pada tahun 2005 walaupun hanya beberapa bulan. Aku
semakin giat mengkaji Al Qur’an. Aku semakin banyak berdo’a untuk kesembuhan
emosi anakku. Aku merangkulnya bak ia seorang yang tidak bermasalah. Aku
dengarkan ketika dia membutuhkan seorang pendengar. Aku setia mendengarkan
ocehannya walaupun aku harus mengalahkan rasa kantukku yang datang menyerang.
Aku akan selalu ada untuknya. Do’aku akan selalu teriring buat anakku. Aku
banyak bersabar dan berusaha keras untuk membunuh setiap keinginan yang muncul
untuk kembali ke “orang-pintar”.
Aku hanya pasrahkan dengan sepenuh do’a kesembuhan anakku kepadaNya. Aku harus merangkulnya. Dan itu aku lakukan. Begitu juga dengan anak-anakku yang lain merangkulnya dan mencoba untuk mengerti dirinya. Allah menyayangi aku hingga diberiNya aku cobaan yang berat melalui anakku ini. Alhamdulillah ya Allah. Aku akan selalu ingat akan ayatMu dalam Al Qur’an yang hingga dua kali Kau mengulangNya:: Fa inna ma’al ‘usri yusraa Inna ma’al’usri yusraa. (Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan) – (Surah Al-Insyiraah ayat 5 dan 6).
Aku hanya pasrahkan dengan sepenuh do’a kesembuhan anakku kepadaNya. Aku harus merangkulnya. Dan itu aku lakukan. Begitu juga dengan anak-anakku yang lain merangkulnya dan mencoba untuk mengerti dirinya. Allah menyayangi aku hingga diberiNya aku cobaan yang berat melalui anakku ini. Alhamdulillah ya Allah. Aku akan selalu ingat akan ayatMu dalam Al Qur’an yang hingga dua kali Kau mengulangNya:: Fa inna ma’al ‘usri yusraa Inna ma’al’usri yusraa. (Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan) – (Surah Al-Insyiraah ayat 5 dan 6).
Alhamdulillah tahun berganti tahun seakan tidak aku
rasakan menanti perubahan sikap anakku. Namun kebesaranNya berada diatas
segala-galanya.
Suatu malam Oktober 2010 aku dikejutkan oleh permintaan
anakku. Ia meminta aku mengajarkan ia mengaji. Dengan wajah serius ia pun meminjam
buku Tafsir Al Qur’an. Alhamdulillah, ya Allah. Selama ini ia tak pernah
sedikit juga mau menyentuhnya.
Ini adalah mu’jizat dari Allah. Aku merasakan perubahan
sikapnya menjadi seorang yang tidak egois. Ia telah berubah menjadi normal
berkat Allah menjabah do’aku sejalan dengan perubahanku menjadi seorang yang
lebih taqwa.. Berkat aku pasrah atas kehendakNya: apapun yang ingin Kau jadikan
terhadap umatMu, maka akan jadilah.
Kini setelah sekian tahun menanti, kebahagiaan itu
telah datang.Allah telah mengembalikan anakku. Ia rajin membantu aku memelihara tanaman favoritku, ia rajin
membersihkan rumah dan ia rajin mencuci segala alat dapur yang aku pakai
setelah memasak. Aku tidak diizinkan olehnya untuk membersihkan semua itu. Selalu
dengan penuh semangat ia kerjakan sambil
bersenandung lagunya MicJagger, hehehehe….karena dia adalah penggemar The
Rolling Stone. Aku biarkan dia memasang poster besar di teras rumahku. Aku
bersyukur bahwa emosi itu telah sirna. Namun aku biarkan dia untuk menjadi
dirinya. Kalau dia tidak suka untuk bergaul dengan tetangga – akan aku biarkan
– aku tidak akan memaksanya. Sejauh ia menjadi sosok yang normal sesuai
harapanku, cukuplah. Biarlah Allah yang menentukan kelak ia akan menjadi
seperti apa. Terima kasih ya Allah, Kau telah mengembalikan anakku. I love you my son.
Syukur Alhamdulillah, Allah cepat menyadarkan aku
akan kesalahanku. Semoga aku akan selalu terhindar dari perbuatan yang tidak di
ridhoiNya. Aamiin, ya Robbal’aalamiin.
Tulisan ini di-ikut-sertakan pada Monilando's First Giveaway
Subhanallah bunda... Sebuah kenyataan hidup yg sungguh membutuhkan keikhlasan yg dalam.
BalasHapusDan bukti bahwa Alqur'an adalah Asyifa, obat dr segala penyakit terutama penyakit hati.
الْØَÙ…ْدُ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ رَبِّ الْعَالَÙ…ِينَ Allah sdh memberikan petunjukNya ya bun...
Smg sukses dgn GAnya
subhanallah bun... sy terharu, sekaligus pelajaran berharga juga nih buat sy...
BalasHapussubhanallah Bunda hebadd, allahu akbar aku terharuu bacanya
BalasHapusSaya teringat ucapan Ustaz Yusman kalau ga salah: kebanyakan kita manusia bergegas mencari bantuan dari manusia ketika kita ditimpa masalah. Bukannya langsung merapat ke tempat sujud dan meminta kepada Sang Pencipta. Saya langsung tersindir oleh ucapannya. Betapa kita tak jarang menomorduakan atau menomorsekiankan Allah saat kita dilanda musibah. Cenderung mengandalkan manusia belaka.
BalasHapusKasus anak Bunda (benar kan anak Bunda?)adalah bukti nyata akan kuasa Allah untuk mengubah apa yang tak bisa diubah oleh manusia.
Membaca kisah ini saya jadi gemetar dan takut kalau2 tindakan dosa atau kekeliruan saya akan menjadi anasir negatif dalam diri anak-anak saya. Semoga Allah mengampuni dosa kami sebagai orang tua dan tidak menimpakan azab kepada keturunan kami atas apa yang tidak pernah mereka lakukan.
Amiiin. Terima kasih Bunda Yati.
subhanallah.. Allah Maha Kuasa atas apa2 yg dikehendakinya..
BalasHapustrimakasih sdh berbagi kisah bun..
Niken Kusumowardhani, makasih kunjungannya. Iya memang kita harus menjaga hati dan keimanan kita untuk tidak berpaling dariNya. Sampai detik ini Dia selalu memberi bunda kebahagiaan, dan ini pun adalah sebuah cobaan bagi bunda. Mudah2an bunda tidak lengah. Aamiin.
BalasHapuske2nai, alhamdulillah kalau ada pembelajaran yang bisa diambil dari cerita bunda diatas. Makasih ya ke2nai kunjungannya ke blog bunda.
BalasHapusmeyrinda, makasih pujiannya dan makasih juga udah mampir di blog bunda.
BalasHapusMas walank ergea, ia betul ia anak kandung bunda. Kapan2 ya bunda tampilkan dirinya di blog dalam postingan lain. Ya, terkadang memang manusia ingin cepat mencari jalan keluar yang salah, padahal jalan yang lebih afdhol sudah ada didepan mata yaitu doa dan pasrah kepadaNya. T'rima kasih Mas walang ergea kunjungannya ke blog bunda.
BalasHapusEnny Mamito, makasih Enny atas kunjungannya. Iya, kebetulan ada GA dan temanya sangat mengena "the reviving moment" bunda jadi langsung aja nulis apa yang bunda alami. Ternyata bisa dijadikan pembelajaran buat yang lain. Syukur alhamdulillah.
BalasHapusHiks,, kisahnya membuat terharu bun, bisa buat inspirasi yg lain...
BalasHapusmakasih ya udah berbagi dan berpartisipasi :)
Monika Yuliando Putri, hhmm...begitu baca di status Insan Robbani ada GA dengan tema "The Reviving Moment", langsung donk bunda terpecut untuk segera bikin postingan karena temanya sangat, sangat mengena dan pas, sehingga begitu aja tuh baris demi baris memenuhi halaman postingan. Menang gak menang yang penting partisipasi bunda untuk tema itu PAAAASSS BANGET. Makasih kunjungan Monika disini.
BalasHapusBUndaaaa......luar biasa deh. Insyaallah dengan doa bunda, anak bunda akan menjadi anak sholeh.
BalasHapusbunda jika berkenan baca kisahku disini ya:
http://saraamijaya.blogspot.com/2012/09/lingkaran-kebaikan.html
Allhamdulilah berkat doa bunda ya
BalasHapusSarah Amijaya, oke sebentar pasti bunda mampir ke TKP ya. Makasih kunjungan Sarah di blog bunda. Ya, Insya Allah do'a bunda akan selalu dijabah Allah. Aamiin.
BalasHapusLidya - Mama Cal-Vin, makasih kunjungan Lidya di blog bunda. Iya Lidya berkat do'a bunda yang dijabah Allah. Aamiin. Mudah2an dengan do'a yang tiada putus dia akan menjadi lebih baik lagi. Aamiin.
BalasHapus