PROMPT #1 - G-String Merah

Telpon genggam itu masih hangat, berarti seseorang baru saja menyelesaikan pembicaraan. Siapa yang baru saja mengadakan kontak dengan Rani? Akan sampai hatikah dia membukanya? Bukankah sudah terjadi kesepakatan antara dirinya dan Rani? Mereka harus menghargai "privacy" masing-masing. Sekali pun mereka adalah dua kekasih yang sudah menjalin hubungan lebih dari lima tahun, namun kesepakatan tetaplah sebuah janji yang harus dipenuhi.  Waktu yang bergulir tidak menyebabkan dirinya lupa akan hal itu.

Hari ini dia memerlukan kehadiran Rani, namun gadis itu tidak muncul sesuai janjinya. Dion merasa dipermainkan. Pertengkaran kecil yang terjadi pun terbayang kembali di dalam pikirannya.

"Ran, ibu gw minta elo dateng. Bisa kan? Malam ini setelah elo pulang kursus balet", suara Dion agak tersendat karena ragu.

"Sori lovy, gw gak bisa. Ada latihan terakhir sore ini untuk penampilan gw seminggu lagi. Emang elo gak pengen gw menang dalam kompetisi ini?. Gw udah janji ma Ririn mau dateng bareng. Dia mau nyamper gue bentar lagi Trus nungguin gw ampe kelar latihan. Elo gak usah jemput gw ya?", suara Rani yang bernada agak ketus menyambar telinga Dion.  Dion hanya mampu tertunduk dan resah mulai menjalari dadanya. Lamunan dan bayangan yang selama ini ingin ia tepis dengan kuat, kini kembali lagi menyeruak.

Sudah lama Dion mencurigai ada apa-apa antara Rani dan Ririn. Mereka sangat akrab. Dimana ada Rani disitu ada Ririn. Begitu juga sebaliknya. Dion merasa bahwa selama ini ia hanya menjadi nomor kesekian dalam hidup Rani.

"Jangan-jangan................... Gila! Sungguh gila! Aku tidak boleh berpikir sejauh itu!" Dion seolah terkejut mendengar jerit bathinnya. 

"Aku harus mendapat kepastian dari Rani secepatnya!" 

Tanpa ragu Dion memutuskan untuk menemui Rani di rumah kos-kosan yang terbilang agak mewah untuk ukuran mahasiswa seperti mereka.

 Dion pun menghubungi telepon genggang Rani dengan hati dipenuhi segudang tanda tanya. Namun Dion berusaha untuk tampil ceria di depan Rani.

.

"Oh ok, lovy. Elo langsung masuk kamar aja dulu ya. Gw masih mandi nih"

Hehhh… Dion nyengir. Jaman sekarang. Mandi, hape juga dibawa. Watsapan sambil mandi. Dion terkekeh sendiri.untuk menghibur hatinya. Dia menuju kamar nomor dua di deretan kanan. Dibukanya pintu yang memang tak pernah terkunci, lalu masuk.

Kamar itu tak terlalu luas. Dipenuhi dengan barang-barang praktis. Dion menggelesot di lantai bersandarkan tempat tidur. Tapi tiba-tiba matanya tertarik pada sesuatu yang berwarna merah yang sedikit menyembul keluar dari bawah bantal. Penasaran, karena hampir tak ada baju setahu Dion yang berwarna merah di kamar ini, ditariknya benda berwarna merah itu.

Dion terkesiap. G-String? G-String warna merah?

Dengan cepat dia kembalikan apa yang ditariknya ketika pintu kamar mandi terdengar dibuka. Rani keluar dengan anggun. Mengenakan blue jean ketat warna coklat dan blus longgar warna kuning. Warna kesukaan Dion. Semua kelengkapan make up sudah ada di kamar mandi. Rani tak sungkan langsung mendekatkan wajahnya ke muka Dion. Dion mendorong wajah cantik itu dengan perlahan. Rani kembali terduduk ditempatnya.

"Ran, keknya gw udah gak kuat lagi nih nahan perasaan gw"

"Ini apa?" suaranya sedikit serak karena menahan gejolak cemburu. Ditariknya G-string merah itu dan dilemparkannya ke pangkuan Rani.

"G-String kan, emang elo kira apaan?" Rani masih dengan candanya.

"G-String siapa ni, Ran?. Setau gw elo gak suka ma warna merah!"

Seketika Dion terhenyak melihat Rani tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.Tanpa diminta Rani menggelosor dari tempat tidur dan duduk disebelah Dion. Dipeluknya Dion dengan erat. Dion tidak bisa melepaskan pelukan itu, walaupun ia mencoba. Rani tetap menghujaninya dengan kecupan bertubi-tubi. penuh rasa kangen yang dahsyat. 

"Elo kira gw lesbong apah?" masih dengan tawanya. Wajahnya merona bahagia karena Rani tahu betapa Dion mencintainya. 

"Nih gw critain ma elo, biar elo gak penasaran nyangkain bokinnya lesbong. Enak aja lo!" Rani masih cekikikan.

"Kebetulan aja yang ketarik G-String warna merah. Sebenernya ada selusin. Warna warni lho. Gw jadi pengen punya juga tuh buat malam pertama gw ma elo, hahahahaha..."

"Lanjutin crita lo/ Gw serius nih!"

"Sohib elo yang namanya Hendro kan tunangannya Ririn. Dia mau kasih kado di ultah Ririn. Kadonya ya itu tadi G-String. Malu dia kalo beli sendiri, jadi dia minta tolong gw. Gituuu....."

Dada Dion seperti bebas dari himpitan benda yang paling berat. Dion merangkul Rani dengan mesra.

"Gw juga mau kasih kado G-String buat elo. Buat malam pertama kita. Tapi pasti gw pilihin yang beragam modelnya. Yang kayak punya nyokap gw. Bagus-bagus. Gw yang beli sendiri. Gak pake nyuruh-nyuruh orang laen deh. Gak tanggung-tanggung gw beliin buat elo yang bermerek Chanel. Pokoknya elo pasti jadi semakin seksi." bisik Dion mesra. Rani pun menggeliat manja dalam pelukan Dion.

Hape yang berdering-dering pun tidak mereka hiraukan. Sinar rembulan yang menerobos melalui kisi-kisi jendela menjadi saksi akan keindahan cinta mereka.