BeraniCerita #1 TERINDAH.
"Gila! Bener-bener gila!" Irwan setengah berteriak. Narto memandang karibnya dengan antusias.
"Kenapa lo? Gila? Siapa yang gila?"
Keadaan yang gila!. Udahlah jangan banyak nanya.. Gw lagi pusing!"
Narto tersenyum, didekatinya Irwan. Narto sangat tahu isi hati karibnya ini. Cintanya pada Nindia tidak bisa di-tawar-tawar. Kalau disamakan dengan harga barang, sudah "fixed price."
"Lo pasti mendesak Nindia lagi, kan? Ngaku aja deh!"
Irwan tertunduk karena pertanyaan Narto.
"Aku mencintainya, To. Cinta mati. Serasa aku gak bisa hidup tanpa dia."
"Aduh, melankolis banget sih lo, Wan. Kan Nindia udah nyuruh lo cari pasangan yang lain. Yang serasi ama umur lo. So, apa lagi sekarang masalahnya?"
"Masalahnya, gw cinta banget ama Nindia. Gw tahu usianya 15 tahun diatas gw. Tapi gw gak peduli. Gua lamar dia. Ee..dia tolak, dia gak percaya. Dia bilang gw cuman mau eksperimen. Gila, kan?"
Narto memandang Irwan penuh pengertian. Narto tahu hubungan antara Irwan dan Nindia sudah berjalan hampir lima tahun, tapi tidak ada kejelasan dari Nindia akan dibawa kemana hubungan mereka. Sementara Irwan mengharapkan Nindia mau menikah dengan dirinya. Usia bagi Irwan bukan masalah.
"Di Luar Negeri juga banyak pasangan yang umurnya beda jauh. Bahkan ada yang cowoknya umur 30, ceweknya udah pantes jadi neneknya. Mereka happy-happy aja tuh ampe 30 tahun usia pernikahan mereka!" begitu selalu kilah Irwan kalau dinasihati soal hubungan asmaranya dengan Nindia.
"Wan, apa lo gak mikir lebih jauh kalo Nindia itu janda beranak dua?"
"Gw udah bilang, gw gak peduli!. Kalo gw bilang cinta Nindia ya gw juga cinta anak-anaknya donk. Lo gimana sih, To? Saran Nindia nyuruh gw pacaran udah gw lakuin. Dua kali malah, tapi dua-duanya gagal total. Dipikiran gw yang ada cuman Nindia. Gak ada yang nyamain dia pokoknya. Manis budinya, halus tutur katanya, romantisnya. Sifatnya yang sabar. Beeuuh! Semua yang aku butuhkan, ada pada Nindia. Titik!"
Irwan berdiri. Wajahnya kusut. Ia mencoba untuk tenang. Dibenamkannya seluruh jari-jarinya kedalam rambutnya yang hitam legam.
"Oh, Tuhan, mengapa Kau pertemukan aku dengan dia kalau kami tidak Kau izinkan bersatu. Ini tidak adil!" rintih Irwan dalam bathin. Keputus-asaan sudah memenuhi seluruh relung hatinya. Lunglai seluruh sendi-sendi tubuhnya.
Getar telepon genggam dalam sakunya membuat Irwan terkejut. SMS dari pengirim yang tidak ia kenal.
"Kalau nak Irwan serius, kami tunggu kedatanganmu di alamat ini. Salam, orang-tua Nindia..."
"Kenapa lo? Gila? Siapa yang gila?"
Keadaan yang gila!. Udahlah jangan banyak nanya.. Gw lagi pusing!"
Narto tersenyum, didekatinya Irwan. Narto sangat tahu isi hati karibnya ini. Cintanya pada Nindia tidak bisa di-tawar-tawar. Kalau disamakan dengan harga barang, sudah "fixed price."
"Lo pasti mendesak Nindia lagi, kan? Ngaku aja deh!"
Irwan tertunduk karena pertanyaan Narto.
"Aku mencintainya, To. Cinta mati. Serasa aku gak bisa hidup tanpa dia."
"Aduh, melankolis banget sih lo, Wan. Kan Nindia udah nyuruh lo cari pasangan yang lain. Yang serasi ama umur lo. So, apa lagi sekarang masalahnya?"
"Masalahnya, gw cinta banget ama Nindia. Gw tahu usianya 15 tahun diatas gw. Tapi gw gak peduli. Gua lamar dia. Ee..dia tolak, dia gak percaya. Dia bilang gw cuman mau eksperimen. Gila, kan?"
Narto memandang Irwan penuh pengertian. Narto tahu hubungan antara Irwan dan Nindia sudah berjalan hampir lima tahun, tapi tidak ada kejelasan dari Nindia akan dibawa kemana hubungan mereka. Sementara Irwan mengharapkan Nindia mau menikah dengan dirinya. Usia bagi Irwan bukan masalah.
"Di Luar Negeri juga banyak pasangan yang umurnya beda jauh. Bahkan ada yang cowoknya umur 30, ceweknya udah pantes jadi neneknya. Mereka happy-happy aja tuh ampe 30 tahun usia pernikahan mereka!" begitu selalu kilah Irwan kalau dinasihati soal hubungan asmaranya dengan Nindia.
"Wan, apa lo gak mikir lebih jauh kalo Nindia itu janda beranak dua?"
"Gw udah bilang, gw gak peduli!. Kalo gw bilang cinta Nindia ya gw juga cinta anak-anaknya donk. Lo gimana sih, To? Saran Nindia nyuruh gw pacaran udah gw lakuin. Dua kali malah, tapi dua-duanya gagal total. Dipikiran gw yang ada cuman Nindia. Gak ada yang nyamain dia pokoknya. Manis budinya, halus tutur katanya, romantisnya. Sifatnya yang sabar. Beeuuh! Semua yang aku butuhkan, ada pada Nindia. Titik!"
Irwan berdiri. Wajahnya kusut. Ia mencoba untuk tenang. Dibenamkannya seluruh jari-jarinya kedalam rambutnya yang hitam legam.
"Oh, Tuhan, mengapa Kau pertemukan aku dengan dia kalau kami tidak Kau izinkan bersatu. Ini tidak adil!" rintih Irwan dalam bathin. Keputus-asaan sudah memenuhi seluruh relung hatinya. Lunglai seluruh sendi-sendi tubuhnya.
Getar telepon genggam dalam sakunya membuat Irwan terkejut. SMS dari pengirim yang tidak ia kenal.
"Kalau nak Irwan serius, kami tunggu kedatanganmu di alamat ini. Salam, orang-tua Nindia..."
"Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan
oleh Mayya dan Miss Rochma"
wow....kereeen bunda...idenya menarik...jadi inget Raffi Ahmad dan Yuni Shara, bedanya ini happy ending he2. semoga menang ya bund...:-)
BalasHapusweh akhirnya dapet sms mengejutkan yaa bunda, kerennn :D
BalasHapusfenomena cinta dg yg lbh tua :D
BalasHapusluarbiasa..jadi ingat pepatah Kalau Cinta Sudah Melekat Tai Kucing-pun Serasa Coklat....., selamat berlomba ya...salam sukses selalu dari Makassar :-)
BalasHapusKalau sudah begitu, biar hati yang bicara ..... hahaha :)
BalasHapusnamanya cinta tidak bisa diukur dengan umur ya bun
BalasHapusNunung Nurlaela, makasih do'anya. Bunda lama gak "ngon-line" mungkin udah ada pengumumannya sekarang. Makasih kunjungan Nunung ke blog bunda.
BalasHapusNiar Ci Luk Baa, yoi Niar, itulah yang TERINDAH bagi Irwan, hehehehe..... Makasih kunjungan Niar ke blog bunda.
BalasHapusjiah al jafara, iya tuh, banyak kejadian yang berakhir dengan happy ending (kalo di LN), hehehehe..... Makasih kunjungan jiah ke blog bunda.
BalasHapusBlogS of Hariyanto, hehehehe.....ada lagi tuh yang berbunyi: Kalau kita cinta perempuan itu maka kita pun harus mencintai anjing kurap yang dimilikinya. Heibatnya cinta. Makasih kunjungannya ke blog bunda.
BalasHapusMarchia Diandra, siiip... ember Auntie Dazzling. Sekarang sudah sampe dimana nih perjalanannya. Koq gak nglajak2 bunda.....Oke deh, teriring do'a dan jangan lupa jaga kesehatan ya. Makasih kunjungannya maaf baru bunda balas karena bunda beberapa hari ini cuma bisa facing hape jadul, gak bisa balas komentar.
BalasHapusLidya - Mama Cal-Vin, betul3x. Tapi kan akal dan pikirannya juga yang akhirnya memutuskan. Yeee..... Makasih kunjungan Lidya ke blog bunda.
BalasHapusbeuhhhhh... endingnya mantab bunda..
BalasHapuswaaawww keren deh
BalasHapuscerita Bunda emang idenya selalu menarik. mudah dipahami juga. kalo saya nulis cerpen,masih bingung untuk milih kata-katanya,padahal pengen alur ceritanya seperti ini tapi yang jadi alur ceritanya jadi membingungkan.
BalasHapus