"PromptChallenge Quiz: Cinta, Oh Cinta."
"Kenapa Rim akhir-akhir ini kelihatannya murung, ya?"
Net bingung memikirkan prilaku teman sekamarnya ini. Pertanyaan itu tetap bergayut dibenaknya. Net harus menunggu saat yang baik, agar persahabatannya dengan Rim tidak retak karena keingin-tahuan Net belaka.
Net bertekad: "Aku harus menanyakan hal ini kepadanya. Kenapa mukanya pucat. Kenapa bokongnya melebar. Dan kenapa ia suka sekali memakai baju longgar."
Net akhirnya memutuskan untuk segera mencari tahu. Net tidak mau membiarkan puyeng tujuh keliling memikirkan Rim tetap bercokol dikepalanya.
"Ini harus tuntas. Cepat atau lambat!.
Lama Net menunggu Rim. Tapi yang ditunggu belum juga memperlihatkan batang hidungnya.
"Huuuh...kemana sih nih si Rim. Udah malam begini belum juga pulang."
Net menggerutu, entah ditujukan pada siapa. Ada rasa khawatir dihati Net. Juga rasa takut. Dua kamar disebelah kamarnya, sudah satu minggu kosong. Darmi dan Karsih, sang penghuni pulang kampung, dikawinkan oleh orang-tua mereka.
"Pasti Darmi dan Karsih gak balik lagi. Kenapa sih harus mau dikawinkan tanpa cinta?" bisik Net
Tiba-tiba dari kamar kosong disebelah kamarnya, Net mendengar suara orang merintih.
Rintihan yang diikuti dengan suara seperti sebuah isakan tangis yang tertahan.
Net merinding. "Pasti ada orang di kamar ini," pikir Net, sambil mendekatkan telinganya ke bilik bambu..
"Ya, Allah. Ampuni aku. Tolong aku ya Allah." desah suara yang Net kenal.
Tanpa ragu Net mendorong pintu itu dengan mudah. Apa yang dilihatnya kemudian membuat Net terkejut bukan kepalang.
Net mundur dan berlari keluar kamar. Tapi pikiran cerdasnya memutuskan.
"Aku harus beritahu Mbah Mis! Apapun risikonya!"
"Whatever will be, will be!" bisik Net. Sepotong kalimat yang acapkali Net dengar dari majikannya.
"Mbah..........mbah Mis! Tolong kesini, cepetan!"
Si Mbah Mis datang setengah berlari menuju kamar. Net sedang berjongkok disamping Rim yang memandang kosong ke mata Net. Mbah Mis pun ikut berjongkok. Mata mbah Mis bertumpu pada seonggok bungkusan kecil. Penuh darah.
"Inna lillah! Bayi? Bayi apa? Kapan lahirnya koq tiba-tiba sudah ada jenazahnya?
Kapan Rim hamil?" Mbah Mis memberondong Net dengan pertanyaan-pertanaan yang tiba-tiba menberondong kepalanya.
Ingin rasanya Net membekap mulut Mbah Mis, janda 50an bercucu tiga yang cinta mati sama Kardi, hansip wilayah sekitar.yang ganteng.
"Innanillahi wainailaihi rojiuun, ngono lho Mbah Mis. Koq bayi apa? Bayi siapa, gitu!"
Suara Net sedikit kesal. Dalam kekesalannya Net pun memiliki tanya yang sama dengan Mbah Mis:
"Kapan Rim hamil?"
Mata Mbah Mis ber-putar keliling ruangan yang pengap itu. Ada angkin (pengikat pinggang) yang panjang. Ada botol anggur Cap Orang Tua.
Kini mata Mbah Mis memancarkan sorot amarah. Dipandangnya Rim yang lemah terkulai. Disapunya wajah Net yang penuh khawatir. Tangan Net membelai wajah dan rambut Rim yang bersimbah keringat. Tangan Mbah Mis mengepal. Ditinjunya telapak tangannya sendiri.
"Iblis setengah manusia! Manusia jadi-jadian! Awas kalo ketemu tak babat lehermu!"
Mbah Mis terus nyerocos.
"Ini pasti perbuatan si Kardi! Dia lebih memilih si Rim ketimbang aku! Dasar cewek gatel Dia rebut calon suamiku. Aku benci si Rim. Karena dia Kardi-ku pergi dariku! Mas Kardiiii...."
Mbah Mis berteriak, tertawa, berlari meninggalkan kamar seperti tidak terjadi apa-apa. Suara tawa Mbah Mis seakan masih berada di kamar itu.
493 Words.
Net bingung memikirkan prilaku teman sekamarnya ini. Pertanyaan itu tetap bergayut dibenaknya. Net harus menunggu saat yang baik, agar persahabatannya dengan Rim tidak retak karena keingin-tahuan Net belaka.
Net bertekad: "Aku harus menanyakan hal ini kepadanya. Kenapa mukanya pucat. Kenapa bokongnya melebar. Dan kenapa ia suka sekali memakai baju longgar."
Net akhirnya memutuskan untuk segera mencari tahu. Net tidak mau membiarkan puyeng tujuh keliling memikirkan Rim tetap bercokol dikepalanya.
"Ini harus tuntas. Cepat atau lambat!.
Lama Net menunggu Rim. Tapi yang ditunggu belum juga memperlihatkan batang hidungnya.
"Huuuh...kemana sih nih si Rim. Udah malam begini belum juga pulang."
Net menggerutu, entah ditujukan pada siapa. Ada rasa khawatir dihati Net. Juga rasa takut. Dua kamar disebelah kamarnya, sudah satu minggu kosong. Darmi dan Karsih, sang penghuni pulang kampung, dikawinkan oleh orang-tua mereka.
"Pasti Darmi dan Karsih gak balik lagi. Kenapa sih harus mau dikawinkan tanpa cinta?" bisik Net
Tiba-tiba dari kamar kosong disebelah kamarnya, Net mendengar suara orang merintih.
Rintihan yang diikuti dengan suara seperti sebuah isakan tangis yang tertahan.
Net merinding. "Pasti ada orang di kamar ini," pikir Net, sambil mendekatkan telinganya ke bilik bambu..
"Ya, Allah. Ampuni aku. Tolong aku ya Allah." desah suara yang Net kenal.
Tanpa ragu Net mendorong pintu itu dengan mudah. Apa yang dilihatnya kemudian membuat Net terkejut bukan kepalang.
Net mundur dan berlari keluar kamar. Tapi pikiran cerdasnya memutuskan.
"Aku harus beritahu Mbah Mis! Apapun risikonya!"
"Whatever will be, will be!" bisik Net. Sepotong kalimat yang acapkali Net dengar dari majikannya.
"Mbah..........mbah Mis! Tolong kesini, cepetan!"
Si Mbah Mis datang setengah berlari menuju kamar. Net sedang berjongkok disamping Rim yang memandang kosong ke mata Net. Mbah Mis pun ikut berjongkok. Mata mbah Mis bertumpu pada seonggok bungkusan kecil. Penuh darah.
"Inna lillah! Bayi? Bayi apa? Kapan lahirnya koq tiba-tiba sudah ada jenazahnya?
Kapan Rim hamil?" Mbah Mis memberondong Net dengan pertanyaan-pertanaan yang tiba-tiba menberondong kepalanya.
Ingin rasanya Net membekap mulut Mbah Mis, janda 50an bercucu tiga yang cinta mati sama Kardi, hansip wilayah sekitar.yang ganteng.
"Innanillahi wainailaihi rojiuun, ngono lho Mbah Mis. Koq bayi apa? Bayi siapa, gitu!"
Suara Net sedikit kesal. Dalam kekesalannya Net pun memiliki tanya yang sama dengan Mbah Mis:
"Kapan Rim hamil?"
Mata Mbah Mis ber-putar keliling ruangan yang pengap itu. Ada angkin (pengikat pinggang) yang panjang. Ada botol anggur Cap Orang Tua.
Kini mata Mbah Mis memancarkan sorot amarah. Dipandangnya Rim yang lemah terkulai. Disapunya wajah Net yang penuh khawatir. Tangan Net membelai wajah dan rambut Rim yang bersimbah keringat. Tangan Mbah Mis mengepal. Ditinjunya telapak tangannya sendiri.
"Iblis setengah manusia! Manusia jadi-jadian! Awas kalo ketemu tak babat lehermu!"
Mbah Mis terus nyerocos.
"Ini pasti perbuatan si Kardi! Dia lebih memilih si Rim ketimbang aku! Dasar cewek gatel Dia rebut calon suamiku. Aku benci si Rim. Karena dia Kardi-ku pergi dariku! Mas Kardiiii...."
Mbah Mis berteriak, tertawa, berlari meninggalkan kamar seperti tidak terjadi apa-apa. Suara tawa Mbah Mis seakan masih berada di kamar itu.
Bunda...di promptnya itu mbah Mis kan ya, bukan Mbak Mis...karena beda mbah dengan Mbak... mbah itu nenek/eyang...btw, ceritanya oke bund..:-)
BalasHapuskeren nih critanya Bund! mantaps!
BalasHapusmbah misnya perannya galak amat...wkwkwk
BalasHapusmbak mis apa mbah mis ya mba? hehe
BalasHapuselaah... brarti si mas Kardi udah tuir ya, Bun? ceritanya oke. Tapi aku kaok baca nama "net" dan Rim", singkat banget hihihi.
BalasHapusbunda keren banget bund :D
BalasHapusuwow.. mbah mis waktu masi muda di mari ya? hihi :p
BalasHapusNet itu nama pendek ya bun?
BalasHapusceritanya bagus mbak.. cuma mengubah sedikit dari propmt-nya: mbah jadi mbak :)
BalasHapusyup, di promptnya itu Mbah Mis...
BalasHapusNunung Nurlaela, yang bunda copas koq Mbak bukan Mbah. Semula dalam cerita bunda itu "mbah Mis" tapi setelah bunda baca ulang sebelum di publish dari yang copas (font colour-nya merah) lha koq Mbak ya, langsung aja bunda betulan tuh semua yang mbaH jadi mbaK. Emang iya kan? Btw makasih kunjungannya Nur.
BalasHapusTak coba lagi ah liat di-sumbernya: oooo....iya itu yang bener adalah cerita awal bunda MbaH. Nah, tak edit aja deh kali ya biar mantebbbah.
Nunung Nurleila, mksh ya. Udah bunda edit. Gak ada peraturan baku kan kalo yang udah di post gak boleh di edit sama Panitia, hehehehehe.....
BalasHapusAlaika Abdullah, makasih Al. Makasih juga kunjungan Al ke blog bunda.
BalasHapussri sugiarti, masa' sih. Bukan galak kaleee tapi sutreesss... Makasihya kunjungannya ke blog bunda.
BalasHapushana sugiharti, mbaH, udah tak edit mak hana. Makasih kunjungannya ke blog bunda.
BalasHapusMira Sahid, belum tuwir tapi sedeng mengkel2nya, hehehehe....tuwiran si Mbah. Iya itu panggilan akrab teramat akrab jadi cukup Net and Rim azzzaaa..... Makasih kunjungannya.
BalasHapusAduuuh Niar Ci Luk Baa, ini koq mujiii terus, kapan ngritiknya, hihiii... (padahal seneng dipuji tuh si bunda.) Makasih ya kunjungan Niar ke blog bunda.
BalasHapusIstiadzah Rohyati, gak mak yang manis, udah bunda edit tuh jadi mbah beneran, hehehehe.... Gak ngurangin nilai kan? Makasih kunjungan Is ke blog bunda.
BalasHapusLidya, yoi. Nama pendek teramat pendek, hehehehe.... Makasih kunjungan Lidya ke blog bunda.,
BalasHapusDiah Kusumastuti, gak maksud mengubah lho mbak Diah, tapi bunda yang salah liat waktu copas dari sumbernya, lha kow bisa berubah jadi mbaK ya disitu. Udah bunda edit dan sedikit mengubah tatanan kata-kata. Makasih kunjungan Diah ke blog bunda.
BalasHapusLatree Manohara, yoi....bunda lagi blank kali waktu itu, koq copas-annya MbaK ya. Tapi udah di edit dan mudah2an kalau ada penilaian, gak mengurangi nilai nih, hehehehehe..... Makasih kunjungan mak Latree ke blog bunda
BalasHapusAaahh... Bunda selalu keren deh ceritanya.
BalasHapusBuuun...maafin Orin ya baru main lagi ke sini *ketjup*
Endingnya gak ketebak,kirain mau nolong Rim nya :D Bagus Bun :)
BalasHapusOrin, jangan pake "selalu" donk, jadi merasa gimanaaa gitu. Iya gpp yang penting Orin masih inget ma bunda aja dah cukup. Makasih kunjungan Orin disini. big XoXo buat Orin. Makasih udah mampir ya, sayang.
BalasHapusHelda, berarti bunda udah mulai bisa nih nulis FF, hehehehe....abis gak ada yang muji sih. Itu juga bunda gak nyangka sambil ngetik dapet ide kayak gitu, ya lanjuut aja. Makasih udah berkunjung.
BalasHapusSuka baca tulisan yang satu ini... Salam kenal ya! :)
BalasHapusBunda gimana taunya kalau itu yang melakukan kardi? Apakah dr ikat pinggang dan anggurnya?
BalasHapuskeren bunda ... si mbah Mis udah tua ternyata menjalin cinta he he ... si Rim tdk jadi ditolongin dong ..
BalasHapusPak Kardinya laris manis ya.. :D
BalasHapusNathalia Diana Pitaloka, wah! jangan dipuji donk, ntar bundanya gak maju2 nih, dikritik abis biar semangat 45, hehehehe..... Makasih ya udah berkunjung.
BalasHapusZona Kreatif, hehehehe....coba Zona jadi Juri-nya pasti deh si bunda yang menang. Makasih ya kunjungannya.
BalasHapusDiah indri, lho itu yang tahu keknya cuman si Mbah Mis lho, soalnya mbah Mis itu tahu kalo si Kardi itu hidung belang, lhaaa....sama yang tuwir aja mau, hahahahaha..... Makasih ya kunjungannya.
BalasHapusliannyhendrawati, biar tua juga kan masih suka "haus" hahahaha..... terjadilah cinta terselubung sama si Kardi yang kebetulan (menurut mbah Mis) seorang play-man (bukan playboy), hahahaha....... Makasih ya kunjungan ke blog bunda, Lianny.
BalasHapusrinibee, iya...dimana ya Kardi? hehehehe..... Makasih kunjungan rinibee ke blog bunda.
BalasHapusweleh2, mbaah inget umur mbaaaah :D
BalasHapusBagus Bun ceritanya, saya agak ketakutan pas ditemukan jenazah bayi...,
BalasHapus