Harga-harga yang Melambung.

Harga-harga yang melambung di pasar menjelang Hari Raya Idul Fitri, menjadi topik obrolan para ibu-ibu, di mana pun. Dalam hatiku  juga terselip bagaimana khekhinya aku ketika di pasar (Pamulang) harga-harga demikian melambung. Proses untuk menghadirkan rendang, opor ayam dan lain sebagainya membuat aku tidak puas dengan hasil belanjaan bumbu-bumbu instan. Aku ingin membuat bumbu-bumbu itu sendiri. Bumbu-bumbu ala bunda yr. Bayangkan, beli cabe rawit yang merah aja "kudu" Rp. 5,000, gak boleh kurang dari itu. Terus, harga-harga bahan-bahan yang lain, pasti ibu-ibu, emak-emak juga tahu semua harga pasti sudah melambung sejak lama, tapi menjelang Lebaran koq tambah melambung ya. Aduuuh, si bunda ini koq ya sudah gaharu, cendana pula, sudah tahu bertanya pula. Piye toh, Bun?



Mau bikin rendang 3 kg aja koq harus keluar uang Rp. 120,000 untuk 12 butir kelapa. (Formula resep bunda untuk 1 kg. daging dibutuhkan santan dari 4 butir kelapa, 1 kg. cabe merah dan teman-temannya.) Belum lagi untuk opor ayam, yang juga membutuhkan santan kental dari 3 butir kelapa.Ayamnya 5 ekor lho.

Soal harga, mungkin (pasti kallee) gak akan ada solusinya kalo minta harga murah atau diturunkan, hehehe... Jadi begitu pulang dari pasar dengan tentengan yang rada-rada berat, peluh menetes, naik angkot donk, karena anak-anakku masing-masing sudah mempunyai tugas, bersih-bersih rumah dan lain sebagainya, apa salahnya aku sendiri yang ke pasar.

Ketika naik angkutan umum, aku duduk dekat pintu masuk tuh. mata jelalatan ke arah pintu mobil. Walau hati mangkel karena harga-harga yang melambung, sekali pun badan berpeluh-ria, tiba-tiba hati ini seperti disapu angin pagi yang segar. Senyumpun mengembang. Ternyata bukan aku sendiri yang senyum-senyum, ada ibu-ibu lain yang juga tersenyum, jadilah kami saling pandang dan senyum pun bertebaran. Apa yang menyebabkan kami tersenyum-senyum simpul. Mau tahu? Pastilah! Ini lho, ada poster yang berisi text yang mengundang senyum itu dan dalam hati, jujur aja deh, pasti siapa pun yang membacanya akan membenarkan bunyi text itu.

Koq bisa-bisanya ya, yang bikin poster itu memilih fotonya almarhum mantan Presiden R.I. yang memangku jabatannya selama 32 tahun itu, dan yang memiliki senyum ramah berkharisma. Hihihiii...di balik harga-harga yang melambung, melihat poster ini, bisa juga mengundang senyum.

Ini lho, yang bikin aku dan ibu-ibu di angkot tersenyum.


Komentar

  1. ntah kenapa ya Bun, aku jg senyum2 sndri klo liat poster itu. Di kampungku banyak tuh yg masang. Bahkan di truk2 juga banyak.
    Senyumnya Mbah Harto ternyata bs menghibur jg ya.. hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti kita sehati, nih! Emang banget, keknya bikin tenang tentrem, gitu. Mbah Harto, mbah Harto, coba ada reinkarnasinya, ya? hehehe.... Mkash ya kunjungan covalimawati ke blog bunda.

      Hapus
  2. hohoho, setuju...Pas mudik ke purworejo kemarin, di tukang tampal ban, warung-warung juga banyak yang nempelin ini. Habis menggerutu langsung nyengir deh liat poster almarhum itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeee.........di-mana-mana pasti sama toh. Poster yang mengundang senyum, karena yang senyum di poster itu sih yang marakke awak dewe ikutan senyum, hehehe... Mksh kunjungan Putri Baiti Hamzah ke blog bunda.

      Hapus
  3. Pernah juga liat poster pak Harto di sini dan iya kok bikin senyum sendiri yaa?? waktu masih dipimpin pak harto umurku masih belasanlah jadi ga terlalu ngerti apa bedanya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, jadi semua yang liat poster ini pada berhasil senyum ya. Bedanya di harga-harga yang bisa terjangkau rakyat kecil. Denger dari supir2 taksi, katanya kalo dulu bisa beli beras 10 liter, sekarang cuma dapet 3 literan, hiks, hiks. Gituuuu, sayang. Mkash ya kunjungan Dian Lingga Kesuma ke blog bunda. Tunggu bunda bertandang ya.

      Hapus
  4. Waktu pulang ke Yogya sebelum puasa kemarin, aku juga banyak liat poster Pak Harto di sana. Tak kirain karena di sana itu kampung halaman beliau, ternyata ada juga ya di Pamulang.

    Posternya emang bikin orang yang melihat tersenyum. Kalau saya sendiri merasa, ada benarnya juga kalimatnya itu. Meski di akhir periodenya harus menanggung utang, hehe.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu