I love Them So Much.
Gak apa-apa kan aku memberi judul postingan ini dalam bahasa Inggris: I love them so much, hehe.. Kan banyak tuh, buku-buku novel, cerpen, buku-buku bertema Chicken Soup, yang judulnya bahasa Inggris, tapi isinya dalam bahasa Indonesia. Yang penting, biar keren dan biar menjual. Agar bikin yang melihat penasaran ingin menjamah. Cocok, tertarik, langsung dibawa ke Kasir, rogoh kantong deh. Lho, koq jadi cerita tentang buku sih ya. aku mau cerita tentang something else, bukan tentang buku..
Tempat tinggalku yang permanent adalah di Pamulang, tapi 90% aku bercokol di Ciputat. Demi anak, sang permata hati dan demi cucu tercinta. Nah, beberapa hari yang lalu, aku sight-seeing (bukan cuma di Mall ya bisa sight-seeing, hehe....) di halaman rumah anakku. Trus melihat pohon pakis koq ya udah gak seger lagi toh.. Jangan salah ya, itu bukan pohon pakis sembarangan, bukan pohon pakis murahan, qiqiqiqiii... yang biasa bisa dilihat di pinggir jalan atau di sepanjang tembok rumah-rumah besar di Pondok Indah, atau di taman perkantoran. Pakis yang ini memiliki dua warna lho, yaitu warna hijau dan kuning. Cantik banget. Dan itu aku beli di Puncak, ketika aku dan si bontot iseng jalan-jalan mencari tanaman yang kira-kira langka di Jakarta. Kebetulan kami sama-sama penyuka tanaman.Klop deh.
Jelas donk aku gak sampai hati melihat pohon pakis itu merana. Usut punya usut, ternyata bagian yang sedang merana itu adalah bagian yang kebetulan kena sinar matahari. Padahal sebenarnya pohon pakis ini maunya di tempat yang sejuk, yang terlindung dari panas.
Tak ayal lagi, langsung aku "bopong" pot-nya, aku bongkar dan aku ganti media-tanamnya. Rasanya puas banget . Setelah kira-kira 2 mingguan pot yang sudah aku ganti media tanamnya pun menjadi subur dan segar. Tentu saja aku tak lupa sambil membelainya ketika memindahkannya ke pot yang baru. Aku ajak bicara (walaupun dalam hati), aku puji dengan ucapan seperti ini: "Kau cantik, pakisku sayang. Tumbuhlah kau dengan subur. Aku suka kamu." Iiiiccchh,, koq jadi ngomong sendiri ya. Loh! memang seharusnyalah tanaman yang kita pelihara pun diajak berdialog. Coba praktekkan, pasti sang pohon akan tumbuh dengan subur. Tapi cobalah lihat, seandainya dia kita abaikan dan kita anggap seolah gak ada....naaah, ia akan merana dan mati, hiks, hiks. Akhirnya kita juga kan yang menyesal? Jadi sayangilah tanaman yang ada di rumah kita. Karena pot-pot berisi tanaman itulah rumah kita menjadi sebuah rumah yang rada-rada asri.
Dua hari yang lalu keponakanku, yang tahu bahwa sang tante ini menyukai tanaman, berkunjung sambil membawa oleh-oleh satu pot tanaman berisi tanaman "keladi Jepang" (katanya namanya Keladi Jepang). Batangnya beralur seperti ular. Cantik banget. Walaupun cintaku pada tanaman Sansevieria, namun akhir-akhir ini aku juga menyukai tanaman lain, yang kelihatannya aneh, cantik dan langka. tapi aku tetap mencintai Sansevieria. I love them so much.
Mudah-mudahan pohon Keladi Jepang ini akan tumbuh dengan subuh dan beranak-pinak. Aamiin.
Tempat tinggalku yang permanent adalah di Pamulang, tapi 90% aku bercokol di Ciputat. Demi anak, sang permata hati dan demi cucu tercinta. Nah, beberapa hari yang lalu, aku sight-seeing (bukan cuma di Mall ya bisa sight-seeing, hehe....) di halaman rumah anakku. Trus melihat pohon pakis koq ya udah gak seger lagi toh.. Jangan salah ya, itu bukan pohon pakis sembarangan, bukan pohon pakis murahan, qiqiqiqiii... yang biasa bisa dilihat di pinggir jalan atau di sepanjang tembok rumah-rumah besar di Pondok Indah, atau di taman perkantoran. Pakis yang ini memiliki dua warna lho, yaitu warna hijau dan kuning. Cantik banget. Dan itu aku beli di Puncak, ketika aku dan si bontot iseng jalan-jalan mencari tanaman yang kira-kira langka di Jakarta. Kebetulan kami sama-sama penyuka tanaman.Klop deh.
Jelas donk aku gak sampai hati melihat pohon pakis itu merana. Usut punya usut, ternyata bagian yang sedang merana itu adalah bagian yang kebetulan kena sinar matahari. Padahal sebenarnya pohon pakis ini maunya di tempat yang sejuk, yang terlindung dari panas.
Tak ayal lagi, langsung aku "bopong" pot-nya, aku bongkar dan aku ganti media-tanamnya. Rasanya puas banget . Setelah kira-kira 2 mingguan pot yang sudah aku ganti media tanamnya pun menjadi subur dan segar. Tentu saja aku tak lupa sambil membelainya ketika memindahkannya ke pot yang baru. Aku ajak bicara (walaupun dalam hati), aku puji dengan ucapan seperti ini: "Kau cantik, pakisku sayang. Tumbuhlah kau dengan subur. Aku suka kamu." Iiiiccchh,, koq jadi ngomong sendiri ya. Loh! memang seharusnyalah tanaman yang kita pelihara pun diajak berdialog. Coba praktekkan, pasti sang pohon akan tumbuh dengan subur. Tapi cobalah lihat, seandainya dia kita abaikan dan kita anggap seolah gak ada....naaah, ia akan merana dan mati, hiks, hiks. Akhirnya kita juga kan yang menyesal? Jadi sayangilah tanaman yang ada di rumah kita. Karena pot-pot berisi tanaman itulah rumah kita menjadi sebuah rumah yang rada-rada asri.
Pakis dua warna aku pindahkan lagi ke belakang dibawah rimbunnya sirih merah. |
Dua hari yang lalu keponakanku, yang tahu bahwa sang tante ini menyukai tanaman, berkunjung sambil membawa oleh-oleh satu pot tanaman berisi tanaman "keladi Jepang" (katanya namanya Keladi Jepang). Batangnya beralur seperti ular. Cantik banget. Walaupun cintaku pada tanaman Sansevieria, namun akhir-akhir ini aku juga menyukai tanaman lain, yang kelihatannya aneh, cantik dan langka. tapi aku tetap mencintai Sansevieria. I love them so much.
Katanya nama tanaman ini Keladi Jepang. |
Mudah-mudahan pohon Keladi Jepang ini akan tumbuh dengan subuh dan beranak-pinak. Aamiin.
Bunda Yati lebih cantik dari Pakis kok..
BalasHapusLophe You too Bun.. hehehe
Cihuuuy, siapa tuh yang muji Bunda? Ooooo, anakku toh? Masa sih Bunda disejajarkan ma Pakis, hiks, hiks. Mustinya sama Bella Saphira, gitu lho, huahuahua.... Mkasih ya kunjungannya.
HapusBener2.. gimana sih cle.. mosok bunda cantik2 gt disamain sama pakis ^^ hihihi * kompor
HapusIya yah, tangkai keladinya unik Bun.. :D
BalasHapusYoi, unik, itulah sebabnya bunda cepet banget jatuh cinta, hehehe... Mksh kunjungan Rini Uzegan ke blog bunda.
HapusBunda... saya juga kepengen deh bisa bertanam seperti itu. Tapi saya tuh, takut sama cacing, jadi gimana ya Bunda supaya saya bisa bercocok tanam tanpa harus jijik/takut sama cacing?
BalasHapusSanti Dewi, bunda juga tadinya paling jijik tuh sama cacing, tapi lama-lama kalo takut terus, kapan nanemnya nih. Akhirnya mulai memberanikan diri deh kalo ada caciang, di"cutik" pake kayu, langsung dilempar jauh-jauh. Alhasil, udah gak jijik lagi kalo ada cacing, santai aja, ambil kayu, di cuil aja tuh cacing, lempar deh. Makasih ya kunjungan Santi Dewi ke blog bunda.
HapusBagi ketelatenannya dong bunda..suka nurutin males nih,jadi gagal mulu mau nyoba bercocok tanam
BalasHapusHadddeuuh, masa sih kalah sama males. Lawan donk, lawan dengan gigih, hehehe... Mksh ya kunjungannya.
HapusMasya Allah.. bunda rajin merawat tanaman ya?
BalasHapusDulu juga Aisyah suka nanem bunga, tapi suka dicabutin bunganya sama adek, makanya sekarang ga mau lagi.. ^_^
Aisyah As-Salafiyah, masa sih gara-gara bunga suka dicabutin sama adek, koq ya jadi ngambek, trus gak mau lagi nanem, Itu namanya belum jadi hobi. Yuk, jadikan menanam bunga atau yang lain sebagai hobi. Makasih ya kunjungan Aisyah ke blog bunda.
Hapusabisnya kesel bunda, baru mekar dikit, besoknya udah ga ada di tempat.. apalagi kalau pohon buah, belum mateng juga udah diambilin, sampe pohonnya kapok berbuah lagi..
HapusSebenarnya aku juga gak begitu suka sih bertanam, sukanya kalau liat bunganya aja.. ^^
bunda...aku juga suka bertanam, terutama Sansiviera
BalasHapusAaiihh.. bunda Yati rajin sekali...
BalasHapusBunda cihuyyy baanget ya, 2 minggu ajah pakis yang merana sudah berubah merona ya.
BalasHapus