MFF PROMPT#22 - Maafkan Aku, Ibu.
"Narti, kau siap dengan permintaan Ibu, kan? Hardi,
adikmu satu-satunya harus kau perjuangkan, agar apa yang menjadi mimpinya bisa
terwujud. Adikmu adalah orang yang akan menjadi Wali-mu ketika kelak kau menikah. Adikmu laki-laki lebih berhak dari
pada siapa pun untuk menjadi Wali yang sah untukmu. Jadi wujudkanlah mimpinya.
Hardi ingin menjadi crew sebuah kapal
pesiar yang megah."
Sebuah amanah yang ia rasakan terlalu berat untuk bisa ia
penuhi kembali menerawang dalam benaknya. Apalah yang bisa diharapkan dari seorang yang hanya memiliki
selembar ijazah SMK seperti dirinya?
Walaupun Hardi memiliki ketrampilan yang memadai untuk
menjadi seorang crew kapal pesiar, namun persaingan begitu ketat. Sekarang ini
siapa yang bisa memberikan uang lebih banyak dengan mudah bisa lolos. Hal itu tidak bisa ia pungkiri lagi. Apa yang harus ia lakukan? Kemana akan ia
cari uang sebesar tigapuluh juta rupiah
sebagai uang pelicin agar Hardi bisa melangkahkan kakinya sebagai crew sebuah
kapal pesiar tanpa hambatan?
Tanggung-jawab kini ada di pundaknya. Masih terngiang ucapan
Ibunya, sebelum meninggalkan dirinya dan adik satu-satunya untuk selamanya.
Laki-laki itu baru saja keluar. Ia membanting diri dan
menggeliatkan tubuhnya di kasur yang
empuk itu. . Bukan karena lelah, tapi geliat diiringi desah rasa puas. Ia
menikmati apa yang telah ia lakukan untuk memperoleh tigapuluh juta. Waktu dua bulan sebagai imbalannya. Pada awalnya ada rasa muak. Ingin rasanya ia
melarikan diri, setiap lelaki itu
datang. Bathin dan pikirannya
bertentangan. Namun terbayang wajah
ibunya. Wajah Hardi. Pergumulan antara dua perasaan. Hatinya? Atau pikirannya
yang akan menang. Demi terwujudnya mimpi
Hardi, ia tak mampu mengalahkan pikirannya.
Ia bahkan menjadi semakin larut
dalam kehidupan kelamnya.
Ia harus berusaha
untuk menikmatinya. Di luar sana
banyak Narti-Narti yang tak peduli pada arti pernikahan. Jaman ini jaman edan.
Jadi demi Hardi dan 30 juta ia harus
menyingkirkan arti sebuah pernikahan yang sakral. Maafkan, aku ibu.
Komentar
Posting Komentar