REVIEW NOVEL "LABIRIN RASA"

Judul Buku: LABIRIN RASA
Penulis: Eka Situmorang-Sir
Penyunting: Faisal Adhimas
Penata Letak: Tri Indah Marti
Designer Sampul: Oxta Estrada
Penerbit: Wahyumedia
Jumlah halaman: 394 12,7 x 19 cm.
Cetakan 1: Jakarta, Wahyumedia, 2013.

Harga:Rp.42,600 (diluar ONGKIR)




KOMENTAR
Cukup lama aku menyelesaikan membaca novel dengan jumlah halaman 394 ini. Biasanya, melihat buku novel dengan jumlah halaman 200an aku sudah mulai mikir 2 x untuk membacanya, tapi novel ini dengan jumlah halaman 394, begitu saja menjadi magnit bagiku untuk membacanya. Bukan karena ada hadiahnya, tapi karena my curiosity tentang apa sih arti Labirin Rasa itu?

Halaman demi halaman telah membawaku semakin larut untuk terus membacanya. Gangguan typo yang bersliweran di banyak halaman tidak mengurangi niatku untuk terus membaca. Dari sini aku bisa menyimpulkan apa yang dimaksud dengan Labirin Rasa itu. Sebuah petualangan rasa dalam mencari sang Pangeran Fajar. Ya, rasa juga mampu untuk berpetualang.

Namun apabila buku ini akan turun cetak untuk kedua kalinya, saran koreksi berikut hendaknya mendapat perhatian juga:

ACKNOWLEDGEMENT:


  • Halaman  V.  - terdapat  redundant  kata – kepada – sebaiknya cukup SATU KALI di halaman IV : Mauliate (terimakasih dalam bahasa Batak) yang tak terhingga kepada: orangtua/Tim Redaksi Wahyumedia/teman-teman penulis. Hasilnya akan lebih enak dibaca, kan? hehe...

  •   Halaman 20 -- jin, sebaiknya jins.

  •  Halaman 106 -- baris ke-11: Dani seharusnya "Aku" -- "Anak ini kenapa? Apa aku salah ucap, atau salah  nyolek atau gimana?"

  •  Halaman 148, baris ke-11: Kayla,  seharusnya Cynthia. 
  •  Halaman 256 baris ke-2 dan ke-4 dari bawah: Patar, seharusnya Ruben.

  •  Halaman 259 baris ke-3 dari atas Patar seharusnya Ruben.

  •  Halaman 328 baris ke-10 s/d baris ke-15 tidak konsisten dengan awal: Kayla menurut dan menghabiskan malam dengan tidur di sofa -- seharusnya, tidur di kamar. (silahkan baca kalimat selanjutnya). 

  •     Halaman 337 -- baris ke-6 dari bawah: menyanyat, seharusnya "menyayat."

  •     Halaman 338 -- baris ke-4 dari bawah: menguarkan, seharusnya "mengeluarkan"
  •  

MY REVIEW                                                                                                                        


Novel pertama Eka Situmorang-Sir ini,  mengisahkan tentang seorang gadis bernama Kayla, blasteran Jawa-Batak. Penampilan se-enaknya, berkata-kata ceplas-ceplos, sangat urakan. Tidak pernah mau tampil rapih. Kayla yang juga stress karena nilai-nilai kuliahnya yang selalu jeblok, tak pernah lebih dari dua koma, bahkan pernah hanya mencapai satu koma. Ayahnya menjatuhkan keputusan tidak akan membiayai lagi kuliahnya apabila IPKnya tidak memperlihat kemajuan yang diharapkan. Ibu dan ayahnya saling salah menyalahkan tentang pendidikan Kayla.



Kayla  memutuskan untuk hijrah sementara ke tempat neneknya, yang ia panggil Yangti di Jogja. Beberapa hari di Jogja, Kayla menerima sebuah buku usang pemberian Yangkung dari Yangti. Jantung Kayla berdetak ketika mengenali tulisan Yangkung. Rasa hangat menjalari hati Kayla seolah ia terkoneksi dengan Yangkung-nya. Di dalam buku itu Yangkung mengatakan, bahwa Yangkung akan mengirimkan seorang Pangeran Fajar yang akan menjadi pelindungnya. Kayla yang tidak percaya pada ramalan, membaca pesan ini begitu lekat dihatinya dan ia percaya akan datangnya seorang Pangeran Fajar dalam perjalanannya mencari arti hidup yang sesungguhnya.



 

Siapakah Pangeran Fajar Kayla? Eka telah berhasil menggiring pembaca untuk terus membaca. Eka pun sukses (menurutku) membuat imaginasi pembaca ikut berperan dalam adegan-adegan yang sensual petualangan Kayla. Kissing scenes  secara detail, sehingga berhasil membawa pembaca ikut larut di dalamnya. Bisa dipastikan novel ini akan sangat digandrungi oleh para kawula muda.




Eka juga telah berhasil membawa pembaca  menikmati keindahan lokasi-lokasi yang dikunjungi oleh Kayla. Eka sukses menggaet dan mengikat perasaan pembaca. Bagi para pendaki gunung, pastinya membaca novel Labirin Rasa ini sangat cocok, dan pasti ingin membacanya lebih dari satu kali, hehehe... Soalnya begitu menarik kisah yang dikemas Eka.




Satu hal yang membuat aku mengacungkan jempol untuk Eka dalam menggambarkan tokoh Kayla: Dibalik Kayla sebagai petualang cinta penuh gairah, mampu mengajak pembaca larut bersamanya, Eka berpegang teguh pada moral. Aku sangat salut pada Penulis ini.  Jadi biarlah petualangan itu terus dan terus terjadi pada Kayla selama Kayla belum menemukan Pangeran Fajarnya.  Kayla boleh bermesraan dengan beberapa laki-laki yang mampu membangkitkan gairah remajanya. Itu sangat wajar bagi manusia yang masih memiliki libido, namun untuk lebih dari itu, Kayla dengan sepenuh kesadaran akan tetap mempertahankannya. Masih terpasang rambu-rambu menuju yang satu itu. Di situlah  kelebihan Eka, sebagai Penulis,  dalam mengemas adegan yang sensual dalam novel Labirin Rasa ini..



 

Eka menggambarkan tokoh Kayla dengan sangat berhasil, Apalagi setelah Kayla mendapat wejangan dari Yangti, bahwa: "Cinta itu ibarat labirin rasa, semakin kamu ingin ke luar, semakin jauh kamu bisa tersesat. Lebih baik dinikmati saja proses cinta itu. Tapi jangan membabi-buta sampai melanggar norma yang ada.”




 Dan Kayla menikmatinya…. Menikmati setiap kehangatan yang ditemuinya dari pria yang tertarik pada dirinya. Namun untuk terperosok lebih dalam? No way! That’s not Kayla. Kayla is a tough young lady. Kayla tahu dimana kelemahannya. Karena itu Kayla tidak akan membiarkan dirinya larut. Petualangan cintanya tidak akan menghancurkan harga dirinya. Tidak akan! Itu nasehat Yangti. Dan itu yang Kayla pegang teguh. 


Setelah beberapa tahun Kayla melalui kepahitan cinta bersama Ruben, Kayla telah menjadikan  manusia yang lain.  –  Kayla menjadi sosok yang cantik, bersih, penyuka kebersihan, pesolek, cerdas, dan  berwibawa.



Ada kalimat Yangti yang sangat menstimulir semangat Kayla untuk menyusul Ruben ke Medan:






"Nduk, nanti ada masanya kalau kamu tua akan ada momen-momen penyesalan bukan karena sesuatu yang kamu lakukan, tapi untuk sesuatu yang tidak kamu lakukan. Memperjuangkan cintamu, misalnya."


  

Kayla tidak pernah melihat adanya Pangeran Fajar yang selalu menjadi pendampingnya. Siapakah dia? Yuk, baca buku Labirin Rasa ini. Seru, menarik, dialognya enak, ringan dan masa kini banget lho.





Catatan:

Bagi penyuka syair dan kata-kata mutiara, penggemar kisah cinta, penggila buku novel tebal – Labirin Rasa jawabannya.




Postingan di-ikut-sertakan dalam Lomba Review Novel LABIRIN RASA, Karya Eka Situmorang-Sir.


Words: 583 (Excluding Komentar)

Komentar

  1. Jadi Bunda suka cowok yang mana nih? Hehehe... :)

    Novel ini memang memikat ya Bund.. Saya suka kisah petualangannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa kabar Matris Londa, nun jauh disana? Bunda suka cowok yang mana? Pastinya suka yang macho n tegas a.k.a. Patar douwnxz. Dalam novel ini sangat lengkap, kehidupan anak muda ada disini. Makasih ya kunjungannya ke blog bunda.

      Hapus
  2. Bunda jeli sekali membaca dan menemukan hal-hal yang harus dikoreksi. Bisa jadi editor nih ^_^.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa kabar, Mbak Niken? Hehe...kebetulan aja itu bisa nemuin yang typo. Wah, EYD-nya ada masih suka salah koq kalo bunda bikin cerpen. Insya Allah, suatu saat. Mksh kunjungan Niken ke blog bunda.

      Hapus
  3. wah jadi pengen mendapatkan buku ini, tapi di tempat saya belum ada toko buku yang besar, bunda.. gmana yah.. ntar deh kalo main2 ke jakarta..
    tetap share yah bunda..
    Salam dari Saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, jangan cuma pengen mendapatkan buku ini, tapi kejar buku itu sampai dapat, kalo perlu sampe Jakarta. Jangan pake kata KALO main2 ke Jakarta, hehehe... Makasih udah berkunjung ke blog bunda.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu