MFF Promt#29 - 27 Maret
Dua
puluh tahun berlalu dalam pencarian. Waktu yang sekian lama
pastilah mampu untuk mengubah penampilan seseorang. Apalagi hidup di
kota metropolitan seperti Jakarta ini. Tapi Ardi tidak
memiliki keberanian untuk menyapa wanita itu. Ataupun sekedar berbasa-basi
dengan mengorbankan isi kocek untuk membeli sebuah buku. Itupun
kesempatan yang tak mungkin bagi Ardi untuk bisa menyapa. Kesibukan wanita itu
tersita untuk melayani para pembeli.
Hari
ini, tanggal 27 Maret. Ulang tahun wanita yang sedang menjadi
incaran Ardi. Itu pun kalau-lah benar seraut wajah,
pemilik nama Sarah, yang selalu melekat dalam ingatan Ardi.. Ardi
masih ragu. Tapi hari ini, apa pun yang terjadi, sudah bulat tekad Ardi
untuk menyapa wanita berwajah mulus itu. Sarah masih saja molek dan
mengagumkan. Ardi menelan ludah. Diliriknya Sarah. Ardi menepi ke sebuah sudut. Paras Sarah
terus dalam bidikan Ardi.
Jam
12.00 ternyata ada pergantian tugas. Ardi kehilangan jejak.
Mata Ardi berkeliaran. Sigap menyapu seluruh lantai.
"Kemana dia?" Begitu
bisik hati Ardi. Ia menggigit bibir. Kesal. Telapak tangan
kanannya mengepal. Ditinjunya telapak tangan kiri dengan kuat.
"Sial!" desah Ardi. "Kemana saja mataku tadi?"
"Kau-kah
itu, Ardi?" tiba-tiba sebuah suara menyapa. Secepat kilat Ardi menoleh. Seraut wajah, Sarah, yang selama ini bergelayut dalam pikiran Ardi kini menatapnya.
Wajah yang telah membuat hati Ardi porak poranda. Wajah yang telah menghianati cinta mereka. Tergagap, Ardi tak kuasa berkata-kata. Ardi hanya berdiri mematung.
"Yuk, kita ke kantin," ajak Sarah tanpa canggung sedikit pun.
"Aku
sudah memperhatikan kehadiranmu sejak hari pertama kau berada di toko
buku ini. Ketika sekilas aku melihatmu, aku yakin bahwa itu adalah kau,
Ardi. Rencanaku matang untuk menemuimu hari ini, tanggal 27 Maret, hari
ulang tahunku. Kau masih ingat?"
Ardi mengangguk, tanpa sepatah kata, kecuali gedebuk dan gemuruh jantungnya yang semakin menggelegak. Antara kebencian dan kerinduan yang sudah mengakar..
"Pernikahan
itu tak pernah ada, Ardi. Aku tidak bisa melupakanmu. Bisa kau bayangkan betapa marahnya ayah dan seluruh keluargaku. Aku
tak peduli. Dan calon pengantin itu bersedia menikah dengan adikku, demi
menjaga nama baik keluarga. Sejak itu aku mencari jejakmu. Kini aku
sudah menemukanmu. Kita akan merajut kebersamaan kembali. Kau mau?"
Sarah menggenggam tanganArdi dengan kuat, namun tangan yang
semakin dingin itu semakin melemah. Wajah Sarah pucat. Peluh pun merata di
seputar wajah Sarah.
Dengan
cepat Ardi berpindah posisi. Ardi menggeser kursi, sehingga wajah
yang terkulai itu kini berada dalam pelukan Ardi. Ardi meraba pergelangan
tangan Sarah. Tak ada denyutan.
"Saraaaah...maafkan
aku, racun itu terlalu cepat bereaksi." Ardi menciumi wajah Sarah penuh penyesalan.
"Aku telah memasukkan bubuk racun itu kedalam gelas minumanmu. Kau akan mati seketika tanpa merasakan sakit. Ternyata kau masih milikku." suara Ardi menggelegar.
"Maafkan aku, Sarah, akan kubawa kau ke kamar pengantin kita." Ardi tiba-tiba tertawa.
Begitu cepat gangguan kejiwaan menyerang Ardi, secepat racun yang mengalir dalam tubuh Sarah.
wuaaaa, endingnya twisted, bun!
BalasHapusdari sudut cerita, FF ini sukses dgn misinya: bikin kaget di ending. :D
paling yg perlu bunda benahi penulisan -pun dan tanda baca elipsis (titik tiga) yg masih belum tepat. ;)
itu aja masukan dariku. kalau ceritanya mah, asik...cuma ada plot yg "bolong" dikit pas di bagian mereka lagi di kantin, tau2 udah ada racun yg terminum oleh Sarah. Mungkin memang utk kepentingan membuat kaget di ending, tp bisa disiasati agar plotnya nggak bolong/jomplang, misalnya dengan menggambarkan Ardi yang duduk gelisah saat bicara dengan sarah... ^_^
Hehehe, itu gunanya kritik yang membangun. Makasih ya Mak Winda Krisnadefa, tapi akan lebih afdhol lagi nih kalau diketik ulang apa yang kurang tepat itu, Mak. Soal plot yang bolong, next time kalo ada cerita yang senada akan diperhatikan, Mak. Makasih komentar dan masukkannya.
HapusWaduh...sad ending ya. Tapi itu yg bikin menarik..dari awal berbunga-bunga diakhir malah tragis.
BalasHapusSalam
Makasih pujian Haya Nufus untuk FF diatas.
Hapussedih bangettt, kirain mau balikan lagi ehhh taunya!
BalasHapusBelom jodoh, Nenti. Hehe, Nenti rajin juga ya baca tulisan bunda. Makasih banget.
HapusKejam sekali dikau Ardi...
BalasHapusRi-Uz Athamir, ember, Ardi kejam dan tidak sabaran tuh dia. Makasih ya sudah berkunjung ke blog bunda.
Hapuswiihhh keren bun, endingnya mengejutkan ^_^
BalasHapusMakasih pujian Irma Senja untuk Ff bunda. Makasih juga kunjungannya.
HapusApik mbak.
BalasHapusCinta bisa membuat bahagia tapi juga mampu mengkreasi nestapa
Salam hangat dari Surabaya
Seneng kalo udah dipuji Pakde. Makasih ya Pakde kunjungan ke blog bunda ini. Salam dari Ciputat.
HapusKaget aku Bun, endingnya begitu, gak nyangka
BalasHapusBangun-bangun makan nasi sama opor ayam, hehe..kan lagi kaget tuh Helda. Makasih ya kunjungan Helda ke blog bunda.
HapusArdi tega sekali
BalasHapusIya, Ardi sudah keburu dibakar api balas dendam. Makasih kunjungan Lidya ke blog bunda.,
HapusEmmm..ajari bikin kayak gini dong bun....jarang-jarang d Magelang ada yang mau dan bisa menorehkan hal yang demikian di usia yang terbilang matang.
BalasHapusKarena itulah takjub, salud dan ngiri dengan semua ini.
Terus berkreasi bun...dan teruslah menginspirasi para emmak dan pemudi pemuda di seluruh dunia...
Bunda juga lagi belajar tuh. Yuk, kita sama-sama belajar. Btw member MFF, gak? Kalo gak, ayo daftar jadi member MFF biar bisa menulis lebih baik. Makasih untuk semangatnya buat bunda dan terima kasih juga kalau dianggap bisa menginspirasi para emakS dan pemudi pemuda di seluruh dunia, hehehe... Makasih ya kunjungannya.
HapusSetuju sama Mbak Winda. Ceritanya sudah asyik, tinggal plot hole yang adegan di kantin itu saja. Pasti menimbulkan kehebohan kan? Semangat Bunda Yati ^_^
BalasHapusMakasih komentar Evi Sri Rezeki untuk FF bunda diatas. Makasih juga untuk kunjungan Evi.
Hapuswaw ending nya serem
BalasHapusMasa sih, serem? Makasih ya kunjungan vina devina ke blog bunda.
Hapuswaduh tega banget tuh si Ardi. Sarah mengantarkan nyawanya sendiri dengan menemui Ardi..
BalasHapusHanya Tuhan yang tahu kalau hari itu ajal Sarah akan berakhir. Makasih ya kunjungan lianny ke blog bunda.
HapusGak jadi CLBK dong, Bun? Kalap duluan, sih! Huhuhu
BalasHapusEmbeeer, gak jadi, abis Ardi kalap duluan sih. Makasih ya kunjungan eksak ke blog bunda.
HapusHuwaa... Bunda keren... :D
BalasHapusCihuuuy, makasih pujian Santi Dewi. Makasih juga kunjungan ke blog bunda.
Hapusduh, Ardinya sakit jiwa ternyata. Keren, Bun :)
BalasHapusYoi, tapi sakit jiwanya sebagai hukuman tuh dari Allah bersamaan dengan hilangnya nyawa Sarah. Makasih Mak cantix kunjungannya ke blog bunda.
Hapusng... bunda yati bisa bikin yang lebih bagus ah :)
BalasHapusWaaa..ada "ah"nya di belakang nih, berarti FF di atas gak bagus ya. Kan namanya juga masih jadi siswa MFF, hehe. Makasih kunjungan Mak Latree ke blog bunda.
HapusIh Bunda Yati jagoan bikin cerita. Ajariiiiin :)
BalasHapus