Pernikahan yang Sehat.

Gb.regalkartun.blogspot.com
Pernikahan tidaklah dapat dilakukan semudah seperti kita membalikkan telapak tangan. Just like that! Banyak sekali hal-hal yang harus dipikirkan menyangkut langkah ke sebuah pernikahan oleh kedua calon mempelai.  Bukanlah semata-mata tentang pembiayaan resepsi pernikahan itu sendiri, namun adalah lebih kepada arti sebuah pernikahan. Mengenai biaya resepsi bisa kita kesampingkan, karena pernikahan yang sakral bisa juga tanpa biaya yang besar -- cukup dengan adanya sepasang calon mempelai, para saksi dari kedua belah pihah, Penghulu yang sah dari Kantor Urusan Agama, membaca "Ijab Qobul", maka resmilah sebuah pernikahan.
Sesederhana apa pun sebuah pernikahan, haruslah dilakukan secara terbuka. Selain harus mengumumkan adanya pernikahan, misalnya melalui kiriman besek dengan pemberitahuan, bahwa telah diresmikan pernikahan antara si A dan si B, juga untuk menempatkan hak dan kewajiban masing-masing antara suami dan isteri. Melindungi kehormatan mereka berdua dan menjauhkan segala macam fitnah yang mungkin timbul kepada diri mereka dan keluarga.

Pasangan calon pengantin harus siap mental, jauh-jauh hari sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Kehidupan di masa depan bukan hanya milik mereka berdua, namun kehidupan itu telah berubah dan berkembang seiring adanya sebuah pernikahan. Dua keluarga besar telah terjalin secara langsung karena adanya pernikahan. Pasangan calon mempelai akan semakin kaya, dalam arti kaya akan bertambahnya keluarga mereka, bukan kaya dalam wujud materi. Dalam hal calon mempelai masih lengkap memiliki orang-tua, maka masing-masing akan memiliki dua orang ibu dan dua orang ayah, yang dalam praktek sebuah pernikahan yang sehat, tidak boleh ada perbedaan dalam memberikan perhatian kepada dua pasang ibu dan ayah tersebut, terlebih lagi apabila pasangan-pasangan orang-tua itu sudah tidak lagi memiliki penghasilan untuk menunjang kehidupan dan sudah tidak mampu lagi menafkahi diri.. Ini juga merupakan salah satu titik yang harus menjadi perhatian pasangan yang akan menikah. Siapkah mental mereka? Kesiapan mental merupakan kunci untuk sebuah pernikahan yang sehat.

Pernikahan akan menggabungkan dua keluarga besar. Bukan berarti harus menanggung biaya ekonomi mereka. Tentu saja tidak. Tapi dengan penuh kesadaran, bahwa kelak, setelah pernikahan, mereka akan memiliki hubungan silaturakhim yang lebih luas.  Dan pernikahan yang mereka jalani adalah sebuah pernikahan yang sehat, yaitu pernikahan tanpa paksaan dari pihak manapun. Pernikahan atas dasar saling cinta-mencintai. Pernikahan, yang berarti mereka akan menerjang dunia baru yang belum mereka tahu dengan pasti medannya. Namun dengan penuh rasa percaya diri dan sepenuh cinta yang membara dalam kedua dada anak manusia, pernikahan itu dilandasari oleh kesadaran yang penuh untuk mengikat hubungan yang telah ada menjadi lebih bermakna.

Apa arti sebuah pernikahan bagi sepasang insan Sang Khalik? Berikut antara lain arti pernikahan bagi mereka:
  • membawa hubungan mereka ke dalam sebuah wadah yang sah dengan Ijab Qobul, sesuai syari'at dalam Agama Islam. 
  •  menjadikan sebuah pernikahan sebagai ikatan yang sakinah, mawaddah dan warrohmah. 
  •  menjaga dan menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, yaitu menyalurkan nafsu angkara murka sebelum sebuah hubungan di-sah-kan. Karena segala bentuk hubungan dua insan diluar pernikahan, apa pun namanya, adalah diharamkan oleh Agama.
  • untuk membina keturunan yang sholeh dan sholehah -- untuk menyenangkan hati junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, seperti yang dikisahkan dalam "Riwayat Al-Baihaqi, yang berbunyi: "Nikahlah kamu supaya kamu berketurunan dan supaya kamu menjadi banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan umatku yang ramai di hari Kiamat. (Riwayat Al Baihaqi).
  • untuk menyatukan dua keluarga besar.
Last but not least: kepada pasangan Uniek Kaswarganti dan suami tercinta, selamat merayakan 10th Wedding Anninversary. Usia pernikahan yang menginjak tahun ke-10, masih akan dipenuhi dengan onak dan duri, sehingga masih terus dibutuhkan saling pengertian, kesabaran, dan memupuk cinta kasih dan sayang untuk mengayuh biduk melaju menuju tahun-tahun mendatang dengan sepenuh keharmonisan. Aamiin. Insya Allah dengan do'a yang penuh dari kami dan kesadaran yang penuh akan cinta kasih kalian, yang telah mendapat kepercayaan atas anugerah dariNya,  permata-permata hati, segalanya akan mudah dilalui dengan kebersamaan, betapa pun besar halangan dan rintangannya. Aamiin, Ya, Robbal'aalamiin. 


 Kisah pernikahan ini diikut-sertakan pada Giveaway 10th Wedding Anniversary by Heart of Mine.



Komentar

  1. menyatukan dua keluarga butuh waktu juga ya bun. yang jelas harus banyak belajar toleransi :)

    BalasHapus
  2. terima kasih Bunda untuk partisipasi dan doanya, saya amin-kan semua doa baik dari Bunda, semoga segala kebaikannya akan kembali kepada Bunda dg berlipat ganda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Maaf banget bunda lama gak nengokin blog bunda nih. Makasih ya kunjungan ke blog bunda. Btw blm ada pengumumannya ya?

      Hapus
  3. Menyatukan dua keluarga itu awalnya memang susah ya Bunda?
    Saya skrng sedang mengalami itu. keinginan keluarga saya bertolak belakang dengan calon saya, akhirnya lamaran pun menjadi semakin diundur :S

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda do'akan agar cepat keinginan itu menuju titik temu. Aamiin. Makasih ya kunjungan Ayu ke blog bunda. Maaf sekali lama baru response.

      Hapus
  4. bagus banget artikelnya ini bUnda..mudah2an menag GAnya ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih pujian fitri anita. Itu juga yang bunda harapkan, hehe.. Makasih ya kunjungan fitri anita ke blog bunda.

      Hapus
  5. Yang paling penting tuh mental ya Bund :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siip! Betul sekali. Btw makasih kunjungan Ranii Saputra ke blog bunda.

      Hapus
  6. Menurut pendapat saya ...
    Pernikahan yang sehat adalah ... Pernikahan yang dilandasi keterbukaan dan saling pengertian

    salam saya Bunda Yati

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu juga salah satunya, Om Trainer. Makasih ya kunjungan Om Trainer ke blog bunda.

      Hapus
  7. artikelnya bagus bunda, cocok nih buat yang udah siap siap ganti status :D

    semoga bisa jadi salah satu pemenang di GA mbak uniek bunda :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih pujiannya. Iya, mudah-mudahan bisa ada manfaatnya tulisan bunda diatas. Btw makasih juga kunjungan Mas Imam Boll ke blog bunda.

      Hapus
  8. Bunda Uningg... pa kabar... ikut komen ya....:) pada dasarnya pernikahan dapat berjalan baik, jika masing - masing insan yang akan meleburkan diri dengan ikhlas ke dalam wadah yang bernama rumah tangga harus membuat konsep bersama dan tuliskan bersama apa yang diharapkan dari bangunan "rumah tangga" ini dan masing- masing pihak akan commit dengan yang disepakati, jadi ibaratnya begitu ijab qabul kita hanya menjalankan yang sudah jadi komitmen dan saling mengingatkan jika salah satunya bergeser, walaupun komitmen itu tidak berlaku strick bisa direvisi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya tapi semaksimal mungkin kita patuh dan taat atas apa yang telah kita sepakati... oiya... adanya kesamaan dan kesejajaran diantara keduanya juga merupakan hal yang penting, sehingga suami dan istri itu merupakan partner/mitra kerja dan bukan atasan - bawahan... gitu kira2 yang kita jalankan selama hampir 20th pernikahan bunda.... salam kangen dari ciputat ya..... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, hai, kenapa musti ANONIM sih, sayang? bunda bangga dengan pernikahan kalian berdua yang langgeng, walaupun beban begitu berat yang harus di tanggung. Dengan ketabahan dan kebesaran jiwa akhirnya, kalian lulus dengan cumlaud, hehehe.... Salam bunda buat Ade. Iya, bunda juga kangen banget. Tapi gak bisa komunikasi nih, karena dompet plus dua buah hape raib pada tanggal 26 September 2013. Boleh inbox buna no. hapenya. Siapa tahu ada yang minjemin hape, qiqiqiii....jadi bisa juga denger suara keponakan tercinta ini. Makasih komentar dan kunjungan sang ANONIM ke blog bunda.

      Hapus
  9. betuuul mbaaa....kalau mau sehat, memang harus dimulai dari awal,,,niat suci yang insya Allah diberkahi-Nya...tapi tantangan terbesar menurutku adalah menyatukan dua keluarga besar ini mba...apalagi jika latar belakangnya berbeda...makasih sudah sharing...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih kunjungan indah nuria Savitri di sini. Yang penting selalu menjaga silaturakhim, itu sudah membuka jalan untuk menyatukan dua keluarga besar. Sama-sama.

      Hapus
  10. good luck ya bunda, terima kasih atas sharenya tentang pernikahan sehat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masama, Lidya. Makasih juga kunjungan setia Lidya ke blog bunda.

      Hapus
  11. Semoga jaya terus dalam kontes nya bu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Makasih kunjungan Mas Hendi Nuraen ke blog bunda.

      Hapus
  12. Balasan
    1. Sip! Tetap semangat donk. Mksh kunjungannya ke blog bunda.

      Hapus
  13. Balasan
    1. Makasih kunjungan toko penjual ace maxs ke blog bunda.

      Hapus
  14. Dengan menikah, keluarga menjadi lebih banyak lagi ya, Bunda... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Santi Dewi. Mudah-mudahan akan bertambah banyak dengan lahirnya anak-anak buah cinta. Makasih ya kunjungan Santi Dewi ke blog bunda.

      Hapus
  15. hai bunda tercinta
    niesya mulai ikutan (lagi) bikin blog nih :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyiik, pasti bunda kunjungin nih. Makasih kunjungan niesya ke blog bunda ya.

      Hapus
  16. pernikahan yg sehat pasanganya jg harus sehat yah bun

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu