25 JANUARI
“Tanggal
25 Januari jam 09.00 aku minta kau sisihkan waktu untukku. Kita harus
menghadiri acara penting. Aku tidak mau mereka tahu ada keretakan diantara
kita.” Suara suamiku tegas menyentuh telingaku.
“Harus?
Bagaimana kalau aku tidak bisa. Bukan tidak mau. Seorang karibku, Sinta,
akan datang dari Jepara. Dia tidak kenal Jakarta dan tidak punya siapa-siapa,
kecuali aku. Urusan Sinta lebih penting, ketimbang urusan acara gelar doktor,
kerabatmu, Mas! Ini adalah masa depan Sinta. Panggilan kerja hari ini, 25
Januari, dari sebuah perusahaan besar yang sudah lama jadi
incarannya. Aku harus menemaninya. Ma’af, Mas, aku tidak bisa ikut.”
tandasku.
Namun
kebimbangan singgah dalam pikiranku. Sorot mata itu, kenapa begitu lembut,
tidak seperti ketegasan kata-kata yang keluar dari mulutnya. Aku tidak mampu
menduga ada apa di balik sorot lembut mata hitamnya.
Setahun
sudah, hubungan kami memang kurang harmonis. Diam-diam aku jatuh hati pada
pemuda yang lebih muda. Tapi ini aku lakukan untuk balas dendam.
Suamiku menghianatiku. Ia bermain api dengan seorang gadis belia. Bahkan ia mengatakan mencintai gadis itu setengah mati. Sakitnya hati ini. Ternyata aku
cemburu.
Permainan
terlanjur berlanjut. Hubunganpun semakin memanas. Saling menyapa
seperlunya. Tidak ada lagi kehangatan. Tak ada lagi saling gelitik yang pernah
kami lakukan. Semua sirna. Hampa.
“Jadi,
kau tetap pada pendirianmu?”
Aku
mengangguk. Suamiku berlalu. Aneh. Aku merindukan kecup ringan di bibirku yang
tak pernah lagi ia lakukan..
Deru
mobil semakin menjauh.
***
Telpon
genggamku bergetar.
"Bu
Anto? Bapak di Rumah Sakit Husada, kamar jenazah."
Lunglai
tubuh ini, namun aku harus bergegas ke rumah sakit.
Tubuh
suamiku terbujur penuh bercak darah. 25 Januari kelabu, kecelakaan tunggal telah merenggut
nyawanya.
Kupeluk
tubuhnya.Kubisikkan kata mesra ”I love you so much, lovy. No matter what.”
Kukecup kening dan bibirnya.
Bulu
kudukku berdiri. Andaikan aku pergi bersamanya, siapa yang akan menjaga
kedua anakku?
Terima
kasih, ya Allah, ini adalah sebuah blessing in disguisse.
Note: 300 Words, tanpa judul.
sedihnya, bun. apalagi kecelakaan tunggal, orang rumah pasti nungguin :')
BalasHapusJadi inget Uje ya? Makasih kunjungan Ila ke blog bunda.
HapusBundaaaa. Selamat ber-FF ria kembali, ya.
BalasHapusMaaf, Bun, saya mau komentar boleh ya?
Itu, kejadian kecelakaannya. Menurut saya, enaknya diberi jeda (pemisah) setelah deru mobil menjauh. Kalau ga dipisah kaya kcerita di atas, jadinya kok kaya kcepet banget kecelakaannya. baru aja mobilnya menjauh dari rumah tau2 udah dapet telepon ngasih kabar suaminya udah meninggal n lagi di RS. Apa suaminya ini pergi ke RS? Apa gimana? Itu aja sih yang ngganjel.
Over all, idenya udah oke kok Bun. Makasih ^_^
Pastinya setelah kecelakaan langsung dibawa ke RS oleh orang yang baik hati, hehe.. Oke, akan bunda beri jarak. Makasih ya.
Hapushuahhhhh sedih ujungnya bun ,...
BalasHapusTapi gak ampe nangis, kan? Makasih kunjungan adel ke blog bunda.
Hapusiya setuju dengan isti'adzah. Kejadian kecelakaan terlalu jauh. Suara mesin mobilnya baru saja menderu menjauh. Berarti kan belum belum jauh imajinasi pembacanya kok tiba2 udah datang telepon dari kamar jenazah. kecepetan bunda.
BalasHapusTapi ide cerita ini luar biasa bunda... sukaaaaaaaaaa...
Iya Ade Anita, udah bunda betulin. Makasih, ini perlunya kritik (yang membangun) spy bunda cepet pinter nulis FF, hehe.. Makasih pujian buat ide cerita.
HapusCeritanya kok sedih sedih...
BalasHapusEmang cerita mana lagi yang sedih, hehe.. kebetulan aja idenya lagi kek gitu, jadilah ceritanya sedih. Makasih kunjungan Meliya Indri ke rumah maya bunda.
HapusSetuju Mbak Isti, Bun. Ceritanya sedih banget :"(
BalasHapusIya, sayang, udah bunda betulin tuh, sehingga ada jeda. Masa sih? Nanti lagi bikin yang ceria deh ya, dicoba, mumpung bunda belajar nulis FF. Makasih kunjungan Evi Sri Rezeki ke blog bunda.
HapusHbd Bunda Aquarius aq gadis aquarius 3 Februari
BalasHapusDewi Ayu Saraswati Ishaq, bintang bunda (YR) bukan aquarius lho, tapi yang suka njapit itu a.k.a. Kepiting atau Cancer. Makasih kunjungan Dewi ke blog bunda.
Hapussedih ceritany abun, tapi sudah jalanny abegitu mungkin ya sang istri tidak ikut untuk menjaga anak-anak
BalasHapusIya, Lidya, seolah ada berkat yang terselubung (blessing in disguise). Kalo gak anak-anaknya jadi yatim piatu donk. Makasih kunjungan Lidya ke Blog bunda.
Hapuskunjungan pertama bunda, ikutan sedih bacanya mudahan udah saling memaafkan ya...
BalasHapusWidaAya, makasih kunjungan Wida ke blog bunda. Mudah2an kunjungan pertama akan diikuti kunjungan-kunjungan berikutnya, hehe.. Untuk saling memaafkan keknya gak bisa lagi tuh, kan Mas Heru sudah almarhum, paling do'a khusus setiap malam untuk Mas Heru akan melunturkan kesalahan Bu Anto pada Heru.
Hapuseh.. kiran ceritanya panjang bun, udah memusatkan seluruh perhatian taunya selesai... aku lebih sedih karena ceritanya pendek.. hiks.. :'(
BalasHapusHihihiii, kecele ya dan bikin penasaran. Memang untuk FF ini selalu kita dibelenggu oleh jumlah kata-kata yang sudah ditentukan oleh apanityak'
HapusLho3x Tas Mardiva, kecele ya, belum apa-apa udah selesai. Ya, abis emang yang ditentukan oleh Big Boss MFF, ya segitu, gak boleh lebih dari 300 kata. Makasih udah berkunjung ke blog bunda.
Hapuskasian istrinya :(
BalasHapussemoga cepet nikah lagi eh... :p
salam kenal ya bunda :D
immasaa, itulah kalo dalam sebuah hubungan, apalagi sebagai suami isteri, tidak ada keterbukaan. Ya, gitu itu tuh hasilnya, saling curiga, saling mau balas dendam untuk hal yang belum pasti kebenarannya. Yuk, doain Bu Anto cepat nikah lagi, hehe.. Salam kenal balik dari bunda di Pamulang. Makasih immasaa sudah berkunjung ke blog bunda.
Hapusrupanya dia mau ngajak baikan ya bun
BalasHapuseh tapi sih kematian dianggap blessing ing disguise :(
qiqi..mungkin juga begitu, tapi blessing in disguise ini bagi sang isteri, coba kalo dia ikut, kan bisa-bisa dua-duanya meninggalkan kedua anaknya. Menurut bunda blessing in disguise itu terletak pada ketidak-ikut-sertanya sang isteri, Mak Latree, bukan pada kejadian (kematian) itu sendiri. Begitu kira-kira. Makasih ya, Mak cantik sudah berkunjung ke blog bunda.
HapusHihihi. Iya, masa kematian jadi blessing in disguise...
BalasHapusMakasih Bunda udah ikutan :)
Makasih kunjungan Mak RedCarra. Blessing in disguise bukan terletakpada kematiannya, Mak, tapi pada ketidakikutsertaan sang isteri. Begitchuu..
Hapussedih Bun, apalagi suami yang kecelakaan :'(
BalasHapussari widiarti, sengaja bunda bikin sedih, biar MFF-ers pada menitikkan airmata. (Ge-eR si bunda). Makasih kunjungan sari widiarti ke blog bunda.
Hapussenang bunda kembali menulis fiksi :)
BalasHapusMiss Rochma, Insya Allah, selagi jemari ini masih kuat untuk menari di atas toets key-board komputer, maka selama itu juga bunda masih ingin belajar menulis. Makasih kunjungan Miss Rochma ke blog bunda.
HapusBunda keren Flashfictionnya...bikin yg happy ending dunk bun...
BalasHapusfitri anita, makasih untuk pujian fitri anita. Tapi FF yang happy ending, keknya susah deh mencari twist-nya. Tapi siapa tahu suatu saat nanti, bunda bisa membuatnya. Makasih kunjungan fitri anita ke blog bunda.
HapusMaaf bunda haturkan kepada rekan/emakS yang sudah memberi komentar di postingan bunda ini harus menunggu lama untuk responses dari bunda.
HapusYa Allah bun, suaminya meninggal ya bun...
BalasHapus