Alhamdulillah, Dia Lahir Tanpa Cacat.
Source:wwwlastmanstanding.blogspot.com |
Beruntungnya, ibu-ibu di zaman globalisasi ini yang mampu menorehkan berbagai perilaku lucu dan menggemaskan tentang anak-anak mereka. Kelak setelah besar, catatan-catatan itu bisa menjadi sebuah kenangan masa kecil yang indah yang dipersiapkan oleh ibunda tercinta.
Namun...ada satu peristiwa yang bisa kutorehkan di sini:
Ketika aku hamil anak pertama (sebenarnya anak kedua, karena kehamilan pertamaku mengalami keguguran.) Usia kandungan anak kedua 7 bulan, dan menurut kepercayaan orang-orang tua, kehamilan tersebut sudah terhitung kehamilan tua, jadi sang ibu harus hati-hati. Do'aku seolah tak putus, berharap agar tidak terjadi apa-apa dengan kehamilanku. Harapanku, karena ulah canda seorang teman di kantorku yang melemparkan mainan ular plastik tidak akan berakibat buruk pada kandunganku. Aku sangat tidak menyukai binatang melata yang satu ini. Karena itu ketika seorang teman (bercanda) melemparkannya kearah kepalaku, aku panik, menjerit dan terjatuh. Aku menangis sejadi-jadinya. Yang melemparkan mainan tersebut cepat berlari ke arahku, memelukku, minta maaf dan sejak itu ia selalu memperhatikan perkembangan kehamilanku. Bukan aku saja yang khawatir akan keadaan si jabang bayi, tapi hampir semua teman-temanku di kantor. (Sebuah Organisasi Internasional yang masih memiliki sedikit pegawai. Jumlah pegawai yang sedikit itu menyebabkan eratnya hubungan antar pegawai. Kami layaknya sebuah keluarga kecil).
Dengan berharap cemas, pada bulan Pebruari, tanggal 27 tahun 1969 lahirlah dengan selamat sosok bayi laki-laki, mungil, berhidung mancung. Tanpa cacat. Aku melahirkan di RS Bersalin Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat. Lengking jerit tangisnya, genggaman erat tangan sang ayah yang mendampingiku, melebur seluruh kesakitan yang aku rasa. Hanya rasa syukur dan bahagia yang ada. Pupuslah kekhawatiran semua teman akan akibat yang ditimbulkan oleh kejutan ular-ularan plastik itu. Semua lega. Semua bahagia. Dialah si buah hati yang telah menjelma menjadi seorang pria ganteng. Yang hatinya kosong karena perceraian dengan isterinya sembilan tahun yang lalu. Dia, pria ganteng, calon ayah, yang bernama Ari Akbar, yang pada tahun pertama pernikahannya dianugerahi seorang bayi prematur (hanya bertahan 3 hari dalam inkubator), yang tak sempat mendukung dan mencium benih cintanya, telah dipanggil menyusul ayahanda dan Syifa, puteri tercinta menghadapNya, pada hari Sabtu, tanggal 8 Maret 2014 dalam usia 45 tahun. Innanilahi wainna ilaihi rojiuun.
*peluukkk
BalasHapussuria riza, peluk balik dan salam kenal kallee... Makasih kunjungan suria ke blog bunda.
Hapusmenjadi Ibu tak pernah luput dari kenangan dan kisah lama ya Bunda..
BalasHapusBunda juga terkadang bingung sekali -- sudah mengucap istighfar tapi tetap aja kenangan itu selalu muncul dan leher terasa tercekat. Makasih ya ketty husnia udah dateng ke rumah onlain bunda.
Hapusmaaak.. :(
BalasHapusYa, sayaaang....I love so much, Orin. Thank u for being here.
Hapuskenangan yg tak terlupakan ya bu..
BalasHapusErlina Fitriani, kenangan yang tak mungkin lekang oleh panas dan lapuk oleh hujan badai sekali pun. Makasih kunjungan Erlina Fitriani ke blog bunda.
HapusPeluk bunda, bacanya merinding haru :(
BalasHapusSunDhe, bunda juga tai di jalan baru buka inbox ada messg dari Dhe yang bikin hati bunda terenyuh dan sedih membacanya. Ternyata ada yang lebih terpuruk hatinya ketimbang bunda. Kehilangan total seorang ibu dan segala harta. Maaf ya Dhe, bunda telat bacanyal. Makasih udah berkunjung ke blog bunda.,
HapusBundaaaa :(((
BalasHapusPanggilan pungky mengingatkan kalo dia memanggil bunda dengan nada panjaaang, gitu. Kalo lagi manja dia manggilnya bundaaaa. |Waduh3x kelopak mata bunda jadi berisi riak-riak nih. Ciyuuus. Mksh kunjungan pungky ke sini.
HapusBunda...terharu bacanya..cinta ibu luar biasa bgt ..
BalasHapusfitri anita,berbahagialah mereka yang masih memiliki ibu, karena bunda belum puas merasakan kasih sayangnya, hanya sampai usia 7 tahun, selebihnya hidup bersama nenek dan kakek. Bukan pemberian materi yang berharga bagi seorang ibu, tapi pemberian perhatian dan cinta anak-anaknya. Makasih kunjungan fitri anita ke blog bunda ya.
Hapustenggorokan selalu tercekat menahan tangis setiap kali mengingat abang.. :(
BalasHapusIya, sama, Nin, mama apalagi. Jum'at kemarin mama ke makam Abang, tetep masih nangis. Ampe Ibu tukang kembang tanya, begini: "Ibuuu...kapan mau brenti nangisnya? Gak ikhlas ya?" Eh, gak hubungannya lagi nangis ma ikhlas kaleee... Makasih Nin, udah jalan-jalan ke blog mama. Eeh, udah bikin BLOG ato blom?
HapusBun, saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menguburkan anak yang kita lahirkan. Saya berharap tidak akan pernah mengalami hal seperti Bunda Yati. Dunia saya pasti runtuh. Yang tabah ya Bun. Hug :)
BalasHapusevi, hanya ketegaran ketika yang bisa kita suguhkan. Selepas itu, pastilah kita akan merasa remuk, limbuh dan entah perasaan apa lagi. Insya Allah bunda akan berusaha selalu tabah. Makasih kunjungan evi ke blog bunda.
Hapustenggorokan langsung kelu dan kering...baca tulisan bun-bun...
BalasHapusjadi meluk khansa kecilku erat sekali malam ini...
big hug bun...
Hadeeuh lolyrahayu, kebalik nih sekarang bunda yang merasa tersekat lehernya, terharu baca komentar dari lolyrahayu yang langlsung memeluk khansa si kecil-mu. Do'a bunda, semoga tidak ada yang akan merenggutnya darimu selama loly masih mampu mencintai dan memberikan kasih sayang loly kepadanya. Makasih loly sudah berkunjung ke blog bunda.
Hapus