IBU YANG TIDAK PEDULI CINTA.



http://cintamonumental.blogspot.com/
Cinta, oh, Cinta, sungguh indah kata ini menyentuh daun telinga. Judul postingan diatas,  Ibu yang Tidak Peduli Cinta. Sengaja aku buat judul seperti itu, dengan maksud agar bisa menarik banyak pembaca ke blogku. Mereka pasti ingin tahu cerita seperti apa yang akan disajikan oleh pemilik blog. Semoga judulnya menjual, hehe....

Namun, sebenarnya aku hanya ingin mengutarakan melalui tulisan ini akan kebesaran cinta seorang ibu. Kehebatan cinta sosok ibu yang telah melahirkan sang buah hati. Dan kedalaman cinta seorang ibu yang tiada akan bisa diukur dengan alat ukur apapun.  Cinta itu akan terus ada di sana. Sampai kapanpun.Cinta itu, bahkan akan semakin tebal dan tak terukur ketika sang buah hati telah meninggalkannya.
Sumber Gb. sinar-kejora.com




 Ibu yang Tidak Peduli Cinta, itu judul tulisanku. Aku percaya banyak pembaca yang tergelitik untuk meng-klik link ini dan sengatan serta tarikan magnit yang kuat untuk segera membaca postinganku. Setidaknya itulah harapanku. Untuk membukakan mata mereka tentang besarnya cinta ibu. Kasih sayang seorang ibu tidak ada batasnya, bahkan hingga seorang anak masuk ke liang lahatpun, cinta kasih itu tetap berada di sana. Di hati seorang ibu. Di sinilah kesempatanku untuk menguak segala rasa yang tersembunyi di relung hati yang paling dalam. Cinta para ibu kepada anak-anaknya yang dilahirkan dengan penuh pertarungan nyawa.

 
Saat anakku belum terlalu parah, aku menunggunya di RS sepenuh cinta ibu.

Ketika anak lelakiku sakit, cinta seluruh keluarga tertumpah kepadanya. Apapun dilakukan untuk kesembuhannya. Rumah Sakit dan Dokter terbaik menjadi pilihan. Betapapun usaha manusia, andai mu’jizat tak kunjung di anugerahkanNya kepada anakku, ia akan tetap terbaring tanpa daya.  Kau Maha Kuasa, apapun yang Kau inginkan terjadi, maka terjadilah. Dalam hal seperti ini, apalah arti permohonanku yang mendamba  agar anakku Kau sembuhkan. Berdo’a  sepenuh hati dan cinta agar anakku dikembalikan kesehatannya. Semua itu akan sia-sia. Hanya kehendak-Mu semata yang akan terjadi kala itu. Anakku harus menghadapMu. Dalam keadaan tenang dan air muka yang sangat bening. Tak ada lagi kesakitan yang tersisa di wajahnya. Sirna seketika  rasa sakit itu. Subhaanallah, parasnya kini menjadi cerah dan bersinar. Anakku telah pergi dengan membawa cinta kami.
Tercurah seluruh cinta dari kami untuknya.


Masih tersimpan rapih dalam ingatanku akan do'a yang dengan ikhlas dan khusuk aku panjatkan:

“Ya, Allah, ya Robb, jika kesembuhan Kau jauhkan dari anakku, percepatlah ia Kau ambil. Jangan Kau biarkan ia menderita dalam kesakitan. Aku ikhlas melepasnya. Apalah arti do’a seorang ibu pada saat sakratul maut akan menjemputnya. KehendakMu semata yang akan terjadi. Kun Fayakun, kataMu, maka akan terjadilah apa yang Kau inginkan terjadi pada anakku. Akan tetapi andaikan ia masih Kau izinkan 'tuk bersamaku, maka turunkanlah mu'jizatMu, ya Robb.”

Do'aku dijabah Allah. Anakku berpulang ke Rakhmaltullah dengan tenang. Tiada daya manusia menolak kehendakNya.

 "Innanilahi wainnailaihi rojiuun. Semoga Allah memberikan ampunan bagimu atas segala kekeliruan, kesalahan yang sengaja maupun yang tidak sengaja kau lakukan.. Aamiin."

 Betapapun ketegaran ketika menghadapi kepergian anakku, ternyata aku masih selalu menangis setiap mengingatnya. Aku belum puas merawat anakku dalam sakitnya. Dan ketika harapan itu muncul dan menginginkan kesembuhan sang buah hati dengan sepenuh cinta, di saat  itu pulalah Allah telah menentukan pilihan umatNya yang akan dipanggil. Allah Maha Menentukan.

Namun setelah kepergiannya, aku merasa limbung. Aku meratap. Sedih. Aku hanya umatMu yang sangat lemah, ya Robb. Salahkah aku, apabila sampai detik inipun aku masih saja menangis dan menangis mengingat anakku telah Kau panggil.  Tak bisa kulupakan saat-saat di mana kami selalu bercanda-ria. Terkadang kami terlibat diskusi yang hebat tentang hidup dan kehidupan.  Pada saat-saat buah cinta kedua orang-tua ini akan Kau ambil, akupun tak pernah memiliki firasat apa-apa, ataukah aku hanya berpura-pura tidak ingin tahu.  Aku tidak peduli pada segala gerak gerik yang Kau lontarkan melalui kilatan matanya yang semakin kosong dan detak jantungnya yang semakin memburu, kemudian melemah. Aku hanya berdo’a dan berdo’a di telinganya. Aku selalu menutupi ketakutanku akan sebuah kehilangan dengan khusuk berdo'a. Menyembunyikan kekhawatiran yang mencekam.  Itu yang aku lakukan. Pastinya, setiap ibu akan melakukan hal yang sama. Menekan dalam-dalam rasa ketakutan. Demikian pula  anak-anakku yang lain. Mereka khawatir akan kehilangan seorang kakak yang amat mereka sayangi, mereka cintai. Namun mereka tegar. Kami hanya saling pandang penuh arti. 

Aku hanya manusia biasa, semoga Kau ampuni aku, ya Allah, karena  ternyata aku tidak setegar yang mereka kira. Sedu sedanku yang tertahan pada tiap seusai sholat tak dapat aku tahan. Dalam kekhusukan berdo'a, aku melihat wajahnya, aku lihat segala tingkah polahnya. Dan wajah anakku,  selalu saja bertengger di antara kedua alis mataku, kapanpun. Dan aku tak mampu membendung kelopak mataku untuk tidak menumpahkan airmsata. Ampuni aku, ya Robb, karena kelemahanku. Bukankah itu manusiawi? Aku ikhlas melepasnya, namun akupun belum mampu meredam kesedihan bila mengingatnya.




Words: 731

Komentar

  1. Tabah ya bund.... memang tak mudah dan menyesakkan dada tp yakinlah pada suratan yg sudah ditentukan Allah SWT.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya Mbak Susi Susindra sudah smenguatkan hati bunda, tapi ya itu tadi hati seorang ibu selalu saja berdetak bila tiba-tiba teringat pulang ke rumah gak ada yang menunggu dan membalas salam, hiks, hiks. Makasih ya sudah berkunjung.

      Hapus
  2. sabar ya, bunda. *hugs*
    bunda banyak nulis aja biar perasaannya lega.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, Ila. Iya bunda akan berusaha membangkitkan semangat sendiri untuk rajin menulis. Makasih Ila sudah mengunjungi blog bunda. Salam manis dari bunda.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Peluk balik buat Riana Wulandari dari bunda. Makasih sudah berkunjung.

      Hapus
  4. Mata menghangat membaca ini ... Tabah, ya, Bunda ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan maksud bunda untuk membuat haru yang membacanya. Tapi itulah gambaran naluri hati seorang ibu dari wyuliandari. Insya Allah bunda harus tabah. Makasih, wyuliandari sudah berkunjung ke blog bunda.

      Hapus
  5. Untung ya Bun, kita punya blog, jadi punya sarana dalam menumpahkan kerinduan dan cinta pada sang buah hati :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, evi. Sosmed memang lahan yang oke bagi mereka yang memandangnya dari segi yang positif. Makasih kunjungan evi ke blog bunda.

      Hapus
  6. Sebuah kisah cinta yang mengharukan dan penuh makna
    Tak orangtua yang tak mencintai anaknya ya Mbak
    Semoga mbah tetap tegar dengan meyakini adanya qada dan qadar.
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pujian Pakde. Bunda juga bangga kenal Pakde Cholik yang begitu menyayangi dan mencintai Emak. Salam buat beliau, ya. Makasih kunjungan Pakde ke blog bunda dan salam hangat balik dari Pamulang.

      Hapus
  7. Speechless saya baca ini Bunda....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Niek, do'akan bunda agar tetap tegar, ya. Makasih Uniek sudah berkunjung. Salam hangat dari Pamulang.

      Hapus
  8. Balasan
    1. Mas Adi Pradana, Insya Allah, bunda akan berusaha untuk tetap sabar dan tegar. Aamiin. Terima kasih atas kunjungan Mas Adi Pradana ke blog bunda.

      Hapus
  9. Allah Mahatahu yang terbaik ya, Bunda ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Akin, karena itu bunda melepasnya dengan ikhlas, tapiii...setelah itu kehilangan itu sangat menghantui diri bunda. Semoga Allah cepat menyadarkan bunda untuk tidak berlarut-larut sedih. Makasih untuk kunjungan Akin ke blog bunda.

      Hapus
  10. Bunda, semoga Abang dilapangkan kuburnya di sana, dimudahkan jalannya. Peluk Bunda ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Naz do'a yang sama bunda panjatkan untuk Abang. Anaz yang sudah mengenal dekat Abang, pasti juga bisa mengerti perasaan bunda yang selalu merasa kehilangan. lMakasih kunjungan Anaz ke blog bunda.

      Hapus
  11. Hehe..test kunjungan or test hati bunda nih. If that's the latter then my answer is: Sure, I have to try myself to be as stronger as I should be. Makasih kunjungan test-nya. Nice to know u, Jeng.

    BalasHapus
  12. Hiks. Bunda, yang sabar, ya. Doa tiap hari tak pernah putus untuknya, ya.

    BalasHapus
  13. Terima kasih Idah Ceris sudah mengingatkan bunda untuk sabar. Betul sekali, walau pada setiap ujung do';a bunda masih selalu menangis. Makasih Idah sudah berkunjung ke blog bunda.

    BalasHapus
  14. sedih bacanya bun. Good luck buat bunda yati

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, Lidya kunjungannya. Bunda nih ya yang gak pernah berkunjung ke rumah onlinenya Lidya. Maafpin bunda, sekarang bunda mau jalan-jalan nih.

      Hapus
  15. Bunda, terima kasih atas partisipasinya di GA kami. Salam hangat.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masama, Mechta, bunda juga senang coz bisa melatih diri untuk menulis tuh. Makasih kunjungan Mechta ke blog bunda.

      Hapus
  16. An up and comer in George St Pierre is tearing up the
    competition and gets a title fight. ufc 174 online The inner layers of the mushroom tend to range from yellow to brown in color.
    If he gets past his first test against Forrest Griffin I expect
    that he will be offered a title shot against the winner of Quinton Jackson and Dan Henderson, on September 8th,
    or at least a shot at one of the UFC's top three light heavyweight contenders.

    BalasHapus
  17. baca postingan ini jadi sedih dan terharu, yang tabah bunda

    BalasHapus
  18. Bunda akan selalu dikenang dengan cinta tak terbatasnya..itu karunia terbesar dari-Nya ya Bun..makasih sudah ikutan lomba Cimoners Bunda...saya selalu teringat alamarhum Papa kalau baca tulisan Bunda :)..peluuuuk...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu