Perlukah Dongeng Sebelum Bobok?

Mungkin anda pernah mendengar kata-kata bijak yang berbunyi: "Yang sudah berlalu, biarlah berlalu." atau kata kerennya "Let's by gone be by gone." Tapi tentang apa yang akan aku tulis ini, walaupun telah berlalu, tidak akan aku biarkan berlalu begitu saja -- walaupun aku akan mengingatnya dalam memoriku tapi ada baiknya jika aku torehkan dalam tulisan untuk tetap bisa diingat dan dibaca, mungkin ada manfaatnya juga bagi para blogger yang mampir ke blog aku ini.





Membaca penggalan tulisanku di atas, mungkin anda mengira aku akan bercerita tentang kisah cinta, atau semacamnya. Iya, kan? Bukan, ini bukan tentang cerita cinta, tapi tentang beberapa moment yang pernah aku ikuti, namun terlewat untuk aku abadikan sebagai postingan.


Terus terang, sebenarnya postingan ini akan aku post di blog yang aku miliki di BlogDetik, tapi mungkin karena sudah terlalu lama absen a.k.a. gak pernah bikin postingan di situ, jadilah aku seperti orang yang baru belajar ngeblog, hehe... koq sulit sekali ya beradaptasi dengan tampilannya yang 'rada-rada' ribet (menurutku). Akhirnya aku putuskan  memuatnya di blogspot aja deh yang lebih simple dan familiar, hehe...

Better Late Than Never -- itu saja yang menjadi patokanku menulis artikel ini -- lebih baik kuangkat tulisan dalam blogku dari pada terlupakan dan lenyap begitu saja, tanpa bekas.

Ini ceritanya:
Hari Minggu, 31 Agustus 2014, aku tertarik untuk mengikuti sebuah acara bertajuk SUNDAY SHARING yang disupport oleh Blog Detik dan dikoordinir oleh Mak Haya Aliya Zaki, sebagai Ketua Kelas.
"Menjadi Pribadi yang Asyik dan Kreatif dengan Mendongeng."  --  itulah tema yang menarik dengan Nara Sumber Mbak Reni Rudiyanto.






"Perlukah Dongeng Sebelum Bobok?"
Selama ini aku selalu membacakan sebuah cerita sebelum tidur untuk cucuku. Pilihan cerita dari Majalah Bobo atau dari buku lain aku serahkan kepadanya untuk memilih. Aku membacakan cerita-cerita pilihannya. sambil berbaring berdampingan. Aku baru berhenti membaca ketika cucuku sudah terlelap. Ternyata menurut Mbak Reni, cara ini tidak begitu tepat untuk dilakukan, bahkan sebaiknya 'tidak' dilakukan.  Kenapa? Karena anak tidak akan menyerap cerita yang kita bacakan -- sudah ngantuk berat. Disarankan membacakan sebuah cerita atau mendongeng dengan posisi duduk. Sang Pencerita atau Pendongeng harus berhasil membuat pendengar menjadi 'penasaran.' -- jangan tuntas membaca atau mendongeng, sisakan untuk keesokan harinya.

Membacakan atau mendongeng untuk anak adalah sebuah jembatan untuk semakin mendekatkan keterikatan bathin antara ibu dan anak. Dalam hal ini antara aku dan cucuku.Penjelasan ini sudah menjawab pertanyaan "Perlukan Dongeng Sebelum Bobok?"

Mbak Reni dengan gamblang dan lugas memberikan contoh-contoh bagaimana membawakan cerita, baik dengan  membaca atau mendongeng, yaitu  berusaha sebisa mungkin menguasai karakter suara tokoh dalam cerita/dongeng. Maksudnya kita harus berusaha menirukan suara-suara sesuai tokoh-tokoh yang ada di dalam lbuku. Jangan ragu untuk memperlihatkan mimik buruk rupa, dimana perlu, dan menirukan suara anjing menyalak, kucing mengeong, tikus yang mencicit, ayam yang berkokok atau ular yang mendesis.

Memang sulit sekali membawakan cerita dengan karakter suara yang berbeda-beda dalam sebuah cerita, tapi untuk lebih mengikat ketertarikan anak sebagai pendengar, hal ini perlu menjadi perhatian. Ingin sukses sebagai pencerita atau pendongeng di rumah?  Mulailah berlatih sendiri menirukan berbagai suara hewan atau cobalah merubah wajah dengan berbagai mimik, mulai dari wajah cantik sampai wajah yang menyeramkan. Keuntungan yang kita dapat -- kita berkesempatan berolah raga wajah, hehe...


Foto-foto dari BlogDetik: Yeeey..ada anakku juga (yang gak berjilbab).
Mbak Reni Rudiyanto banyak memberikan contoh-contoh bagaimana sebaiknya kita harus berperan sebagai pencerita atau pendongeng.  Mereka yang hadir diberi kesempatan untuk mengikuti dan memperagakan karakter suara yang dicontohkan oleh Mbak Reni. Tentu saja hal ini membuat suasana kelas menjadi hidup dan meriah. Riuh dengan gelak dan tawa. Ternyata tidak semua ibu-ibu yang bisa membawakan cerita atau dongeng sesuai yang dicontohkan oleh Mbak Reni.

Bukan itu saja yang diberikan oleh Mbak Reni dalam acara Sunday Sharing ini, bukan sekedar memberikan contoh karakter suara, bukan hanya sekedar berkumpul sebagai ajang kopdar, dan bukan juga sekedar memberikan contoh maksimal tentang tip dan trik bagaimana menjadi pembawa cerita atau pendongeng yang membuat anak-anak addicted untuk kembali mendengarkan suara kita. Membuat anak-anak kecanduan dan tidak sabar menanti saat menjelang tidur. Tetapi para peserta Sunday Sharing juga diarahkan untuk saling mengenal satu sama lain. Caranya? Unik pake banget.


Semua Peserta Sunday Sharing diminta berdiri, memilih pasangan -- pastinya tidak memilih lawan jenis, wkwkwkk... Setelah berhasil --  pasangan-pasangan ini pun harus bernyanyi: Karena sudah terlalu lama, jadi lupa tuh nyanyiannya, tapi kira-kira begini:

Kau dan aku saling bertatap mata (beneran bertatap mata tuh!)
Kau dan aku saling bertegur sapa (tangan dilambaikan sambil mengucapkan "Hai!")
Kau dan aku saling berjabat tangan (berjabat tanganlah masing-masing pasangan.)
Kau dan aku berpelukan (berpelukan deh).



Jadi jangan ada lagi yang penasaran dan bertanya  "Perlukah Dongeng Sebelum Bobok," ya??

Catatan: Di banner acara, tertera Sunday Sharing #8, ternyata aku baru tahu (kemana aja, ya? hehe...) bahwa Sunday Sharing ini sudah beberapa kali secara rutin diadakan.  Sunday Sharing yang aku hadiri ini adalah Sunday Sharing #8. Dalam setiap Sunday Sharing dipilih seorang Ketua Kelas dari peserta yang hadir untuk Sunday Sharing bulan berikutnya, bertanggung untuk mencari Nara Sumber dan memilih tema. Juga dipilih Wakil Ketua Kelas, yang bertugas untuk mempromosikan acara Sunday Sharing ini.

BlogDetik akan men-support penyediaan Gedung, makan siang  untuk jumlah peserta sebanyak 50 (limapuluh) peserta. Ketua Kelas Sunday Sharing #8 (bulan Agustus) adalah Mak Haya Aliya Zaki
Wakil Ketua Kelas: Mak Musyafiroh.

Supaya postingan ini tidak bernada 'basi', yuuuk, lihat biodata Mbak Reni Rudiyanto di bawah ini. Siapa tahu ada yang berminat untuk mengadakan acara-acara serupa dengan Nara Sumber Mbak Reni. Silakan menghubungi Mbak Reni untuk penjelasan tentang program apa saja yang bisa didapat untuk kebaikan dan kemajuan anak-anak kita.





Salam semangat dan selamat beraktivitas!


Komentar

  1. anakku suka sekali dibacain cerita kalo mo tidur bun,,anak jg bisa lebih berimajinasi,,emang harus pinter2 bawain cerita,,biar anak makin tertarik,,makasih infonya bunda ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masama, sharing Bunda karena ikutan Sunday Sharing yang sangat manfaat. Makasih kunjungan Tita Bunda Aisyikha ke blog Bunda.

      Hapus
  2. akan berbekas di anak ya bun kalau sebelum bobo di dongengkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, tapi kalau sampai terlelap, si permata hati gak tahu ending cerita yang kita bawakan -- kalau keesokan harinya kita tanyakan. Makasih kunjungan Lidya. Maapin Bunda yang jarang berkunjung ke rumah onlain Lidya. I'll be there one day.

      Hapus
  3. aku ndak tau ya mak... tapi rasanya masih terngiang dongeng2 yang dibacain orang tua atau buku cerita saat kecil. masih inget gitu ceritanya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pastinya, dulu waktu diceritain sama ortu Wiy Darma, ceritanya sambil duduk and Widy gak sampe terlelap, jadi sampe tuntas tau ceritanya, hehe... Makasih kunjungan Widy ke blog Bunda.

      Hapus
  4. Waktu itu ramai dan menyenangkan ya Bun :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banget. Tapi waktu Sunday Sharing ya diketuai oleh Riski, Bunda terlewatkan karena gak ngiukutin info. Pengen banget tiap bulan ada kesibukan seperti itu. Makasih Riski, kunjungannya.

      Hapus
  5. Jadi pengen punya anak untuk dibacakan dongeng deh bun.. huhuhu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho? Bunda gak larang koq jnynita untuk punya anak je, huahuahua.. Hayu atuh, ajak si doi untuk ke palaminan. Sementara itu kan bisa juga dongeng buat keponakan tercinta. Makasih kunjungan jnynita. (aduh, Bunda koq shushaah banget mengeja namanya nih.)

      Hapus
  6. Menurut saya, dongeng sebelum tidur itu penting, Bunda. Sampai sekarang pun saya masih ingat apa-apa saja dongeng Bapak meski beliau sudah berpulang 14 tahun lalu.
    Itu yang justru membuat saya begitu dekat dengan beliau saat beliau tidak ada di sisi. :)
    Btw, jadi pengin didongengin sama Bunda #eh :)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe...hayu atuh nginep di rumah Bunda, Phie. Tapi betul kata Nara Sumber yang memberikan pengarahan waktu itu, sebaiknya membacakan cerita itu jangan sampai si anak terlelap. Maksudnya keesokan harinya ia tidak akan mengingat apa ending ceritanya, gitu kira-kira. Makasih kunjungan Phie ke blog Bunda.

      Hapus
  7. Ternyata dongeng yang baik itu sambil duduk ya, Bund. Saya baru tahu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda juga baru tahu setelah mengikuti Sundah Sharing ini. Biasanya bunda membawakan cerita sambil tiduran berdua cucu, sesekali jeda dan ngobrol ringan, cerita lagi, sampe cucu terlelap. Ternyata salah, hehe... Makasih kunjungan Idah Ceris ke blog Bunda.

      Hapus
  8. Yeeey, numpang lewat ada taripnya lho, huahuahua...Makasih kunjungannya ke blog Bunda.

    BalasHapus
  9. Mendongeng harusnua sehari berapa kali bund?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu