Kasih Ibu Sedalam Lautan


Ibuku, Almarhumah, tercinta.
Pada awalnya aku tidak tahu untuk apa perjuangan Ibu. Beliau meninggalkanku bersama Nenek dan Kakek. Padahal keadaan waktu itu masih dalam kelabunya asap bedil dan mesiu. Namun kebesaran cinta kasihnya kepada tiga permata hati yang dibawa Ayahku ke negeri seberang sangat membuat hatinya gundah. Aku sadar di sanalah terletak Kasih Ibu Sedalam Lautan itu.  Ibu mana yang bisa dipisahkan dari anak-anak yang dilahirkan dengan nyawa sebagai taruhannya. Samudera mana pun akan diarunginya untuk mendapatkan kembali ketiga buah hatinya. Namun Allah berkata lain. Ibuku dipanggil menghadapNya sebelum perjuangan memperoleh ketiga kakakku tuntas.  Aku sendiri hanya merasakan kasih sayang Ibu sampai usiaku 8 tahun. Bukan berarti ingatanku tentang kepekatan cinta dan sayang Ibu kepadaku sirna begitu saja. Aku masih mengingatnya dengan baik. Tersimpan di sudut relung hatiku yang paling dalam. Tak  ada seorang pun yang bisa menggantikan posisinya di dalam hatiku. Kebesaran cintanya bisa aku rasakan hingga saat rentaku melalui cintaku pada anak-anakku. Kesulitan apa pun yang menghadang akan aku hadapi. Demi anak-anakku. Begitu juga yang telah dilakukan oleh Ibuku.



Saat ini, usiaku telah merangkak ke awal senja menjelang tengah malam. Bahkan, Insya Allah, siap menyongsong pagi atas kehendakNya. Menyaksikan dari waktu ke waktu perkembangan empat orang permata hatiku dengan penuh rasa bersyukur. Mereka tumbuh sehat jiwa dan raga mendapat siraman kasih sayangku. Allah menganugerahkan mereka untuk membuat hidupku lebih lengkap. Dan aku sangat mengerti, mereka hanyalah titipan Allah yang harus memperoleh perhatian, kasih sayang dan tanggung-jawab penuh untuk merawat dan membesarkan. Kini mereka telah menjadi Ibu yang memiliki kasih sayang yang tulus untuk anak-anak mereka. Cucu-cucuku.


Ketika kelahiran anak pertama, suamiku  tidak mendampingiku. Tugasnya sebagai pegawai dengan pergantian ‘shift’ menyebabkan suamiku tidak bisa melihat kehadiran buah cinta kami ke dunia. Namun, sebuah kejutan pun datang ketika tiba-tiba suamiku muncul di ambang pintu kamar bersalin, siap menggendong bayi kami dan mengumandangkan Adzan dengan khusuk di kedua belah telinga anakku, seorang bayi laki-laki. Subhaanallah, bahagianya hati ini. Begitu pun aku yakin sekali hati Ibuku akan sama bahagianya dengan kebahagiaanku. Kasih pun tercurah seketika dan menutupi serta melebur segala rasa sakit yang dirasakan. Pastinya, Ibuku pun demikian ketika melihat kehadiranku ke dunia. Allah Maha Segalanya, memberikan rasa sakit dan senang serta bahagia untuk kaum perempuan tidak ada bedanya sedikit pun. 

Kasih Ibu Sedalam Lautan. Tidak boleh diragukan lagi. Kasih yang tanpa pamrih. Cinta yang tak menghendaki balasan. Luhurnya kasih itu. Aku bangga telah memilikinya. Seperti juga yang dimiliki Ibuku.
Kasih Ibu Sedalam Lautan. (Kenanganku bersama Anakku ,Alm. tercinta)--Awal Jan.'14.

Rasa sakit yang tak terkira ketika sang bayi saatnya  mengajak untuk melihat dunia. Segala rasa berbaur dalam diriku, mulas, sakit, pegal-pegal di seputar bagian belakang dan pinggul harus aku lawan untuk memperjuangkan bayiku lahir dengan selamat. Sama, pastinya yang dirasakan oleh Ibuku. Ketika itu tak ada tersirat keinginan lain dalam benakku, selain keselamatan, kelengkapan, dan kesehatan bayi yang telah aku lahirkan. Spontanitas, pertanyaan pertama yang keluar dari mulutku dengan suara bergetar adalah: 

“Dokter, lengkapkah anakku?” Ibu pun akan mengajukan pertanyaan seperti itu dengan mata berbinar disertai butir-butir bening karena bahagia, namun masih ada kekhawatiran yang tersembunyi sampai sebuah jawaban dari Dokter melegakan hati:

“Ya, Ibu dianugerahi seorang bayi mungil, perempuan, keseluruhan bagian tubuhnya lengkap.” Dan itu adalah, aku.

“Alhamdulillah. Allah Maha Besar dan Maha Kuasa. Allah Maha Pemberi segala rasa untuk setiap umatNya.

 Hati Ibu Seluas Samudera
Ketika anak lelakiku jatuh sakit, ingin rasanya aku menggantikannya. Aku tidak menginginkan anakku sakit. Biarlah aku saja yang mengalami segala derita sakitnya. Aku bangga pada diriku dan sebuah tekad tertancap dalam dadaku – kalaupun Allah mengizinkan, biarkanlah aku saja yang  menggantikan diri anakku.  Sebuah kebesaran cinta yang pastinya dimiliki Ibuku ketika menghadapi aku dalam keadaan sakit yang parah. Kesucian hati Ibu dengan cintanya yang merebak ke seluruh pembuluh urat-urat nadinya yang terhalus, pastilah sama dengan apa yang aku miliki. Cinta yang tak terukur dengan apa pun. Kasih sayang seluas samudera yang aku anugerahkan kepada anak lelakiku, dan kepada anak-anakku yang lain, demikian juga yang diberikan oleh Ibu untukku. 

Last but not least: Masihkan anda memiliki Ibu? Percayakah Anda bahwa Kasih Ibu Sedalam Lautan? Kalau Anda percaya, maka berbuatlah semaksimal mungkin yang Anda bisa untuk menyenangkan hatinya, memberinya perhatian yang penuh ketika Ibu Anda masih mampu untuk menghirup udara segar milikNya, bahkan lebih lagi di usia senjanya. Karena penyesalan itu datangnya selalu di kemudian hari.

So, selagi Anda mampu dan Ibu Anda masih bersama Anda, lakukan yang terbaik untuk Ibu Anda. Insya Allah, keberkahan akan selalu tercurah untuk Anda dan keluarga. Believe It or Not. Rezeki yang tak terduga akan datang menyapa Anda dengan segala keberkahan yang melimpah. Rezeki itu tidak saja berupa benda atau harta kekayaan, tetapi kesuksesan dan kemudahan dalam menjalani kehidupan Anda. Itu satu dia antara sekian banyak nikmat dan janji Allah. Aamiin.






Komentar

  1. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
    Segera didaftar
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  2. Sahabat tercinta,
    Saya mengucapkan terima kasih kepada para sahabat yang telah mengikuti Kontes Unggulan Hati Ibu Seluas Samudera di BlogCamp. Setelah membaca artikel peserta saya bermaksud menerbitkan seluruh artikel peserta menjadi buku.

    Untuk melengkapi naskah buku tersebut saya mohon bantuan sahabat untuk

    1. Mengirimkan profil Anda dalam bentuk narasi satu paragraf saja. Profil dapat dikirim melalui inbox di Facebook saya atau via email.
    2. Memberikan ijin kepada saya untuk mengumpulkan artikel peserta dan menerbitkannya menjadi buku. Cek email dari saya tentang permintaan ijin ini dan silahkan dibalas.
    3. Bergabung dengan Grup Penulis Naskah Buku Hati Ibu Seluas Samudera di Facebook. (https://www.facebook.com/groups/669571076492059/)

    Terima kasih.

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, Pakde Cholik, Bunda sangat merasa beruntung kalau naskah Bunda ini bisa disertakan dalam kumpulan tulisan yang akan diterbitkan. Oke, Pakde segera buka email. Makasih, Pakde.

    BalasHapus
  4. aaahhh bunda bikin aq mewek hiks2.. cinta ibu dahsyat banget ya bun, apalgi bunda udah melewati bebrp tahapan itu.. allohu akbar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namora Ritonga, makasih kunjungannya ke blog Bunda. Cup-cup-cup...sayangku. Namora masih memiliki Ibu? Kalau masih, nah, cintailah dan berbuatlah yang maksimal untuk Ibu Namora selagi beliau bisa menghirup udara segar. Aamiin.

      Hapus
  5. Balasan
    1. Itulah cerita yang menyangkut diri Bundamu, Dame. Cup3x jangan sampe keluar airmata (eh, airmata tuh dua kata apa satu kata ya?) *kepolagi

      Hapus
  6. Balasan
    1. Imaa...peluk balik. Makasih kunjungan Ima ke blog Bunda, ya.

      Hapus
  7. Semua Ibu memiliki perasaan cinta yang seluas samudera, Bunda. It is hurt when you know your lovely son's sick, otherwise when he left you....

    Big hugs...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Tanti. Bunda menganggap anak Bd sedang pergi, jauh, jauuuh sekali. We'll be meeting each other again, one day. Thank you for being on my blog, Tanti.

      Hapus
  8. Pukpuk Bunda, Bunda adalah ibu yang luar biasa, menurut saya :) tetap semangat Bun, semoga GA nya menang, apalagi mau dibukukan nih

    BalasHapus
  9. So touching, Bunda
    Bersyukur masih punya 2 bidadari
    Semoga bisa membahagiakan mereka

    BalasHapus
  10. Salam hormat untuk Bunda Yati sekeluarga, tetap semangat, semoga selalu diberikan kesehatan.
    Semoga Alhmarhumah diberikan tempat terbaik di sisi-Nya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu