Aku Suka Tanaman Sansevieria.
Tantangan Seri 3, Hari ke-5:
Sudah lama Bunda menyukai jenis tanaman yang biasa disebut daun lidah mertua ini, tapi memiliki nama keren Sansevieria. Tanaman ini memiliki ratusan variant. Tapi Bunda tidak berniat menjadi ahli tanaman Sansevieria, hehe...hanya sebatas sangat suka pada tanaman ini. Jadi gak hafal namanya. Sebabnya suka, apa, ya? Kartena mudah merawatnya. Gampang membiakkannya. Berguna juga buat penghilang bau tak sedap dalam ruangan. Jadi langsung donk Bunda pajang tanaman itu dalam pot untuk penghias ruangan di rumah Bunda. Seminggu sekali Bunda keluarkan untuk mendapatkan sinar matahari. Giliran pot-pot Sansevieria yang di luar mengambil alih posisi untuk menduduki tempat-tempat dalam ruangan. Ceritanya "aplusan", qiqiqiii...
Bunda memiliki puluhan pot tanaman Sanseviera yang sekarang sudah hampir tidak terawat. Tanaman yang Bunda tempatkan di dalam pot plastik, sudah menembus keluar dari pot, sehingga bentuknya jadi antik.
Tanaman yang sudah besar-besar ini tidak Bunda beli setelah besar lho, tapi berawal dari bibit-bibit tanaman yang sangat kecil, Bunda rawat hingga besar dan tua, qiqiiii.... Setelah tua beranak pinak. Nah, inilah yang Bunda pindahkan dengan hati-hati ke beberapa pot-pot yang memang sudah tersedia. Setelah beberapa bulan tanaman ini menjadi besar dan beranak pinak lagi, hingga Bunda kewalahan. Untung saja banyak tetangga yang tertarik. Jadilah Bunda mulai menjualnya kepada yang berminat. Ada sensasinya juga dalam merawat Si Sanse ini.
Pernah ketika Bunda ke Pamulang hunting untuk jenis Sansevieria yang belum Bunda miliki, ada seorang Ibu yang sedang menawar satu pot tanaman Sansevieria yang bernama Sanse Kirki, berdaun agak bercak, warnanya hampir merah-merah marun gitu. Harganya? Per pot kecil dipatok Rp. 200,000. Si Ibu mendesah "Koq mahal banget, Mbak?"
Bunda mulai melirik-lirik si Ibu ini. Berbasa-basi menanyakan apakah dia juga suka pada tanaman Sanse ini. Ia mengangguk. Wah, networking lanjuuut. Alhasil Ibu itu meminta Bunda untuk naik mobilnya dan mengajaknya ke rumah Bunda. Antara kaget dan seneng banget, naiklah Bunda ke dalam mobilnya. Ketika sampai di rumah Bunda, pot Kirki yang di Tukang Tanaman dipatok dengan duaratusribu rupiah, di rumah Bunda hanya bunda beri harga 50% dari harga tersebut. Si Ibu mengambil 2 pot dan ditambah lagi beberapa pot Sanse yang lain, sehingga jumlah uang yang Bunda terima hampir satu juta rupiah. (hahaha...biar seru aja yang baca melihat kata "juta", padahal jumlah sebenarnya hanya empat ratus tujuh puluh lima ribu rupiah. Betapa pun jumlah yang sangat lumayan, bukan? Dalam satu kali transasksi tak terduga, ratusanribu masuk kocek. Anak lelaki Bunda senyum gembira, karena telah ikut merawat tanaman itu dan menghasilkan income tak terduga.
Itulah penghasilan yang terbesar. Selain itu hanya para tetangga yang tertarik atau ada juga yang mau beli tapi minta dibuatkan dalam pot untuk menghias ruangan di rumahnya. Untuk permintaan seperti ini Bunda hanya charge tetangga/teman cukup dengan limapuluhriburupiah saja untuk upah kreasi, hahaha...
Hapir setahun berlalu setelah anak lelaki Bunda tidak ada, tanaman itu tidak ada yang merawat secara rutin. Sebagian besar tanaman dibawa ke rumah anak Bunda, di mana sekarang Bunda 90% bermalam. Mengingat rumah Bunda di Pamulang memiliki tangga curam untuk sampai ke atas menuju tempat pemeliharaan tanaman Sansevieria, maka keputusan bulat pun diambil oleh anak-anak Bunda. Pot-pot itu berpindah tempat menghias halaman kedua anak Bunda yang perempuan. Alhamdulillah, tidak apa-apa. Masih ada yang memelihara dan Bunda masih bisa menikmati serta menyawangnya. Hanya beberapa pot yang ditinggalkan, tapi dasar si penyuka Sanse ini penasaran. Kalau pulang ke Pamulang, pasti deh menaiki tangga curam itu. Mulai membiakkan lagi dari beberapa pot yang sudah mulai beranak pinak. Yeee....Bunda masih memiliki pot-pot Sanse tersayang.
Bunda bukan ahli tanaman, hanya sekedar penyuka saja. Cuma mampu berdecak kagum apabila mengunjungi Pameran Tanaman dan menyaksikan betapa uniknya bila Bunda melihat tanaman Sanseviera yang indah, meliuk-liuk dengan uniknya dan langka pula. Harga pun sangat mahal. Bunda hanya mampu mengigit jari saja karena hati ingin memiliki, apa daya dompet tipis tak berisi, hehe...
Beberapa variant yang Bunda miliki saat ini adalah Sanse Kuku Bima, Sanse Giant, Sanse Brown Kirki, Sanse Pedang-Pedangan, Sanse Eel, Sanse twister, Sanse Air Mancur, dan beberapa Sanse yang Bunda lupa namanya, hehe...lagi.
Cara pembiakan Sanse ini sangat mudah, disamping memang lebih gampang dan cepat dari anakannya, juga bisa dari lembar daun yang sudah tua, kita potong sepanjang kurang lebih 4 atau 5 sentimeter menggunakan pisau yang tajam lalu kita tancapkan sedikit saja di tanah yang telah diberi media tanam berupa campuran pupuk, pasir malang dan sekam bakar, letakkan di tempat teduh, kalau media sudah basah, biarkan bibit tersebut tanpa disiram untuk jangka waktu 2 atau 3 hari.
Sayang Bunda sedang di rumah anak Bunda, kalau gak kan Bunda pamerkan lagi foto-foto tanaman Sansevieria dalam pot. (Tapi sayang kurang cantik penampilannya, karena kurang perawatan, ditinggal pergi untuk selamanya oleh Majikan aslinya, dan Assisten Majikan diboyong ke rumah Cucu, huhuhu... (Antara Sedih tapi Happy...)
Manis kan? |
Bunda memiliki puluhan pot tanaman Sanseviera yang sekarang sudah hampir tidak terawat. Tanaman yang Bunda tempatkan di dalam pot plastik, sudah menembus keluar dari pot, sehingga bentuknya jadi antik.
Tanaman yang sudah besar-besar ini tidak Bunda beli setelah besar lho, tapi berawal dari bibit-bibit tanaman yang sangat kecil, Bunda rawat hingga besar dan tua, qiqiiii.... Setelah tua beranak pinak. Nah, inilah yang Bunda pindahkan dengan hati-hati ke beberapa pot-pot yang memang sudah tersedia. Setelah beberapa bulan tanaman ini menjadi besar dan beranak pinak lagi, hingga Bunda kewalahan. Untung saja banyak tetangga yang tertarik. Jadilah Bunda mulai menjualnya kepada yang berminat. Ada sensasinya juga dalam merawat Si Sanse ini.
Pernah ketika Bunda ke Pamulang hunting untuk jenis Sansevieria yang belum Bunda miliki, ada seorang Ibu yang sedang menawar satu pot tanaman Sansevieria yang bernama Sanse Kirki, berdaun agak bercak, warnanya hampir merah-merah marun gitu. Harganya? Per pot kecil dipatok Rp. 200,000. Si Ibu mendesah "Koq mahal banget, Mbak?"
Pembiakan, ada Sanse Kirki yang masih kecil |
Bunda mulai melirik-lirik si Ibu ini. Berbasa-basi menanyakan apakah dia juga suka pada tanaman Sanse ini. Ia mengangguk. Wah, networking lanjuuut. Alhasil Ibu itu meminta Bunda untuk naik mobilnya dan mengajaknya ke rumah Bunda. Antara kaget dan seneng banget, naiklah Bunda ke dalam mobilnya. Ketika sampai di rumah Bunda, pot Kirki yang di Tukang Tanaman dipatok dengan duaratusribu rupiah, di rumah Bunda hanya bunda beri harga 50% dari harga tersebut. Si Ibu mengambil 2 pot dan ditambah lagi beberapa pot Sanse yang lain, sehingga jumlah uang yang Bunda terima hampir satu juta rupiah. (hahaha...biar seru aja yang baca melihat kata "juta", padahal jumlah sebenarnya hanya empat ratus tujuh puluh lima ribu rupiah. Betapa pun jumlah yang sangat lumayan, bukan? Dalam satu kali transasksi tak terduga, ratusanribu masuk kocek. Anak lelaki Bunda senyum gembira, karena telah ikut merawat tanaman itu dan menghasilkan income tak terduga.
Itulah penghasilan yang terbesar. Selain itu hanya para tetangga yang tertarik atau ada juga yang mau beli tapi minta dibuatkan dalam pot untuk menghias ruangan di rumahnya. Untuk permintaan seperti ini Bunda hanya charge tetangga/teman cukup dengan limapuluhriburupiah saja untuk upah kreasi, hahaha...
Hapir setahun berlalu setelah anak lelaki Bunda tidak ada, tanaman itu tidak ada yang merawat secara rutin. Sebagian besar tanaman dibawa ke rumah anak Bunda, di mana sekarang Bunda 90% bermalam. Mengingat rumah Bunda di Pamulang memiliki tangga curam untuk sampai ke atas menuju tempat pemeliharaan tanaman Sansevieria, maka keputusan bulat pun diambil oleh anak-anak Bunda. Pot-pot itu berpindah tempat menghias halaman kedua anak Bunda yang perempuan. Alhamdulillah, tidak apa-apa. Masih ada yang memelihara dan Bunda masih bisa menikmati serta menyawangnya. Hanya beberapa pot yang ditinggalkan, tapi dasar si penyuka Sanse ini penasaran. Kalau pulang ke Pamulang, pasti deh menaiki tangga curam itu. Mulai membiakkan lagi dari beberapa pot yang sudah mulai beranak pinak. Yeee....Bunda masih memiliki pot-pot Sanse tersayang.
Bunda bukan ahli tanaman, hanya sekedar penyuka saja. Cuma mampu berdecak kagum apabila mengunjungi Pameran Tanaman dan menyaksikan betapa uniknya bila Bunda melihat tanaman Sanseviera yang indah, meliuk-liuk dengan uniknya dan langka pula. Harga pun sangat mahal. Bunda hanya mampu mengigit jari saja karena hati ingin memiliki, apa daya dompet tipis tak berisi, hehe...
Beberapa variant yang Bunda miliki saat ini adalah Sanse Kuku Bima, Sanse Giant, Sanse Brown Kirki, Sanse Pedang-Pedangan, Sanse Eel, Sanse twister, Sanse Air Mancur, dan beberapa Sanse yang Bunda lupa namanya, hehe...lagi.
Cara pembiakan Sanse ini sangat mudah, disamping memang lebih gampang dan cepat dari anakannya, juga bisa dari lembar daun yang sudah tua, kita potong sepanjang kurang lebih 4 atau 5 sentimeter menggunakan pisau yang tajam lalu kita tancapkan sedikit saja di tanah yang telah diberi media tanam berupa campuran pupuk, pasir malang dan sekam bakar, letakkan di tempat teduh, kalau media sudah basah, biarkan bibit tersebut tanpa disiram untuk jangka waktu 2 atau 3 hari.
Sayang Bunda sedang di rumah anak Bunda, kalau gak kan Bunda pamerkan lagi foto-foto tanaman Sansevieria dalam pot. (Tapi sayang kurang cantik penampilannya, karena kurang perawatan, ditinggal pergi untuk selamanya oleh Majikan aslinya, dan Assisten Majikan diboyong ke rumah Cucu, huhuhu... (Antara Sedih tapi Happy...)
Ternyata harganya lumayan juga ya, Bun. Keren euy ada income tak terduga berbekal keuletan. Di rumah saya juga ada beberapa tanaman hias tapi sekarang nasibnya juga tak terurus hahaha
BalasHapusHehe...give me five then a.k.a. toast-lah, sama-sama punya tanamantapi gak terawat. Mungkin tahun ini Bunda mau mulai dengan tanaman lain untuk menemani si Sanse. Makasih ya kunjungan delapankata ke blog Bunda.
HapusBunda, delapan kata itu aku PutriKPM a.k.a Kartika Putri Mentari :P
HapusSuuup-lah, Bunda udah ngira juga koq, tapi kenapa delapan kata ya *mikir, bukan delapanhuruf...*kabuuur...
HapusSaya juga punya beberapa Mbak
BalasHapusMemang nggak ribet merawatnya
Terima kasih infonya
Salam hangat dari Surabaya
Toast jugalah kita, Pakde karena paling gak sama tuh seneng sama si Sanse ini. Salam hangat juga dari Ciputat/Pamulang. Makasih Pakde udah nili-i blog Bunda.
HapusBunda, tanaman ini selain cantik, tampilannya bersih juga ya :)
BalasHapusSaya jadi ingin memilikinya :D
Iya, Cikgu Ani, yang ini termasuk yang langka, karena beranak pinaknya lama banget, dah 2 tahun belum keliatan tanda-tandanya. Soal kebersihan sih, mungkin karena cat mejanya putih dan potnya hitam tuh. Terus terang, Bunda emang suka bebersih daun-daun Sanse ini dengan lap, lho. Makasih kunjungan Cikgu Ani.
HapusCantik bunda... :)
BalasHapusMakasih pujian Indra Chakim untuk Si Sanse Bunda. Makasih juga kunjungan Inda ke blog Bunda.
HapusWaahhh bunda Yati rajin sekaliiii. Seneng juga yaa tanaman ini bisa bermanfaat plus menghasilkan uang jajan :).
BalasHapusRajin sih gak, tapi seneng aja sama tanaman ini. Iya, jadi pengen juga membudidayakannya lagi, diluar setau anak-anak, qiqiqiii...karena kalo ketauan suka naik tangga curam itu, waah, dinyanyiin. Makasih kunjungan Maya ke blog Bunda.
HapusTelaten banget ngerawatnya ^^
HapusSansivera, namanya ternyata bagus ya.
BalasHapusSeingatku, waktu kecil aku suka melihat bunga sejenis ini, hanya waktu itu tidak ditanam dalam pot
Tulisannya panjang dan detail, siip
Memang betul ada juga yang ditanam di tanah dan dimanfaatkan sebagai pagar halaman. Ini yang bernama Sanse Laurenti. Tulisannya panjang? Aah..kan belum 1000 kata, hehe... Makasih kunjungan Yanti.
HapusCantiknyaaa Bun, siapa dulu yang menanam, ya :) cantiknya ngikutin yg nanam, hehehe.
BalasHapusItu Bunda beli anakannya yang panjang baru kira-kira 5 cm. Ini setelah dua tahunan jadi segitu. Trus Bunda tinggal lama kan, hampir 3 mingguan bermalam di rumah anak Bunda. Kemarin Bunda pulang, eee...sudah bertambah panjangnya. Sayangnya jenis ini memang jenis yang langka karena lama banget buat anakannya. Cantiknya mungkin karena pot keramik hitam tuh, hehe... Makasih kunjungan Helda.
Hapus