Menyayangi Binatang Peliharaan Melatih Ketelatenan.
Siapa pun yang memiliki binatang peliharaan kesayangan, apakah itu ayam, kucing, kelinci, doggy, atau binatang peliharaan lain, pastilah mempunyai rasa kasih sayang. Nah, rasa kasih sayang ini tentunya harus diimbangi dengan rasa tanggung-jawab secara luas, termasuk di dalamnya kesabaran dan ketelatenan. Karena merawat binatang peliharaan itu tidaklah mudah.
Ada yang mengatakan, bahwa ayam itu bukanlah binatang peliharaan, tetapi binatang ternak, jadi tidak patut untuk dipelihara di rumah. Tempatnya di peternakan. Nah, yang ingin Bunda ceritakan di sini tentang Cucu Bunda yang sejak masih kecil (kira-kira berumur 2 tahun) sudah sangat menyayangi binatang. Bunda bangga, karena paling tidak ada sifat penyayang binatang dari Bunda yang juga menyukai binatang, tapi sebatas menyukai kucing dan kelinci saja. Bunda katakan "sebatas" karena untuk memeliharanya Bunda masih harus berpikir beberapa kali. Kenapa? Bunda tidak tahan mencium bau "pup" kucing, karena kucing yang Bunda pelihara paling kucing kampung yang dilepas berkeliaran begitu saja, buang kotoran bisa di mana-mana.
Lain halnya dengan kucing import yang dimiliki oleh anak Bungsu Bunda. Seekor kucing yang ia pelihara sejak si kucing berusia 2 tahun, kini telah berusia 5 tahun. Katanya, menurut hitungan, usia kucing itu 8 x usia manusia. Jadi kalau kucing berusia 5 tahun, berarti sama dengan manusia yang berusia 40 tahun. Kucing Persia berjenis kelamin betina, yang diberi nama Cleo ini sudah tua juga ya, usianya 40 tahun, hehe.... Cantix, bulunya tebal sekali. Seisi rumah, amat menyayanginya, termasuk Bunda dan keluarga yang lain yang seringkali bersilaturakhim ke rumah anak Bunda. Terutama anak Bunda, memperlakukan Cleo bak seorang anak kandung. Treatmentnya pun menyeluruh, mulai dari vaksinasi secara teratur, ke salon untuk gunting kuku dan cuci rambut, qiqiqiiii... maksudnya memandikan Cleo ke Salon khusus untuk binatang. Cucu bontot Bunda, Ayman, juga menyayanginya
Keluarga juga menyayangi Cleo |
Kini cinta Cucuku beralih kepada binatang peliharaan kelinci. Berawal dari dua ekor kelinci kemudian menjadi 6 ekor kelinci, tapi tanpa alasan induknya mati, beberapa waktu kemudian diikuti oleh kematian kedua anaknya, dan dua anaknya lagi. Di halaman rumah anakku sekarang sudah banyak sekali makam-makam kelinci. Tidak berhenti sampai di situ, Cucu minta dibelikan lagi kelinci lain, dan waktu itu kami membelikannya 3 ekor kelinci yang berlainan warnanya dan ketiganya memiliki warna yang indah. Ceritanya sama dengan yang terdahulu. Tanpa diketahui sebab-sebabnya, yang seekor mati, diikuti dengan kematian berturut-turut hanya jelang dalam hitungan minggu saja. Akhirnya tanpa seekorpun kelinci yang ada.
Setahun yang lalu, kami belikan lagi dia dua ekor kelinci. Yang satu berwarna abu-abu diberinya nama Edith dan seekor lainnya berwarna light brown diberi nama Si Jabrig, karena bulunya yang bagus, tebal dan kedua telinganya terjulur kearah bawah. Lucu juga. Si Edith yang berkelamin jantan dan si Jabrig yang berkelamin betina hidup dalam satu kandang. Tapi Cucuku lebih menyayangi si Edith. Sepulangnya dari sekolah pasti hal pertama yang ia jelang adalah kandang si Edith.
Wah bunda, kemarin berkebun bunga, skrg hewan peliharaan. Manteb bener bun, mengaharkn keluarga mencintai flora jg fauna, tfs ya bunda :)
BalasHapusAbis katanya ide datangnya dari mana aja, kita harus bisa nangkep yang pating sliwer, gitu lho. Itu kata Pakde Cholik, hehe...Tapi Bunda belum sepenuhnya bisa menangkap ide yang sliweran itu. Btw makasih ya kunjungan Inda ke blog Bunda.
HapusCucu bunda kaya anakku..syang bgt binatang. Kami pelihara kucing..bahkan saat kami pindah keluar kota si puss dibawa juga :)
BalasHapusAlhamdulillah, kalau bisa menyayangi binatang, Insya Allah hatinya Rinto Harahap, hehe...maksudnya sangat lembut, mudah iba hati seperti lagunya Rinto yang kebanyakan mendayu-dayu penuh kepiluan dan kerinduan. Makasih montraveler udah berkunjung. Tadi Bunda jalan-jalan ngeklik "momtraveler" tapi gak ada blognya, huhuhu... Musti ke Google deh.
Hapussaya sebenernya suka sama binatang yang unyu-unyu Bunda. tapi waktu SD dulu pernah dicakar kucing, dikejar angsa, trus dipatok ayam kecil, jadinya sampe sekarang gak pernah berani deket2 hewan. paling mentok beraninya sama kelinci hihi
BalasHapusJadi trauma, ya? Mbok ya jangan sampe trauma. Dicoba lagi dari menyayangi kelinci terus menyayangi kucing lagi, hehe...Makasih kunjungan Ayu Cintraningtiyas ke blog bunda
HapusKucingnya bikin gemes, aku sayang banget ama kucing aku juga loh Bund :)
BalasHapusPercaya donk Bunda, Dwiex'z, bayangin sampe di perlu-perluin pergi ke pasar buat cari kucing, hehe...trus sedih kucingnya ilang...tapi kan si doi pulang lagi tuh. Makasih kunjungan DS ke blog Bunda.
HapusMakam makam kelinci =)) =)) Kelinci memang lemah yaaa... dulu aku pernah piara kelinci trus mati dimakan tikus wkwkwk... Itu Cleo lucuuu banget. Gede banget kayaknya Maine Coon hm, nggak kayak Persia pure, bisa campuran sih... *sok analisis*
BalasHapusoh em jiiii.. itu kucingnya lucu banget mbaaaaaa..
BalasHapusIya aku setuju sama mbak, melihara binatang tuh bisa dijadikan latihan untuk bertanggung jawab.
waaaah punya kelinci ya mak :D
BalasHapusmenurutku melihara kelinci sampai punya anak itu lumayan susah jadi kalau cucunya punya kelinci terus bisa beranak itu hebat :D benar - benar dirawat dengan kasih sayang hehe
salah satu kesukaan ponakanku nih..binatang kucing..sampai2 dia elus2 tiap maen kerumahku..hihi
BalasHapusKucingnya kelihatan sehat banget :D setuju, memelihara hewan itu memang harus telaten
BalasHapus