Siang hari pada hari Raya
Idul Fitri pertama, keluarga kecil Bontot permata hatiku datang. Juga dua keponakanku (anak
kakakku yang paling tua, almarhumah) beserta anak-anak mereka. Berselisih jalan dengan anak perempuanku yang tertua plus keluarga kecilnya. Walaupun demikian, keriuhan
dan keceriaan makan bersama, saling sikut dalam antrian, qiqiqiii...
tidak mengurangi syahdunya Lebaran. Sayangnya, tidak tertangkap kamera. Lho kenapa? Karena gak ada yang bawa kamera
canggih sih.
|
Aku dan keluarga kecil anak bungsuku. |
|
Anakku dan cucuku |
Tetapi narsis mah harus dengan menggunakan
kamera hape si bontot. Hari Raya tahun ini bagiku adalah Hari Raya
Idul Fitri yang
paling berkesan, karena aku merasa dimanja oleh si Bontot -- tidak
boleh capek-capek masak, semua masakan lebaran hanya
order dari tetangga
yang makanannya ternyata lezaaat banget.
|
Tatapan kasih sayang seorang anak untukku. |
Tapi, ada
tetapinya juga, beberapa hari sebelum lebaran, aku diculik oleh si
Bontot untuk bermalam di rumahnya dan kerja rodi dengan kegembiraan yang
maksimal bersama dua Mbak yang membantu kami membuat kastengels dan
nastar. Kata
"culik" dan
"rodi" telah membuat kami semua tertawa
berbahak-bahak di malam hening -- #apakatatetanggaya? Tak ada batas-batas dan sekat yang menjadi dinding pembatas antara majikan dan dua orang Mbak dan aku sebagai Ibu Suri, hahaha... Kami lelah bersama, tertawa bersama dan mencicipi kue-kue yang hangus pun bareng. Aiiih...andai setiap hari seperti ini, alangkah akan selalu indahnya kebersamaan. Kita memang semua sama di mata Allah, semoga anak-anakku akan tetap seperti itu, tidak akan menarik garis pembatas antara Majikan dan para Mbak yang membantu di rumah. Yang penting mereka tidak kebablasan jadi
"songong" dan
"nyalutak" or
"bedegul", hehe...#adayangtaugakartinya? Alhamdulillah, sejauh ini tak pernah ada sikap dan kelakuan Mbak-Mbak yang tidak berkenan di hati kami. Semua
oke-oke aja tuh,
because we treat them almost as part of our family. Mereka nyaman, kita juga senang.
Foto-foto di Hari
Raya
Idul Fitri H-1436, bersama keluarga kecil anak bungsuku, bersama
adikku perempuan plus suaminya dan anak cucu adikku. Jangan bingung, ya?
|
Mira, si bungsu beserta tiga orang cucuku.
|
|
Keduanya cucuku -- tanpa kacamata cucu keponakan dan yang berkacamata cucu kandungku dari anak bungsuku. |
Catatan: Panggilan "Bunda" menjadi abadi karena cucu keponakanku ini. Sampai sekarang yang mengenalku, memanggilku dengan sebutan Bunda. Asyiik, jadi awet muda, wkwkwk... #curcolnihye
Di hari pertama Lebaran ini, hayoo, main dulu-duluan deh, siapa mengunjung siapa. Sebaiknya kan yang muda mengunjungi yang lebih tua. Tapi sangat sukar mengatur pertemuan seperti itu, karena faktor praktis dan ekonomis juga harus jadi pertimbangan. Jadi gak masalah yang tua mengunjungi yang muda dan sekaligus berlebaran dengan keponakan dari anak-anak sang adik. Ya, katakanlah, ngirit waktu, hehehe...
Begitulah terjadinya, pada hari Lebaran pertama itu adikku tidak mengunjungi aku, tapi akulah yang mengunjunginya, sekalian dalam perjalanan ke makan anakku lelaki, kemudian baru mengatur pertemuan demi pertemuan dengan semua saudara yang belum saling berkunjung.
|
Aku dan Mira dengan Kel. adikku. |
|
Aku, adikku (s.i.) anak dan cucunya. |
|
Beristirahatlah dengan tenang, anakku. Suatu saat kita akan berjumpa. Aamiin. |
senangnya yg bisa kumpul ama keluarga :)
BalasHapusIya, Dwi, walaupun setahun sekali, tapi suasana itu lho yang bikin mengharu biru. Makasih kunjungan Dwi ke blog Bunda.
BalasHapusEnggak bingung bundaaa, aku juga keluarga besar sih, hihiii
BalasHapusKelihatan banget aura bahagia yang terpancar dlm silaturahmi ini :)
bunda.. mohon maaf lahir batin yaaa.. doa saya semoga bunda dan keluarga sellau dilimpahi kebahagiaan luar biasa, sehat selalu ya bundaa :))
BalasHapussaat kumpul bersama keluarga happy ya bun,walau ada sedih juga terhadap yang sudah tidak ada
BalasHapusSeneng ngeliatnya
BalasHapusSeneng ngeliatnya
BalasHapusKeluarga besar ya, Bund.
BalasHapusMaaf lahir batin, ya. ;)