Kreativitas Guru di Bulan Ramadhan

Source: gopekdulu.blogspot.com
 Aku merasa bangga bisa berperan sebagai pengajar --  kerennya -- guru, karena apa yang aku ajarkan adalah sesuatu yang membuatku juga memacu diri untuk tetap bisa memberi perintah kepada benakku untuk bekerja. Katakanlah, aku ini seorang guru musiman, hehe... Koq musiman? Iya, masalahnya aku tidak khusus membuka jadwal untuk mengajar. Beberapa ibu-ibu menyarankan agar aku memasang "plang" yang berbunyi: "Guru Bahasa Inggris Privat."  Dengan kata privat  ini tentu saja akan menyimpulkan sebuah angka sebagai upah jasa seorang guru. Bisakah aku seperti itu? Batinku berteriak: "Belum bisa! Dan tak akan bisa, entah sampai kapan!" Karena kalau sudah diperhitungkan dengan uang, maka akan tipislah amal yang kita dapatkan. Iya, kan?


"Emangnya, Ibu gak mau duit, ya?" seorang ibu melontarkan tanya kepadaku.

Aku diam saja mendengar pertanyaan yang berbau komersial ini. Aku hanya tersenyum dan menggeleng.

"Tidak, saya bukan guru. Saya hanya ingin berbagi ilmu saja dengan mereka yang membutuhkan bantuan saya. Tidak ada taripnya untuk itu." jawabku sekenanya.

Setelah itu, sekalipun bertatap muka berkali-kali, tak pernah lagi Si Ibu menyinggung perihal yang sama. Legaaa....

Terus terang, memang aku bukan seorang guru, tapi aku suka akan aktivitas mengajar -- Kreativitas Guru di Bulan Ramadhan pun aku jadikan sebagai judul postingan. Kenapa? Karena aku berharap pada bulan Ramadhan penuh makna ini aku tidak kehilangan moment yang aku suka -- mengajar. Aku harus  memancing anak didikku apakah di bulan Ramadhan ini mereka memiliki semangat untuk belajar, atau mereka menginginkan liburan penuh selama bulan puasa.
Source: proprofs.com
Lanjut kepada ceritaku tentang Kreativitas Guru di Bulan Ramadhan bersama murid-muridku yang banyaknya kurang dari jumlah jemari tanganku. Swear! Memang cuma itu. Dan memang hanya satu mata pelajaran yang aku berikan -- bahasa Inggris. Muridku bervariasi, ada yang kelas dua dan tiga SMP. Juga kelas satu SMA. Mereka rajin belajar, antusias sekali mengikuti pelajaran dan menerapkan cara-cara yang aku ajarkan berkenaan dengan intonasi dan gaya bicara. Kelihatannya mereka suka dengan caraku mengajar. #sesiGe-eR-he-he... Ya, walaupun tanpa gelar aku masih bisa menjadi pengajar. Aku sebaiknya tidak menyebut diriku "Guru" karena guru menurut KOPERTIS (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta) yang mengajar HARUS memiliki gelar Sarjana S1. Apa peduliku? Aku toh hanya berbagi sedikit ilmu yang aku punya kepada yang membutuhkan. Lho-lho-lho...koq jadi curcol, ha-ha-ha...

Ketika tiba saatnya bulan Ramadhan, aku harus memberikan toleransi kepada mereka. Aku tidak boleh egois ingin meliburkan diri. Akupun tidak akan memaksanya untuk belajar di bulan suci Ramadhan. Aku tidak akan menjadikan Kreativitas Guru di Bulan Ramadhan membuat mereka jenuh. Seperti sebuah paksaan. Mereka tentunya lelah. Pastinya mereka berpuasa. Aku juga. Tapi ketika aku tanyakan kepada mereka kegiatan apa yang akan mereka lakukan selama liburan sekolah (dalam bulan puasa)? Mereka menjawab "Belajar sama Bunda."

"Haaah?" aku tercengang dan hampir tidak percaya.

"Kalian betul-betul ingin tetap belajar? Serius? Gak main-main?" tanyaku bertubi.

Mereka tersenyum dan menggeleng bersama seperti diberi komando, menandakan mereka tidak main-main.

Aku jadi ikut tersenyum. Akupun bersedia mengajar mereka dalam bulan puasa, tapi dengan syarat yang aku ajukan, yaitu waktu belajar tidak pada hari Sabtu/Minggu, jam belajar pun tidak sore hari, tapi pukul  10.00

"Apakah kalian sudah bangun jam sepuluh?" candaku. Mereka tertawa dan menjawab serempak "Sudah donk, Bun..."

Kata sepakat pun didapat. Begitulah waktu pun berlalu. Mereka belajar seperti bukan di bulan puasa. Mungkin karena semangat juga yang memacu mereka. Barangkali saja mereka "kasian" karena tahu bahwa aku datang untuk mengajar mereka dari tempat yang lumayan jauhnya. Aku 90% tinggal bersama anakku., di wilayah Bintaro, sedangkan aku memilih tempat mengajar di rumahku, Pamulang 2 -- berkendaraan ojek dengan tarip ojek Rp. 40,000 pp.  Namun begitu, aku sangat merasakan betapa semangatku tertempa oleh semangat belajar mereka. Jadilah akupun seperti manusia baru. Sosok seorang guru yang memiliki kewajiban untuk berbagi ilmu kepada anak didiknya. Tersengatlah benakku untuk belajar lagi, lagi dan lagi -- persiapan untuk mengajar, hehe... Yakin aku, tidak ada seorang guru pun yang tidak belajar lebih dahulu sebelum menghadapi anak didiknya. .Paling tidak baca-baca-lah... Bagaimana kita akan mengajar andaikan kita tidak menguasai materi yang akan diberikan.  Betul?
Di bulan Ramadhan aku tidak kehilangan moment untuk MENGAJAR dan MASAK untuk keluarga, Yeeeaaayy...
Ketika hari H (Lebaran) sudah semakin dekat, terus terang aku utarakan kepada mereka untuk libur saja. Alasanku kuat, karena aku harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk Lebaran. Pastinya banyak ini dan itu yang harus ditangani sendiri olehku, mengingat anak-anakku, setiap tahun di hari raya itu sangat mendambakan masakanku, terutama kue lebaran seperti kue khas buatanku kastengels dan nastar, hehe... Kreativitasku akan banyak sekali. Sebaliknya, mereka pun memiliki keluarga yang pastinya membutuhkan bantuan mereka menyongsong hari yang Fitri ini. Lagi-lagi, mereka memberikan persetujuannya. Deal!

Kreativitas Guru di Bulan Ramadhan pun terpenuh -- mengajar dan membuatkan kue serta masakan untuk keluargaku.

Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1436-H. Maaf Lahir dan Batin.

Komentar

  1. mantap bunda yati, teruslah berkreativitas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...terima kasih, Om Jay. Terima kasih juga untuk kunjungan Om Jay ke blog Bunda.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Hihi...mencoba untuk bisa berkreasi. Makasih kunjungan Indriyanti ke blog Bunda.

      Hapus
  3. Halo Bunda. Artikelnya inspiratif banget, memang tak seharusnya ilmu yg kita bagi selalu dibayar dengan materi. Bahkan kepuasan hati lebih abadi ya Bun

    BalasHapus
  4. bunda menjadi panutan bagi kami yang membaca blog ini.. terus sebarkan semangatmu ya Bun

    BalasHapus
  5. Subhanalloh Bunda, luar biasa, Bunda itu adalah guru kehidupan yang sesungguhnya, saya setuju bunda pada kutipan bunda yang berbunyi "kalau sudah diperhitungkan dengan uang, maka akan tipislah amal yang kita dapatkan. Iya, kan?" Bunda salam sukses dan salam bahagia, tetap menginspirasi lewat sentuhan karya bunda :)

    BalasHapus
  6. what a great deed, Bunda...teaching will always have a special place in my heart as well :).. bravo Bunda..

    BalasHapus
  7. Asyik tetep bisa masak dan ngajar ya, bun. Semoga selalu semangat menularkan ilmu bagi anak2.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu