Ada Apa Dengan Antologi?


Sebuah Antologi keren
Terpancing untuk hal yang positip boleh-boleh aja, kan? Begitu juga aku, setelah membaca status Hermini Yuliawati malam ini, aku yang gak punya ide bikin postingan untuk Tantangan Menulis 20 Hari dari Cikgu Ani Berta, Fun Blogging, jadi semangat untuk menulis nih.



Semula aku juga gak ngerti tuh arti sebenarnya dari kata antologi dalam dunia tulis menulis. Pokoknya asal ada Lomba Menulis, kapan aja, dimana aja...sedapat mungkin aku berpartisipasi. Ternyata secara sederhana aja deh arti antologi itu,  ceritanya,  kumpulan karangan atau kumpulan tulisan yang dibukukan.


Dari Wikipedia malah lebih keren lagi tuh artinya bukan cuma sekedar kumpulan tulisan tapi "kumpulan karya-karya sastra." Ini beberapa baris yang aku ambil dari Wikipedia, sbb.:



"Antologi secara harfiah diturunkan dari kata Bahasa Yunani yang berarti "karangan bunga" atau "kumpulan bunga" -- adalah sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio dan televisi juga tergolong antologi." (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Antologi)



Ini status Hermini yang aku comot dari Wall-nya di facebook, malam ini: 

"Gakpapa, ya Hermini, teman makanku di Light of Women, Bunda ambil status Hermini untuk mengisi postingan Bunda:, ya:

"Entahlah mind-setku tentang antologi yang dibuat dari suatu lomba sekarang berubah. Sepertinya lebih merugikan daripada menguntungkan. Apalagi kalau peserta diwajibkan untuk membayar. Kalau tidak namanya digantikan dengan yang lain. Apa sih yang dikejar? Sertifikat, jumlah buku? Atau predikat? Mari belajar cerdas sedikit.



Sumber: nyonyabuku.com
Terketuk hatiku untuk membuat postingan ini dari sudut pandangku yang masih sangat awam dalam menulis  Bagiku berpartisipasi dalam ajang Lomba Menulis untuk Antologi merupakan sebuah kesempatan untuk mengasah kemampuanku dalam menulis. Kita tidak akan tahu sebagus mana tulisan kita dalam memenuhi tema yang diberikan. Dan dalam lomba menulis untuk antologi ini ada Dewan Jurinya lho, sehingga penulis-penulis pemula akan bisa puas menerima penilaian kalaupun tidak jadi pemenang pertama, kedua, atau ketiga, tapi setidaknya, karya yang dikirimkan sudah masuk dalam kategori terpilih.



Peserta lomba tidak hanya 10, 20, atau 30 orang lho, tapi ratusan, bahkan sebuah lomba antologi dengan lebih dari 1000 peserta  --  nah, dari jumlah sebanyak ini tentu saja harus melalui seleksi, tidak semua karya akan dibukukan, tapi hanya yang menurut Penyelenggara/Dewan Juri layak untuk dibukukan dalam sebuah antologi. Dari berlatih menulis melalui lomba menulis untuk antologi ini, aku merasakan adanya peningkatan dalam kemampuanku menulis. Bagiku tidak ada lain yang dikejar selain dari melatih kemampuan menulis.



Adalah sebuah harapan yang masih merupakan sebuah asa yang tergantung tinggi dan harus di-grab melalui pelatihan menulis dengan segala "pernak-pernik" yang akan membuat sebuah tulisan berkarakter, yaitu menjadi seorang penulis yang "dibayar".



Kembali kepada lomba antologi, bagiku dan juga mungkin bagi banyak pemula merupakan sebuah wadah untuk mengasah kepiawaian dalam menulis. Hati akan puas karena tulisan kita yang diikutsertakan dalam lomba menulis untuk antologi berhasil masuk nominasi atau apalah namanya. Tanpanya kita tidak akan tahu sampai dimana 'keahlian' kita dalam menyusun kata. Semoga suatu saat aku juga akan bisa mendapat sebutan "Penulis yang berbayar." Entah kapan hal ini akan menjadi kenyataan, karena perjuangan untuk mengasah kemampuan menulis masih harus melalui jalan yang panjang. Insya Allah akan sampai juga ke sana. Aamiin.

Last but not least: Ayo, jangan bosan untuk menulis, tingkatkan kemampuan menulismu melalui ajang apa saja.

 Karena dengan menulis kau akan tahu siapa dirimu. 
(Mira Sahid, Founder KEB)

Komentar

  1. saya suka ikutan antologi, Bunda, tapi bukan yang mensyaratkan adanya bayaran. Sama halnya dengan Mbak Hermini. kalau bisa, malah yang dapat hadiah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari sekian banyak lomba antologi yang Bunda ikuti, hanya satu yang berbayar, yaitu yang diadakan oleh Mahasiswa di LN (hanya Rp. 10,000 via Bank BNI). Bunda ikutan dan....belum milik untuk menang. Bearti tema belum mengena. Baca tulisan Mbak Nenny Makmun Bunda sangat tersentuh, bagus, jalan ceritanya lembut dan ending yang mengharukan. Mbak Neny Makmun adalah salah satu dari tiga Juara pada lomba itu. Selain dari lomba Symphoni Balqis, lomba antologi yang nama Bunda kecantol, tidak berbayar.

      Hapus
  2. pagi bunda...
    dulu saya juga rajin ikutan antologi
    secara, belom ada ide buat bikin buku sendiri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seperti Bunda, ya. Bunda gak pernah kapok tuh ikutan Lomba Menulis untuk antologi, cuma sayang koq sekarang jarang ya. Kumpulan cerpen yang Bunda rencanakan untuk dibukukan hampir semuanya dari antologi -- dengan seizin penyelenggara Bunda akan bukukan menjadi karya solo, paling tidak yakin kalau karya kita pernah terpilih, hehe...

      Hapus
  3. saya senang ikutan bikin anotologi juga Bunda...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama seperti Bunda, walaupun sudah 2 x kecewa karena buku antologi tidak pernah sampai ke tangan kontributor. Namun bukan Bunda sendiri yang kecewa, tapi semua kontributor yang karyanya terpilih. Setelah buku jadi, tak ada satupun yang kita terima. Mirip, ya. Tapi Bunda gak kapok, tuh. Makasih kunjungan Santi ke blog Bunda.

      Hapus
  4. saya lebih suka ikutan proyek antologi yang tidak berbayar melainkan karena kualitas tulisan kita Bunda :) . Kok ada yang nerbitin buku pake bayar? kalau les menulis sih wajar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ningsih, seperti yang bunda bilang di atas, dari semua lomba antologi hanya 1 x yang berbayar, mungkin karena panityanya di LN, selain itu gratis. Untuk nerbitin buku itu setau bunda ada 2 cara : 1 Indie dan 2 Mayor. (1) itu yang berbayar karena naskah kita, kita sendiri yang menginginkan untuk diterbitkan, tanpa adanya selesi dan lain sebagainya. (2) Gratis penerbitan, tapi naskah kita harus melalui seleksi ketat, bersaing dengan Penulis yang sudah terkenal, memakan waktu lama untuk direalisasikan, bahkan tidak jarang yang ditolak. Begitu. Makasih kunjungan Ningsih ke blog bunda.

      Hapus
  5. Aku paling suka ikut antologi karena bareng-bareng dan seruuu bunda. Nulisnya tidak terasa hehehe... Semangat teruuua ya bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap lomba menulis untuk antologi selalu bunda usahakan untuk ikut dengan maksud yang serious untuk melatih menulis. Terima kasih untuk support semangatnya dan terima kasih juga sudah berkunjung.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu