Berbagi Rezeki
Source:turbosquit.com |
Pada hari Sabtu, tanggal 1 Agustus setelah mengikuti acara "Temu Kangen Unicef Staff Lintas Generasi" lanjut aku teruskan kunjungan keluarga ke Majalengka, dan beberapa wilayah pedesaan di sekitar Majalengka. Aku bermalam di rumah si Mbak yang bekerja membantu anakku di Green Bintaro Residence. Menurut beliau tempat tinggalnya sebuah desa yang berudara sejuk, airnya dingin sekali. Sawah-sawah masih memberikan hasil walaupun musim panas masih sering menyapa wilayah Majalengka, sama saja seperti di wilayah Tangerang Selatan. Dengan berdalih serba kebetulan -- kebetulan permata bontotku mempunyai waktu luang, kebetulan aku baru terima monthly allowance, hehe...jadi bisa hunting oleh-oleh, dan kebetulan ada sebuah mobil bagus yang bisa disewa. Adikku yang laki-laki kebetulan pula sedang libur. Rencana dadakan pun dilaksanakan berkat serba kebetulan dan tentunya atas izin Allah Swt...
Foto nyomot dari Grup Temu Kangen Unicef, Bogor, 010815 |
Apa sih yang dimaksud dengan Berbagi Rezeki? Eeiits, sabar dulu donk, ikuti aja deh ceritaku ini.
Kampung si Mbak yang sering diceritakan kepada kami sebagai sebuah desa, ternyata sama sekali tidak menampakkan ciri-ciri sebuah desa, tapi sudah merupakan sebuah perkotaan. Rumah si Mbak lebih luas dibandingkan dengan rumahku di Pamulang, walaupun bangunan masih kelihatan agak berbentuk tradisional, tapi luas dan sedap dipandang mata. Tanaman bunga bugenville dua warna di halaman depan rumahnya sedang berbunga. Cantik, tanpa daun. Memang bunga bugenville menyukai teriknya mentari..
Ketika malam tiba suasana yang sunyi mencekam, padahal baru pukul 19.00. Hening disekitar. Ruangan yang luas, mengundang keinginan untuk segera melompat ke atas karpet tebal yang telah digelar, di atasnya dihampar sehelai bed-cover. Si Mbak, aku dan puterinya berusia 12 tahun mulai kedinginan berlomba mencapai alas tebal yang menanti. Suasana menjadi riuh dan gema tawa memecah ruangan. Tak ada batasan Majikan dan si Mbak. Ternyata si Mbak punya koleksi selimut dengan warna-warni yang cantik. #kalahdehakuhehe... Dan menurutnya hampir setiap rumah memiliki lebih dari 3 lembar selimut serupa untuk menahan tubuh dari dinginnya malam. #surveykaliya.
Pagi harinya ketika udara masih dingin, kami berlomba berjalan cepat menuju sawah-sawah yang terhampar. Mulailah sesi narsis-ria dengan berbagai gaya, ada yang seolah hampir terjatuh di galangan sawah, dengan mimik setengah berteriak. Ada yang memanjat tanah terjal. Pokoknya, berpose abis-lah, agar tidak penasaran sepulangnya dari Majalengka.
Source: gambar-gambar.com (ft indah seperti ini ada dalam hapeku yang hilang, hiks). |
Source: palembang-tribunnews.com (gb.serupa ini pun ada di hapeku yg hilang. |
Berbagai tanaman aku foto, ada pohon bawang merah, pohon kacang panjang yang ber-deret dengan kacang panjangnya yang indah menjuntai. Aku bidik bersama Petani dengan topi caping. Foto-foto berhasil aku bidik dengan kamera SONNY andalanku. Hasilnya sangat bagus, apalagi fotoku yang berpura-pura hampir jatuh itu, sangat alami. #mujidirisendiri.
Dalam perjalanan pulang, kedua handphoneku aku letakkan di pangkuan, karena silih berganti aku pakai. Hape SONNY untuk membidik agak lemot, namun hasilnya okpu. Yang Nokia Asha bisa cepat 'dikendalikan' dan dengan mudah 'di-zoom. Karena itulah ketika ada pemandangan alam yang memesona, Gunung Cereme, tak ayal lagi aku ingin ber-narsis ria dengan background Gunung Cereme. #huuuhsibunda!
Pastilah itu tugas si Nokia Asha, hehe... Tanpa pikir panjang lagi, aku buka pintu mobil, aku turun dan mulai berpose. Ketika itu aku sangat yakin mendengar sesuatu yang jatuh ke tanah, tapi kenapa kepala ini tidak mau menunduk untuk melihat. Karena bunyi yang jatuh itu pastilah hape Sonny-ku yang android itu, yang memuat semua foto-foto narsis kami dan pemandangan pedesaan yang memukau. Semua sirna, semua lenyap. Gone with the wind.
Anehnya ketika aku sadar pada jarak yang cukup jauh dari lokasi bernarsis-ria bahwa hape Sonny-ku sudah tidak ada, aku begitu santai dan mengatakan: "Aduh, hape Mama gak ada, nih. Aduh pasti jatuh di lokasi yang tadi deh. Mama yakin banget jatuhnya di sana."
Seisi mobil hening, tanpa suara, padahal sebelumnya penuh canda dan tawa selama dalam perjalanan, apalagi adikku dan si bontot sangat "klop" kalau dalam soal "ngabobodor."*)
"Allah mengatur umatNya untuk berbagi rezeki dengan jalan ini. Siapapun yang menemukannya, pastilah dia sekarang sedang diliputi kegembiraan.
"Iya sih, memang Mama pastinya kecewa, tapi bukan karena kehilangan hape, tapi karena kehilangan apa yang ada di SIM Card dan Memory Card," tukasku #menghiburdiri? Berbagi Rezeki? Iya! Karena yakin hape itu sekarang sudah dilipet sama yang menemukan, hehe...
Tadi pagi aku sudah ke Gerai Telkom, melaporkan kehilangan handphoneku dan minta agar nomorku 081213563584 di-matikan, kemudian aku minta ganti kartu baru dengan nomor yang sama. Yeeeaay...aku tetap memiliki nomor semula, walaupun harus mengerjakan PR yang panjaaang. Ini seandainya aku sudah memiliki handphone baru, lho. Selama belum punya hape baru, ya tugasku hanya mengisi pulsa ke nomor ini, agar kartu tidak mati, hehe...
Service OK dari Gerai Telkom |
*) ngabobodor = melucu (dr.bahasa Sunda).
berbagi rezeki sepertinya wajib deh...kita kan lgi bahagia..sepantasnya kita jg membagi kebahagiaan itu dengan sesama..saudara, tetangga, dll...
BalasHapusMemang begitu, sayang. Tapi berbagi rezeki dalam postingan Bunda kali ini adalah dalam kehilangan benda yang sangat B unda sayang, Bunda diberi kesempatan oleh Allah untuk berbagi rezeki dengan, siapapun dia, yang kebetulan memungut hape Bunda, hehe... Makasih kunjungan Dwi Puspita ke blog Bunda.
Hapusbunda sumringah banget... kangen bunda..
BalasHapusIya, lsumringah seperti biasanya kalau ketemu orang yang sangat menyenangkan, dan semua yang bunda kenal menyenangkan, jadi sumringah datang begitu aja tanpa diundang, hehe... Sama kangen juga. Pengen liat Noofa sekarang udah gede pastinya, ya. Peluk cium buat Noofa, juga Mamanya Noofa.
Hapus