Keimanan Versus Ijab Qobul?
Sumber gb. www.klikponsel.com |
Menanti pergantian tahun 2015 ke 2016, yuk kita bicara sedikit tentang pentingnya keimanan yang akan membimbing kita ke jalan yang benar dan diridhoi Allah Swt. Aamiin.
Keimanan Versus Ijab Qobul? Itu yang aku pilih sebagai judul postingan ini. Kenapa? Lagi-lagi aku terinspirasi oleh sebuah tayangan Sinetron di sebuah televisi Swasta, tentang seorang pria, sebut saja Amri, seorang suami yang tidak lagi menghargai isterinya, aku sebut bernama Laila, ketika usia Laila merayap dengan pasti.
Laila masih kelihatan cantik. Tapi dasar Amri termasuk si laki-laki "buaya" jauh dari keimanan dan tidak menghargai ijab qobul yang diikrarkan di hadapan Penghulu. Sungguh miris sekali.
Kejadian seperti di tayangan Sinetron itu banyak sekali terjadi di dunia nyata, bukan hanya sekedar isapan jempol. Namun tidak sedikit juga laki-laki beriman yang mencintai istrinya sampai kakek-ninen.
Dalam cerita tersebut Amri berpaling kepada wanita yang jauh lebih muda dari Laila, bahkan sebaya dengan anak perempuannya, Ninies.
Ketika Amri sibuk dengan "mainannya" -- tak mau kalah, Laila pun sibuk dengan usahanya untuk mempercantik diri agar tetap disayang suami. Berbagai ramuan untuk meremajakan kulit dibelinya. Harga bukan menjadi masalah bagi Laila. Keinginan yang besar untuk mempertahankan suami dalam pernikahannya, menjadi tujuan tunggalnya.
Anak pun ia telantarkan, tak ada kesempatan untuk menghadiri undangan dari sekolah Ninies, di mana keberadaan seorang ibu sangatlah diperlukan. Namun Laila, tidak peduli pada kepentingan Ninies. Laila hanya fokus pada usaha bagaimana caranya agar ia bisa kelihatan muda dan cantik di mata suami. Apalagi setelah ia menemukan fakta Amri berselingkuh. Semakin gencar Laila merawat diri -- dibelinya baju-baju berselera muda, sementara suaminya selalu mengolok-oloknya tak berkesudahan.
Semua usaha Laila hanya membuat dirinya menerima caci maki yang lebih parah dari Amri. Hinaan demi hinaan dilontarkan Amri tanpa mempedulikan perasaan Laila.
Ketika Amri sibuk dengan "mainannya" -- tak mau kalah, Laila pun sibuk dengan usahanya untuk mempercantik diri agar tetap disayang suami. Berbagai ramuan untuk meremajakan kulit dibelinya. Harga bukan menjadi masalah bagi Laila. Keinginan yang besar untuk mempertahankan suami dalam pernikahannya, menjadi tujuan tunggalnya.
Anak pun ia telantarkan, tak ada kesempatan untuk menghadiri undangan dari sekolah Ninies, di mana keberadaan seorang ibu sangatlah diperlukan. Namun Laila, tidak peduli pada kepentingan Ninies. Laila hanya fokus pada usaha bagaimana caranya agar ia bisa kelihatan muda dan cantik di mata suami. Apalagi setelah ia menemukan fakta Amri berselingkuh. Semakin gencar Laila merawat diri -- dibelinya baju-baju berselera muda, sementara suaminya selalu mengolok-oloknya tak berkesudahan.
Semua usaha Laila hanya membuat dirinya menerima caci maki yang lebih parah dari Amri. Hinaan demi hinaan dilontarkan Amri tanpa mempedulikan perasaan Laila.
"Kamu tuh, ya, ngaca donk! Kamu udah tua. Mau diapain aja wajah dan kulitmu, tetap akan seperti itu. Sekali pun kamu pake baju seperti anak muda, tetap saja kamu tuh sudah tua!
denger gak, kamu? Udah tua! Kamu jangan mimpi deh!"
denger gak, kamu? Udah tua! Kamu jangan mimpi deh!"
Terlalu sakit hati Laila mendengarnya, sehingga tanpa sadar terlontar dari mulutnya kata-kata yang menyebabkan badannya menjadi gemuk dan tak berbentuk karena telah melahirkan seorang anak. Kebetulan kata-kata itu didengar oleh Ninies. Telinga Ninies tersentuh. hati pun pedih mendengar pembelaan Laila tentang perubahan bentuk tubuhnya. Hati Ninies bagai diiris dengan sembilu. Perih. Menyesali kenapa ia harus lahir ke dunia, kalau kelahirannya akan menimbullkan prahara antara ayah dan ibunya.
Namun setelah mengetahui duduk permasalahannya, Ninies pun menjadi berpihak kepada Laila dan bertambah besar kasihnya untuk Laia, ibu yang telah melahirkannya.
Bibit-bibit kebencian kepada ayahnya mulai merambati hati Ninies. Apalagi setelah ia tahu bahwa ayahnyalah yang menyebabkan ibunya berulah seperti itu -- mencoba mempertahankan kecantikan dan kebugarannya yang telah mulai dimakan usia dengan cara yang salah.
Namun setelah mengetahui duduk permasalahannya, Ninies pun menjadi berpihak kepada Laila dan bertambah besar kasihnya untuk Laia, ibu yang telah melahirkannya.
Bibit-bibit kebencian kepada ayahnya mulai merambati hati Ninies. Apalagi setelah ia tahu bahwa ayahnyalah yang menyebabkan ibunya berulah seperti itu -- mencoba mempertahankan kecantikan dan kebugarannya yang telah mulai dimakan usia dengan cara yang salah.
Bercermin kepada cerita dalam tayangan sinetron tersebut, ingin sekali aku mengutarakan tentang apa arti sebuah pernikahan dan bagaimana menjaga keutuhannya. Pernikahan bukanlah ajang coba-coba. Pernikahan merupakan penyatuan dua keluarga besar setelah sepasang kekasih menyadari akan dua hati yang bertaut tak terpisahkan.
Sebuah pernikahan memiliki tanggung jawab yang besar -- bukan sekedar perubahan status, baik bagi wanita maupun buat lelaki. Dan pernikahan harus dilandasi oleh kesadaran yang pekat dari kedua belah pihak, terutama di antara kedua insan Allah yang akan menjalaninya.
Matangkan diri dalam mengambil sebuah keputusan untuk menikah. Pernikahan harus berlandaskan cinta yang tulus, kasih yang tak mungkin terurai lagi. Menerima kekurangan masing-masing dan menghargai kelebihan yang dimiliki setiap individu yang akan melangkah ke pelaminan. Menyadari sepenuhnya perubahan fisik pasti akan dialami oleh setiap insan mulia yang diciptakan olehNya laki atau perempuan.
Hanya kemurnian dan kebersihan hati dalam memberikan dan menerima cinta yang tulus yang tak kan mudah berubah karena usia yang menjalar disekujur tubuh dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
Berkacalah pada pengalaman hidup kita -- perubahan akan terjadi -- sejak dilahirkan oleh seorang perempuan bernama Ibu, hingga dewasa dan mampu memutuskan untuk menikah. Sadarilah usia yang selalu akan beranjak tak terhentikan. Bayangkan sesadar-sadarnya baik wanita mau pun lelaki yang kita nikahi itu akan menjadi tua seperti Ibu bapak kita. Bahkan hilang keindahan fisiknya. Akankah hati kita tak kan berpaling dari isteri atau suami yang menjadi tua kelak?
Mungkinkah keimanan versus Ijab Qobul akan hadir dalam kehidupan kita? Insya Allah, dengan berbekalkan kesadaran, cinta yang tulus, dan menghayati makna pergeseran waktu yang akan terus berputar selama hayat dikandung badan, hal itu tak kan terjadi. Usia muda tak kan abadi. Pandai-pandailah mengemas tautan cinta yang menggebu ke dalam sebuah kubah berisi saling pengertian, asah, asih dan asuh.
Apabila Anda sudah merasakan tanda-tanda menuju ke arah ini, cepat, bergegaslah mengalihkan haluan, kembali kenanglah masa-masa manis dan indah semasa Anda menjadi pengagumnya. Anda yakin dialah pasangan yang tepat untuk Anda. Tak satu pun yang mampu menggantikannya di hati Anda. Dan tak seorang pun yang bisa menghalangi Anda memutuskan untuk menikah dengannya.
Bertanggung-jawablah dengan keputusan Anda, sayangilah pasangan Anda seperti Anda menyayangi diri Anda sendiri. Karena di hari tua kelak, ketika anak-anak sudah beranjak dewasa dan memiliki rumah-tangganya masing-masing, hanya Anda dan pasangan Anda yang akan menghabiskan sisa usia bersama diselimuti hangatnya cinta kasih dan cinta yang abadi.
Entah siapa dulu yang akan dipanggil untuk menghadapNya, sejatinya peliharalah kebersamaan dengan penuh kejujuran dan kasih sayang. Insya Allah, hidup Anda, siapa pun Anda akan mendapat keberkahan dari Allah Swt. Aamiin.
Semoga resolusi yang kita buat untuk tahun 2016 akan diridhoi oleh Allah. Kalau pun belum bisa kita mencapainya, tetaplah bersyukur. Itulah menurut Allah Swt yang terbaik untuk diri kita. Sesuatu yang akan menimbulkan semangat pacu diri untuk bekerja dan berdo'a lebih gigih lagi.
Sebuah pernikahan memiliki tanggung jawab yang besar -- bukan sekedar perubahan status, baik bagi wanita maupun buat lelaki. Dan pernikahan harus dilandasi oleh kesadaran yang pekat dari kedua belah pihak, terutama di antara kedua insan Allah yang akan menjalaninya.
Matangkan diri dalam mengambil sebuah keputusan untuk menikah. Pernikahan harus berlandaskan cinta yang tulus, kasih yang tak mungkin terurai lagi. Menerima kekurangan masing-masing dan menghargai kelebihan yang dimiliki setiap individu yang akan melangkah ke pelaminan. Menyadari sepenuhnya perubahan fisik pasti akan dialami oleh setiap insan mulia yang diciptakan olehNya laki atau perempuan.
Hanya kemurnian dan kebersihan hati dalam memberikan dan menerima cinta yang tulus yang tak kan mudah berubah karena usia yang menjalar disekujur tubuh dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
Sumber gb.www.vemale.com AN ENDLESS LOVE |
Mungkinkah keimanan versus Ijab Qobul akan hadir dalam kehidupan kita? Insya Allah, dengan berbekalkan kesadaran, cinta yang tulus, dan menghayati makna pergeseran waktu yang akan terus berputar selama hayat dikandung badan, hal itu tak kan terjadi. Usia muda tak kan abadi. Pandai-pandailah mengemas tautan cinta yang menggebu ke dalam sebuah kubah berisi saling pengertian, asah, asih dan asuh.
Apabila Anda sudah merasakan tanda-tanda menuju ke arah ini, cepat, bergegaslah mengalihkan haluan, kembali kenanglah masa-masa manis dan indah semasa Anda menjadi pengagumnya. Anda yakin dialah pasangan yang tepat untuk Anda. Tak satu pun yang mampu menggantikannya di hati Anda. Dan tak seorang pun yang bisa menghalangi Anda memutuskan untuk menikah dengannya.
Bertanggung-jawablah dengan keputusan Anda, sayangilah pasangan Anda seperti Anda menyayangi diri Anda sendiri. Karena di hari tua kelak, ketika anak-anak sudah beranjak dewasa dan memiliki rumah-tangganya masing-masing, hanya Anda dan pasangan Anda yang akan menghabiskan sisa usia bersama diselimuti hangatnya cinta kasih dan cinta yang abadi.
Entah siapa dulu yang akan dipanggil untuk menghadapNya, sejatinya peliharalah kebersamaan dengan penuh kejujuran dan kasih sayang. Insya Allah, hidup Anda, siapa pun Anda akan mendapat keberkahan dari Allah Swt. Aamiin.
Sumber gb.www.mutiarapublic.com |
Semoga resolusi yang kita buat untuk tahun 2016 akan diridhoi oleh Allah. Kalau pun belum bisa kita mencapainya, tetaplah bersyukur. Itulah menurut Allah Swt yang terbaik untuk diri kita. Sesuatu yang akan menimbulkan semangat pacu diri untuk bekerja dan berdo'a lebih gigih lagi.
SELAMAT TAHUN TAHUN BARU 1 JANUARI 2016.
SEMOGA INDONESIA SEMAKIN BERJAYA DENGAN SEGALA PERBAIKAN MENTAL
DI SEGALA BIDANG. AAMIIN, YA RABBAL'ALAAMIIN.
Sedih,,aku pun sama..mengalami hal ini namun perceraian yang saya tempuh
BalasHapus.Sakit itu pasti namun percaya waktu adalah sebaik2 obat.
Tapi kalau kita ikhlas menerima takdir dan cobaan insya allah semua akan lebih baik.
#numpang curcol bunsa hehe
Memang betul, kurnia amelia, segalanya itu bersumber pada sebuah rasa ikhlas. Bunda yakin, sekarang kurnia lebih bahagia dan tenang. Makasih kunjungan kurnia ke blog bunda.
HapusWaah, bahasannya berat. Usia pernikahan saya masih seusia jagung, jadi saya ikut nasihat bunda Yati saja deh. Makasih ya, bundaa....
BalasHapusHehe...gakpapa, untuk pembelajaran dan bahan renungan buat Yanet yang pasti bakal melangkah ke pernikahan, kan. Makasih kunjungan Yanet ke blog bunda.
HapusSama-sama bundaa... ^^
HapusSaya termasuk gagal dalam menjalani pernikahan Bun, tak ada yang ingin mengalami kegagalan jika bukan karena takdir. Tapi life must go on :)
BalasHapusSemoga pembaca blog Bunda dapat memetik pelajaran dari sini agar langgeng pernikahannya serta berkah, amin.
Ani, we are on the same boat actually after my 23 years of marriage. Mudah-mudahan bisa manfaat postingan bunda. Makasih kunjungan Ani ke blog bunda.
HapusWah bunda bahasannya berat nih. Tp saya memang setuju tentang perawatan ini. Harusnya semua istri merawat tubuhnya tanpa harus menunggu tua..jadi suami juga sebisa mungkin mengamati usaha istrinya.tp kalau memang dasarnya iman suami pas turun ya bisa aja sih tetep selingkuh:(
BalasHapusHehe...bisa aja, seberat apa? Tapi kalau ita memiliki Imam yang eimanannya mumpuni, alhamdulillah keluarga akan aman dan bahagia. Makasih kunjungan Dian Farida ke blog bundda.
Hapusselamat tahun baru bunda. Dari pengalaman bunda semoga menjadi pelajaran buat kami semua
BalasHapusSelamat tahu baru juga buat Lidya dan keluarga. Makasih kunjungan Lidya ke blog bunda.
HapusTerimakasih Bunda artikelnya, dan selamat tahun baru Bunda.
BalasHapusGara - gara artikel bunda nih, niat saya untuk melangsingkan tubuh semakin meningkat, makasih sekali lagi yaaaa
Selamat Tahun Baru juga buat Tian dan keluarga Masa sih gegara postingan bunda? Hati-hati, ya, jangan kebablasan melangsingkan tubuhnya, ntar malah terlalu kurus, kan, gak sekseeeh. Makasih kunjungan Tian ke blog bunda.
BalasHapusSelamat tahun baru, bunda. Semoga bisa terus sharing ilmu dan pengalaman hidupnya kayak postingan di atas :)
BalasHapusSelamat tahun baru yah Bunda.
BalasHapusPostingannya keren banget Bun. Noted nih pesannya.
Kita udh temanan di FB ya Bun ;)
Selamat tahun baru yah Bunda.
BalasHapusPostingannya keren banget Bun. Noted nih pesannya.
Kita udh temanan di FB ya Bun ;)
postingannya menarik Bunda, terima kasih sudah mengingatkan. salam
BalasHapusSelamat Tahun Baru bunda, membaca cerita yang bunda lihat di sinetron, sepertinya banyak juga terjadi di dunia nyata. Semoga kita semua terjaga keimanannya, apapun ujian yang diberikan oleh Allah ya,
BalasHapushalo bunda yati..perkenalkan aku rini bisa dibilang aku pembaca dan penggemar barumu nih..hehe
BalasHapussuka banget sama artikel-artikel bunda yang inspiratif
ditunggu artikel-artikel inspiratif lainnya nih..ak selalu baca postinganmu lhoo :)
Sejatinya pernikahan harus dilandasi dengan keiklasan, keiklasan terhadap pilihan kita akan menghapus kekurangan yang dirasakan dalam perjalanan hidupnya dibarengi dengan pertanggung jawaban kehadapan Tuhan kelak, cinta hanya sebatas bahan bakar dalam menjalankan roda kehidupan. Eeaaaa... bisa banget ya, saya..wkwwk
BalasHapusPertama kali baca postingan ini, waktu online di hp menjelang tidur. Kemudian, seketika terbawa perasaan. Makasih sharingnya, Bunda. Menginspirasi. Ijab qobul perlu dilandasi keimanan. Dalam sebaris kalimat ijab qobul yang tampak sederhana, ada janji dengan Allah. :)
BalasHapus