Seputar Hari Ibu
Aku tahu Hari Ibu sudah
berlalu hampir satu bulan, namun tak ada salahnya untuk share
kegembiraan di sini. Aku akan bercerita tentang sebuah surprise yang
diberikan oleh putri bungsuku.
Saat itu kami, aku, putriku dan suaminya sudah siap-siap untuk berangkat ke kantor Imigrasi. Mobil sudah menanti sejak pagi. Bukan mobil sendiri, karena to drive her own car amatlah tidak memungkinkan di saat-saat waktu menunjukkan pukul 09.00. Bisa dipastikan kendaraan yang padat merayap tidak bisa dihindari lagi. Kelelahan menjadi supir mobil pribadi dan mencegah emosi yang mungkin saja meluap, kami lebih memilih menyewa taksi langganan saja.
Kenapa koq untuk mencegah emosi, ya? Karena biasalah jiwa muda anakku masih melekat erat. Kalau berkendaraan pasti maunya ngebut. Di antara kemacetan yang sudah menjadi pemandangan mata yang tak mengherankan lagi, tentulah akan membuat ketidak-sabaran putriku. Jadi cari aman aja deh, lebih baik naik taksi langganan. Dengan begitu anakku akan duduk tenang sambil memasang headset mendengarkan musik kesukaannya. Atau dia bisa membaca buku dalam perjalanan.
Sebelum aku melangkah menuju mobil, putriku memanggilku. Tangannya menyorongkan sesuatu ke arahku.
"Ini buat mama, Selamat Hari Ibu, ya, Ma. Maaf telat ngasihnya." katanya sambil memelukku erat.
"Ma, it's a belated gift for you, gakpapa, ya?" sambungnya
Sebuah surprise di pagi hari pada minggu terakhir bulan Desember 2015. Tentu saja aku sangat mengerti kesibukannya dengan aktivitas packing yang harus ia kerjakan. Putriku akan meninggalkanku untuk waktu yang lama. Kewajiban seorang istri harus mengikuti kemana pun suami dikirim untuk bertugas. Aku tidak boleh bersedih, karena ini untuk kebaikan mereka di masa depan.
A belated gift aku terima dari anakku yang bungsu. Sebuah bingkisan kado dalam kotak kecil dengan wrapping yang manis diberi pita berwarna merah. Warna kesukaanku.
"Buka sekarang, Ma," pintanya.
Perlahan aku tarik tautan pita merah itu dan aku buka bungkus kado yang direkat dengan apiknya.
Lebih mengejutkan lagi ketika aku lihat isinya. Kotak kecil itu berisi perhiasan sebuah kalung emas dengan liontin mungil yang menyertainya. Alhamdulillah. Sebuah kejutan di pagi hari yang cerah dan indah.
Putriku mengambil perhiasan itu dan memakaikannya di leherku. Ahaa...aku bercermin dan melihat wajahku sendiri. Aku mematut-matut diri, sehingga anakku dan suaminya tersenyum senang. Sungguh kelihatan berbeda tampilanku hanya karena seuntai kalung bermata jernih itu menghias leherku.
"Terima kasih, ya, sayang," ucapku sambil kembali memeluknya. Juga aku peluk suaminya dengan rasa gembira. Semoga keberkahan rezeki akan selalu Allah limpahkan kepada mereka. Aamiin.
Ini adalah kali yang kedua aku menerima hadiah berupa barang pada Hari Ibu. Yang pertama kali aku lupa tahun berapa -- anak perempuanku yang kedua memberi aku sebuah kejutan. Sebuah alat pemanggang yang lumayan besarnya, terbuat dari stainless steel setinggi kira-kira delapan puluh sentimeter. Pemberian kado itu juga dalam rangka peringatan hari yang sama.
Saat itu kami, aku, putriku dan suaminya sudah siap-siap untuk berangkat ke kantor Imigrasi. Mobil sudah menanti sejak pagi. Bukan mobil sendiri, karena to drive her own car amatlah tidak memungkinkan di saat-saat waktu menunjukkan pukul 09.00. Bisa dipastikan kendaraan yang padat merayap tidak bisa dihindari lagi. Kelelahan menjadi supir mobil pribadi dan mencegah emosi yang mungkin saja meluap, kami lebih memilih menyewa taksi langganan saja.
Kenapa koq untuk mencegah emosi, ya? Karena biasalah jiwa muda anakku masih melekat erat. Kalau berkendaraan pasti maunya ngebut. Di antara kemacetan yang sudah menjadi pemandangan mata yang tak mengherankan lagi, tentulah akan membuat ketidak-sabaran putriku. Jadi cari aman aja deh, lebih baik naik taksi langganan. Dengan begitu anakku akan duduk tenang sambil memasang headset mendengarkan musik kesukaannya. Atau dia bisa membaca buku dalam perjalanan.
Sebelum aku melangkah menuju mobil, putriku memanggilku. Tangannya menyorongkan sesuatu ke arahku.
"Ini buat mama, Selamat Hari Ibu, ya, Ma. Maaf telat ngasihnya." katanya sambil memelukku erat.
"Ma, it's a belated gift for you, gakpapa, ya?" sambungnya
Sebuah surprise di pagi hari pada minggu terakhir bulan Desember 2015. Tentu saja aku sangat mengerti kesibukannya dengan aktivitas packing yang harus ia kerjakan. Putriku akan meninggalkanku untuk waktu yang lama. Kewajiban seorang istri harus mengikuti kemana pun suami dikirim untuk bertugas. Aku tidak boleh bersedih, karena ini untuk kebaikan mereka di masa depan.
A belated gift aku terima dari anakku yang bungsu. Sebuah bingkisan kado dalam kotak kecil dengan wrapping yang manis diberi pita berwarna merah. Warna kesukaanku.
"Buka sekarang, Ma," pintanya.
Perlahan aku tarik tautan pita merah itu dan aku buka bungkus kado yang direkat dengan apiknya.
Putriku mengambil perhiasan itu dan memakaikannya di leherku. Ahaa...aku bercermin dan melihat wajahku sendiri. Aku mematut-matut diri, sehingga anakku dan suaminya tersenyum senang. Sungguh kelihatan berbeda tampilanku hanya karena seuntai kalung bermata jernih itu menghias leherku.
"Terima kasih, ya, sayang," ucapku sambil kembali memeluknya. Juga aku peluk suaminya dengan rasa gembira. Semoga keberkahan rezeki akan selalu Allah limpahkan kepada mereka. Aamiin.
Ini adalah kali yang kedua aku menerima hadiah berupa barang pada Hari Ibu. Yang pertama kali aku lupa tahun berapa -- anak perempuanku yang kedua memberi aku sebuah kejutan. Sebuah alat pemanggang yang lumayan besarnya, terbuat dari stainless steel setinggi kira-kira delapan puluh sentimeter. Pemberian kado itu juga dalam rangka peringatan hari yang sama.
Tentunya tak masalah aku menulisnya untuk meramaikan cerita yang aku muat sebagai postingan di blog ini, sekali pun hal itu sudah lama. Namun kenangan kebahagiaan tak kan pernah lekang dari ingatanku. Anakku yang sudah beberapa tahun bekerja dan menghasilkan sudah mencoba hidup mandiri. Jadi ketika dia datang dengan sebuah kejutan tentu saja ini menjadikannya sebagai sesuatu banget.
Anak perempuanku ada tiga orang. Putriku yang tertua, yang sudah berkeluarga dan tinggal berjauhan tak pernah lupa menelponku, hampir setiap hari, walau just to say hello. Melalui WA ia mengucapkan "Selamat Hari Ibu, ya, Ma." Hati ini sudah merasa sejuk sekali.
Pada tahun-tahun sebelumnya hanya peluk dan kecup sayang dari anak-anakku yang aku terima. Aku tak pernah mengharapkan lebih, berupa pemberian materi. Rangkulan dan cium sayang lebih membahagiakan. Itu sudah cukup. Yang penting anak-anakku masih mengingat ada seorang perempuan yang disebut Ibu yang pernah melahirkan mereka untuk menghirup udara segar milikNya.
Semoga mereka selalu berada dalam lindunganNya dan Allah menjaga mereka siang dan malam. Aamiin, Ya, Robbal'aalamiin.
Pada tahun-tahun sebelumnya hanya peluk dan kecup sayang dari anak-anakku yang aku terima. Aku tak pernah mengharapkan lebih, berupa pemberian materi. Rangkulan dan cium sayang lebih membahagiakan. Itu sudah cukup. Yang penting anak-anakku masih mengingat ada seorang perempuan yang disebut Ibu yang pernah melahirkan mereka untuk menghirup udara segar milikNya.
Semoga mereka selalu berada dalam lindunganNya dan Allah menjaga mereka siang dan malam. Aamiin, Ya, Robbal'aalamiin.
pasti bahagia sekali ya rasanya.
BalasHapusSaya aja, yang cuma dapat surat dari dua krucil umur 6 dan 5 tahun pas hari ibu itu, senengnya bukan main
Eh, salam kenal ya bu...
Salam kenal balik dari bunda di Pamulang. Iya, betul sekali rasanya bahagia tak terkira. Makasih kunjungan ckk ke blog bunda.
HapusWah, pasti senang sekali ya Bunda dapet perhatian dan kado istimewa. Semoga selalu sehat dan terus berbagi ya Bunda ^_^
BalasHapusAllhamdulillah, Bunda dapat kado istimewa yaa :). Bunda tetap kece dan sehat terus yaa Bunda :)
BalasHapusWujud birrul walidaiyn seorang anak kepada orangtua.
BalasHapusSeorang ibu tak mengharap apa-apa kepada buah hatinya
Asal putra-putrinya bisa hidup sehat, tenang, dan bahagia sudah cukup bagi orangtua.
Salam hangat dari Jombang
Ah.. Bahagianya bunda
BalasHapusAh.. Bahagianya bunda
BalasHapusSenangnya ya Bunda memiliki anak yg sangat perhatian sama ortunya..
BalasHapusTerharu sekali bunda bacanya. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu buat bunda dan seluruh keluarga. Jadi kangen Ibu saya di Surabaya.
BalasHapusIkut berbahagia bun...semoga bunda selalu sehat dan.berbahagia...
BalasHapussemoga bunda selalu dalam lindungan Allah ya, sehat2 ya, bun. <3
BalasHapusBahagiaanyaaa dapat kaling ya, Bund. Perhatian bangeet. . . ;)
BalasHapus