Yang Hilang Tak Kan Kembali
Sumber gbr.life.viva.co.id |
Aku pacu dan aku pancing gairahku untuk mencatat nomor handphone teman-temanku, baik Fesbuker, Blogger, teman lama dan kerabat serta kenalan-kenalan. Lagi-lagi aku tak berhasil mengalahkan rasa malasku. Aku pun enggan untuk meng-upload foto-foto dari kamera hape ke flashdisk, seperti yang biasa aku lakukan. Ada apa ini! Biasanya kalau sudah begini, aku tutup laptop, aku matikan handphone dan Samsung Galaxi Tab-ku.
Aku mengambil udara segar ke luar ruangan. Pandanganku berputar ke sekeliling teras. Mata ini bertumpu pada pot-pot kesayangan yang memuat tanaman Sansevieria, Anthurium, Sirih Wangi dan beberapa tanaman lain? Ya, ampuuun, kenapa di pot-pot besar itu ada kotoran-kotoran kucing? Hatiku berdetak, kesal bercampur pasrah. Tentu saja harus pasrah karena akhirnya aku sendiri yang harus membersihkannya. Tak ada orang yang aku harapkan akan membantuku.
Hari ini, Rabu, pastinya Bapak yang membantuku membersihkan rumah tidak akan datang. Kenapa? Karena baru kemaren, hari Selasa, 12 Januari dia datang. Berarti sepenuhnya hari ini aku yang harus menggulung lengan baju, turun bergelut dengan pupuk, media tanam dan bebatuan yang baru aku beli. Yang penting pot-pot-ku harus kelihatan bersih, manis dan rapih.
Bebatuan seperti ini yang aku beli (Sumber gbr.berkah-taman.com) |
Bebatuan? Iya, siapa tahu dengan akalku menaburkan bebatuan warna putih merata di atas tanah pada tiap pot, kucing enggan mengeluarkan kotorannya di sana. tapi namanya juga kucing. Pastilah dia punya akal menyingkirkan batu-batu, mengorek tanah sebelum buang hajat. Arrrgghh... Begitu aja tuh, tanpa ditutup lagi dengan tanah. Huuuh...
Bersih itu mahal. Memang betul sekali. Untuk memberi kenyamanan mata memandang pot-pot itu diperlukan biaya. Itu adalah salah satu passion-ku, jadi aku ikhas mengeluarkan uang dari kocekku seberapa pun selagi aku mampu.
Tapiii...semasa aku masih berumur belasan tahun aku pernah punya kucing kesayangan, namanya Tita, tapi Tita bisa dan mudah diajarkan untuk buang kotorannya di kloset jongkok. Aneh tapi nyata. Tita tidak pernah berkeliaran buang hajat di mana-mana. Tak pernah ada tetangga yang complain tentang kucingku.
Sebenarnya semua binatang bisa diajarkan untuk disiplin. Dengan penuh rasa sayang, sabar dan perhatian, binatang peliharaan, apa pun itu, bisa diberi contoh berdisiplin diri, tidak buang kotoran di sembarang tempat. Slow but sure binatang peliharaan akan menuruti aturan kita di rumah. Percaya deh!
Oops, balik lagi ke pot-pot yang telah aku beri bebatuan yang menambah semarak teras rumahku. Puas rasanya melihat pot-potku tertata dengan rapih. Sayangnya aku tidak membidiknya dengan kamera ponselku, Nokia Asha, yang selama ini setia menemaniku setelah Androidku hilang, hehe... #hilaangmulu.
Paling tidak hasilnya bisalah untuk menambah manis postingan ini. Tapi aku terlalu terburu-buru menyelesaikan pekerjaanku karena petir dan halilintar saling menyambar sebelum hujan deras mengguyur bumi. Aku harus segera sudah berada di rumah si Bungsu.
Disamping mengejar waktu Magrib, juga agar rintik-rintik kecil gerimis tidak berubah menjadi hujan deras yang akan membuat aku tidak terhindar dari basah kuyupnya air hujan. Aku harus menjaga stamina untuk tidak terlalu memforsir diri bekerja, because I know my limit.
Kembali kepada judul postinganku Yang Hilang Tak Kan Kembali:
Hari Kamis, 14 Januari aku harus menghadiri sebuah undangan makan siang bersama yang lebih tenar dengan istilah maksiber di sebuah Restoran di salah satu Bangunan World Trade Center di Jalan Jenderal Sudirman. Ketika asyik ber-ha-ha-hi-hi sesama konco lawas yang sudah lama gak ketemu, tiba-tiba dikejutkan oleh berita bom meledak di Gedung Sarinah, tepatnya yang menjadi sasaran Starbuck. Seperti yang kita semua ketahui telah terjadi baku tembak antara aparat polisi dan para perusuh.
Karena kejadian ini banyak teman yang tidak bisa datang karena beberapa arus jalan diblokir, sehingga mereka tak mungkin sampai di tempat acara pada waktunya. Diputuskan untuk segera bubar dan makanan yang sudah diorder terpaksa kami take-away untuk berlima (karena yang hadir baru lima orang). Coba, apa enaknya makan-makan, tanpa kehadiran orang yang mengundang dan tanpa teman yang lain. Makan tak kan merasa tenang, kan?
Dengan menumpang mobil salah seorang teman aku ikut bersamanya dan turun di seberang Ratu Plaza, kemudian berganti naik taksi Express. Kebiasaanku yang buruk (mungkin) selalu meletakkan handphone di pangkuanku. Saat membayar ongkos taksi tanpa sadar ketika itulah Nokia Asha-ku terjatuh. Aku baru sadar setelah berada di dalam rumah.
Adalah kepanikanku memikirkan tentang anakku yang masih berada di dalam gedung perkantoran, sehingga aku lupa sama sekali mencatat nomor pintu taksi Express atau pun melihat identitas pengemudi. Hal ini karena aku terlalu panik dengan berbagai berita yang aku dengar melalui radio yang terpasang di taksi Express. Aku ingat ketika itu aku masih berhubungan via telpon genggam dengan anakku. Berarti pasti di dalam taksi aku masih bersama si Nokia Asha yang mungil.
Salut kepada taksi Express Call Center yang melayani pengaduanku. Mencatat data-data di mana aku naik, jam berapa, tujuan ke mana dan mencatat nomor hape yang hilang itu. Jam 22.00 seseorang menghubungi si Mbak, karena aku menghubungi Call Center Express pinjam hape si Mbak. Taksi sudah bisa dilacak. Nomor taksi dan nama driver serta nomor telepon genggamnya pun diberikan kepadaku via si Mbak untuk lebih meyakinkan lagi tentang usaha Taksi Express Call Center melacak taksi yang tidak aku catat nomornya.
Aku hubungi nomor tersebut, ternyata memang benar suara itu adalah suara driver yang membawaku dari Jenderal Sudirman menuju Green Bintaro Residence. Namun, menurutnya tidak ada barang yang tertinggal di dalam taksinya. Keterangan yang aku dapat ketika taksi keluar dari komplek perumahan setelah men-drop aku, ada sewa yang naik. Ya, mau gimana lagi, beneran deh Yang Hilang Tak Kan Kembali.
Padahal sebelum menelpon Call Center aku coba menghubungi nomor hape milikku, masih terdengar dering nada panggil. Tapi beberapa menit kemudian sudah tidak terdengar apa-apa selain, nomor yang anda hubungi berada di luar jangkauan. Aku ikhlas untuk kesekian kalinya kehilangan telepon genggam, huhuhuuu...Lho! Ikhlas koq nangis? #lebay
Seringkali aku mengalami hal di mana aku mengingkari kata hati -- hal yang tak diinginkan terjadi -- dan tidak menceritakan apa yang aku rasakan tentang suatu hal yang akan terjadi pada seseorang -- maka hal buruk menimpa orang yang ada dalam pikiranku. Aku jadi selalu waspada setelah beberapa kejadian menjadi nyata, mungkin secara kebetulan saja. Percayakan semua kepada Allah Yangmaha Kuasa. Segala hal tidak akan bisa terjadi tanpa kehendakNya. Aamiin.
Aku mengambil hikmahnya dari peristiwa ini, yaitu aku harus mampu mengalahkan kemalasan dan sejatinya aku harus mendengarkan kata hati ketika timbul keinginan untuk mengerjakan sesuatu, dalam hal ini mencatat semua contact phones menari-nari dalam kepala.
Kalau sdg mood dan gak ngantu aku cepat2 buka lpatop..nulis.. Kalo gide gak cepat dituangkan dlm tulisan kadangkala idenya menguap.. Pas lain waktu mau nulis ttg ide tadi dah gak mood lagi.. Memang sebaiknya begitu dtg ide langsung ditulis..
BalasHapusMemang begitu juga advice dari para Penulis kondang. Begitu ide muncul, tulis di mana aja, di kertas, di hape or di buku catatan. Kalo gak bisa terbang dan sudah ditangkap, hehe... Makasih kunjungan rita asmaraningisih ke blog bunda.
HapusBener banget mba yanti.
HapusItu judulnya keren banget, insiparatif banget :D
Kalau saya mood nulisnya ilang langsung baca apa saja bund... Koran, majalah, berita di portal online, apa saja...
BalasHapusKalau masih ga muncul nonton film atau jalan jalan hahahha...
Kalau ga bisa juga... Paksa. Duduk depan laptop buka M.Word. Tulis judul apa aja...
Nunung ikut sedih hapenya bund hilang... Kejadian yg sama beberapa bulan lalu... Mau ikhlas tapi nyesek heheh
Wah, banyak banget solusi yang Nunung ciptakan untuk memunculkan mood untuk menuis. Saluut. Hehe...tapi buka leppy trus nulis judul? Boeh dicoba nih, siapa tau dengan menulis judul segala inspirasi muncul barengan, hehe... Makasih kunjungan Nunung ke blog bunda.
HapusYups salut banget kak Yanti ^^
Hapusiya bun kadang penyakit ngak mood itu harus dilawan, apalagi udah bikin resolusi kan biun. Semoga yang hilang diganti dengan yang lebih baik ya bun.
BalasHapusMakasih do'a meutia rahmah untuk bunda. Yuk, kita sama-sama melawan penyakit gak mood itu. Aamiin, semoga do'a meutia dijabah Allah dan bunda dapat ganti hape baru. Makasih juga untuk kunjungan meutia ke blog bunda.
HapusSemangat ya bundaku sayaaaang... kehilangan InsyaAllah pertanda sedang disiapkan yg lebih baik.. aamiin... love you..
BalasHapusAamiin, mudah-mudahan Allah memang menyiapkan sesuatu untuk bundamu ini. Makasih untuk do'a semangatnya. Begitu juga buat NurukKu. Makasih kunjungan NurulKu ke blog bunda.
HapusAmin :D
Hapusberusaha setiap hari menulis
BalasHapusIya, bunda juga mau berusaha rajin setiap hari menulis. Makasih kunjungan Tira Soekardi ke blog buunda.
HapusBlog bunda simple tapi tulisannya penu makna :D
Hapusiy bunda, yang tak akan kembali.. meski berharap beribu-ribu kali pun tak membuatnya ada...
BalasHapusHihii...iya, makanya bunda udah ikhlas koq atas kehilangan itu. Makasih ya kunjungan helni ke blog bunda.
HapusKalau saya, kadang-kadang kalau pas cape ya harus rehat dulu, baru deh fikiran agak fresh, jadi bisa menulis lagi.
BalasHapussaya salut sama bunda bener, makanya saya seperti diingatkan, untuk rtajin nulis
Mudah-mudahan bunda akan rajin menulis. Makasih kunjungan Yanti ke blog bunda.
HapusAku juga punya kebiasaan naruh hp di pangkuan, bunda. Bukan hanya hp, bahkan dompet. Trus, pernah dompet jatuh, untungnya, ada org yg baik sekali mengembalikan saat itu juga. Peringatan buatku, bunda :)
BalasHapusToast dulu deh kita, hehe... Iya, nih, anak-anak jadi kapok kalleee beliin mamanya hape, abis ilang mulu. Udah 5 jumlahnya lho dalam kurun waktu 3 tahun. Wajar kalo anak-anak pada bosen beliin. Makanya nih sekarang lagi nabung mau beli sendiri. Bisa gak, ya? Makasih kunjungan Ria Rochma ke blog bunda.
Hapussemangat
BalasHapusIya yang hilang tak kan kembali
BalasHapusTapi yang tercatat di memori
Hanya sebentar sembunyi
Dan akan teringat lagi...
Salam puisi... :)
Hehe...bunda pengen deh bisa berpuisi. Sudah ikhlas koq emang yang hilang tak kan kembali. Makasih kunjungan Anisayu Nasutik ke blog bunda.
HapusMengalahkan diri sendiri memang sulit. Sampai ada yang bilang, musuh terbesar adalah diri sendiri. Penyakit moody-ku juga sering muncul. Kalau sudah begitu, cari kerjaan lain.
BalasHapusSemoga segera dapat ganti yang lebih baik, ya, Bunda. :)
Terima kasih do'a Afifah Mazaya. Betul sekali, tapi selagi ada iman di dada pasti kita bisa mengalahkannya. Aamiin. Terima kasih juga kunjungan Afifah ke blog bunda.
HapusBundaaa apa kabar?
BalasHapusSehat2 kan ya?
semoga segera diganti dengan yang jauuuh lebih baik ya bunda :)
BalasHapus