ASI Eksklusif untuk Anak-anakku.

Terinspirasi oleh tulisan Dannise Sihombing dalam postingannya berjudul :ASI, Kunci Sukses Anak Bangsa, tertanggal (?), aku jadi ingin menuliskan ceritaku tentang pemberian ASI untuk anak-anakku. Dalam tulisan Dennise, ketika ia mengikuti Seminar Pekan ASI Sedunia 2016 dengan tema: BREASTFEEDING, A Key to Sustainable Development. (Silakan baca tulisan Dennise secara lengkap di blognya). Alhamdulillah aku bisa bernapas lega. Lho? Kenapa? Ini ceritanya:

Sebagai seorang wanita karir yang memulai karirtahun 1967 di sebuah Badan Organisasi Internasional (Non-Commercial Company), aku beruntung karena ketika aku hamil mempunyai jatah cuti hamil 16 (enambelas) minggu, berarti aku bisa cuti selama 4 (empat) bulan. Apa akal, untuk menyiasati agar aku bisa lebih lama tinggal di rumah menyusui anak (anakku) dengan  ASI eksklusif? Cuti! Yups, cuti adalah jalan satu-satunya yang harus aku tempuh.


Organisasi tempat aku bekerja memberikan entitlement of leave untuk para pegawainya 2.5 hari/per bulan, dengan catatan dalam maximum jumlah cuti 60 hari dalam setahun secara akumulasi yang bisa mengendap dalam record -- lebih dari 60 hari, maka akan hangus,  sedangkan jumlah cutiku saat itu --  ketika aku melahirkan -- kelebihan cuti yang bisa aku gunakan lebih dari 30 hari. O-ya, perhitungan cuti adalah dalam hitungan "hari kerja", berarti aku bisa mengajukan cuti lebih dari satu bulan (1 bulan = 22 hari kerja). Maka aku ajukanlah "maternity leave + entitlement of leave = 5 bulan -- berhasil! Tinggallah aku bersama my baby untuk memberikan ASI selama yang aku bisa, pastilah hanya selama 5 (lima) bulan saja, hiks... 

Aku tidak mampu memberikan ASI eksklusif seperti yang aku tahu memberikan ASI paling minimum pada 6 (enam) bulan pertama usia bayi. Sedangkan aku, hanya 5 bulan. Tapi, alhamdulillah, anak-anakku yang lahir,  kesemuanya hanya mencicipi ASI eksklusif sampai usia 5 bulan saja semua sehat-sehat. Pertumbuhan mereka tetap terjaga melalui pemberian nutrisi yang cukup dan pilihan susu bubuk yang berkualitas super. Aku sekali-sekali memberi mereka buah nenas, setelah sebelumnya aku rendam dengan air garam (sebentar saja, kemudian dicuci bersih), agar tidak meninggalkan gatal-gatal di tenggorokannya. Buah nenas sangat baik diberikan kepada balita, bahkan ketika usianya bertambah. Anak-anakku sehat semua dengan mata berbinar ceria, hehe... alhamdulillah.


Foto pake hape jadul jaman baheula, hehe.. makan buah nenas bareng (dokpri)

Hingga mereka berusia dewasa, memiliki anak-anak (cucu-cucuku) hanya seorang anakku yang tidak suka minum susu (fresh milk) hehe... Yang lain, apa saja makanan atau minuman yang mengandung susu, mereka menyukainya

So, bagi ibu-ibu yang memiliki bayi, memberikan ASI eksklusif sebaik mungkin minimal sampai 6 bulan, dan maksimal 2 (dua) tahun. 

Terimakasih kepada Dennise Sihombing yang memberikan inspirasi buatku menulis postingan ini. Dan benar  ide itu bisa datang dari mana saja. Ya, seperti kata Pakde Abdul Cholik: "Ide pating sliwer." Betul sekali, memang ide itu bersliweran, tinggal kepiawaian kita untuk menangkapnya dan menorehkannya ide jadi sebuah postingan. Yeeaayy...ayo, sering-seringlah Blog-Walking, siapa tahu ada ide yang nyantel di pikiran dan jadilah kita meng-update blogyang hampir lumutan. Sedikit demi sedikit membersihkan blog yang sudah lama terbengkalai.

Selamat ngeblog, sedulur Blogger!


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu