Sulitkah Mempelajari Al Qur'an>

ODOP JULI 2017, hari ke-14 (hari terakhir untuk periode ini). Tema: Tips Menguatkan dan Menerapkan dengan penuh makna saat membaca kita suci Al Qur'an.

Ketika aku pertama kali mengikuti lomba menulis antologi, tema yang diberikan adalah menyangkut Masjid, 
Surau dan Mushola. Aku bingung apa yang harus aku tulis. Tahun 2012 ketika aku mengikutinya, ilmu menulisku belum ada apa-apanya, apalagi menyangkut soal agamaku. Sekarang juga sih masih seperti itu. Tapi aku terus belajar, belajar dan belajar. Ilmu agamaku belumlah seujung kuku. Tapi aku tetap bercerita demi mengikuti lomba menulis tersebut dan alhasil aku masuk dalam jajaran 30 orang Pemenang di antara 623 Peserta. Bangganya. Ternyata aku bisa menulis juga.

Sumber: muslim.or.id
Dalam naskah antara lain aku menulis tentang siapa aku dan mulai kapan aku belajar membaca Al Qur'an. Aku menuliskannya secara terus terang -- serius, mendalami Al'Qur'an baru mulai tahun 2005...sssttt jangan komentar ya.belajar kepada seorang Ustadzah selama satu tahun. Alhamdulillah, aku berhasil mendapat julukan dari Ustadzah sebagai satu-satunya murid di usia senja yang mampu  dengan cepat membaca huruf-huruf yang terukir di dalam Al Qur'an. #Banggalagi

Bukan berarti aku tidak mendapat didikan agama dari orangtuaku. Aku dibesarkan pada jaman perang atau pasca perang, jadi mana ada Madrasah, hehe... Aku cuma belajar dari nenekku secara lisan saja ketika menjelang waktu tidur. Jadi pastilah belum mengenal huruf arab dan hanya hafal surat-surat pendek saja, itupun belum seberapa banyak. Puluhan tahun setelah itu aku terjebak lagi dalam kesibukan mencari nafkah untuk keluargaku dan tidak bijak menyisihkan waktu untuk bergabung dengan kelompok pengajian. Hal ini tidak terjadi dengan anak-anakku. Aku tak mau mereka menjadi seperti aku. Sibuk bekerja terus. Alhamdulillah, mereka semua pintar mengaji dan In Sha Allah akan mampu  menjadi Ibu-ibu yang solehah .di kelak kemudian hari. Aamiin.

Lanjuuut...

Ternyata setelah aku melibatkan diri sebagai anggota Majelis Taklim barulah aku menyadari arti pujian Ustadzah tersebut., rupanya bukan aku saja yang membacanya masih terbata-bata. Ibu-ibu yang lain juga, padahal mereka jauh lebih lama bergabung dengan Majelis Taklim. Semula aku malu untuk bergabung karena menurutku pastilah mereka sudah lancar dan canggih membaca dengan disertai tajwidnya. Kenyataannya sama juga denganku. Memang ada beberapa orang yang sudah mahir membaca dengan baik. Mengetahui hal ini, aku bertambah semangat belajar

Setelah itu aku selalu mengusahakan menciptakan tip-tip untuk diriku sendiri agar aku tetap mampu menambah kecintaanku kepada Al' Qur'an. Aku seringkali membaca dengan melihat artinya lebih dahulu yang penuh makna. Terkadang dalam membacanya, sulit menyiimak maksudnya. Tapi tak mengapa, bagiku yang terpenting adalah mengambil kesimpulan dari arti yang tersurat.

Aku tetap rajin membaca terjemahannya di awal aku membuka kitab suci itu. Berulang-ulang dalam satu ayat aku baca dan aku hanya bisa menarik garis besarnya saja -- subhaanallah -- semua yang aku baca dari terjemahan Al Qur'an sebenar-benarnyalah  sebuah pedoman kehidupan untuk Umat Muslim. Apa yang kita perlukan dan harus kita gali maknanya ada di dalamnya. Tentang segala hal pasti akan kita temukan di dalam Al' Qur'an. Mari kita pelajari artinya, bagi mereka, termasuk aku, yang belum memahaminya.

Setelah aku puas membaca terjemahannya untuk beberapa ayat, barulah aku membaca Al Qur'an dengan perlahan sambil mendengarkan lafal yang benar dari  Androidku untuk surat-surat yang bersangkutan. Kemudahan di jaman ini -- walaupun tanpa seseorang yang membimbing cara kita membaca Al Qur'an, namun dengan kesiapan kita menyediakan waktu khusus dan keseriusan yang mengiringinya, In Sha Allah apa yang sedang kita baca, walau tidk sepenuhnya kita mengerti, akan mendatangkan pahala buat kita. Aamiin  Dengan kemauan yang keras tidak akan ada lagi pertanyaan --  Sulitkah Mempelajari Al Qur'an?

Last but not least: di bulan-bulan terakhir ini aku rajin sekali menjalankan solat witir sebelum tidur. Sebelumnya aku sering melupakannya. Ada yang membuat aku rajin dan enggan meninggalkannya karena aku membaca sebuah cerita tentang seseorang yang meninggal dunia, menyebarkan harum mulai ia dimakamkan hingga kuburnya selesai ditutup. Semerbak harum itu masih saja ada, bukan dari taburan bunga-bunga di atas kuburnya, tapi seperti bersatu dengan udara.  Alkisah, ternyata semasa hidupnya jenazah itu tidak pernah lupa menjalankan solat witir, kemudian ia teruskan dengan membaca Surat Al Mulk. Ada kemukjizatan ketika kedua hal itu dilakukan. Sungguh Alllah MahaPencipta segalanya.

Kematian, tidak seorang pun yang tahu kapan dan di mana kita akan dipanggilNya. Bukan pula berarti yang tua akan dipanggil terlebih dahulu. Allah tidak akan memilih usia umat yang akan dipanggilNya, semua sudah ada garis ketentuan dari Allah Swt. Selagi kita mampu berusaha menjalankan yang terbaik bagi diri kita dan melaksanakan serta menguatkan untuk menerapkannya serta mewariskannya kepada anak cucu kita, In Sha Allah selagi kita hidup akan semakin kita mencintai Al Qur'an. Aamiin

Komentar

  1. Amiin ya Bun..

    Tak ada yang sulit,asalkan mau belajar kan Bun. jadi teringat orang tuaku juga, mereka bisa mengaji di usia senja, alhamdulillah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Nchie, ada niat yang kuat semuanya pasti oke. Hehe...bunda jadi gak minder deh kalo ada temennya, mah.

      Hapus
  2. Selama ada keinginan pasti Alloh mudahkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, syuhada, keinginan itu tidak boleh menghilang dari hati kita. Terima kasih kunjungan syuha

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu