THR Itu Masih Aku Rindukan

Hari ke-2 ODOP JULI-2017 (13 -- 26 Juli 2017)


Alhamdulillah, aku masih bisa berpartisipasi di ODOP Challenge ini, walaupun aku hanya memulainya di hari kedua, mudah-mudahan tidak tersendat sampai challenge berakhir tanggal 26 Juli 2017.

Sumber gbr: kaskus.co.id

Berbicara mengenai THR (Tunjangan Hari Raya) yang biasanya diterima oleh karyawan atau pekerja, baik pekerja kantoran ataupun mereka yang bekerja di rumahan. Maksud yang terakhir ini adalah mereka yang biasa disebut ART (Asisten Rumah Tangga). Lalu bagaimana dengan diriku yang tidak termasuk dalam kategori mana pun, hehe... Mana ada seorang pensiunan menerima THR. Tapi pengecualian buatku. Aku menerima THR setiap menjelang Hari Raya -- dari anak-anakku. Terus terang di usia sepertiku ini, THR itu masih aku rindukan, hehe...


Jumlah yang mengejutkan aku terima dari ketiga anakku. Jangan tanya jumlahnya, ya? Rahasia tuh, qiqiqiii... Yang penting semua kebutuhan untuk Lebaran terpenuhi lebih dari cukup. Yang paling istimewa si Bontotku memberikan keleluasaan dengan memberi sejumlah uang baru (bukan emisi baru, tapi uang pecahan sejumlah satujuta rupiah khusus untuk anak-anak yang berlebaran ke rumahku atau di manapun aku ketemu dengan anak-anak yang berlebaran.)

Sebuah kejutan juga untukku, karena tahun-tahun sebelumnya tak pernah hal ini terjadi. Biasanya aku memberikan angpau lebaran dari jatah uang bulananku saja. Tapi diluar dugaan masih juga aku menerima THR dari anak-anakku. Kalau biasanya mereka memberikan satu bulan meal allowance, maka ketika Hari Raya, jumlah itu akan menjadi dua kali lipat. Yeeaayyy...senangnya aku menerima THR juga. Ops, tunggu dulu, itu uang untuk peganganku di Hari Raya. "Hati-hati, jangan diabisin, ya, Ma, lebaran masih satu minggu lagi, lho!" Mereka memperingatkan.


"Untuk ketupat lebaran dan lauk-pauknya -- sambel goreng ati sapi, plus, gak ketinggalan, Si Pete yang bikin sambel goreng ati kentang tambah yahud aja citarasanya -- Mama gak usah pusing dan gak perlu berlelah-lelah. Kita order aja seperti biasa. Tapi kue nastar dan kaastengels ala Mama harus ada, lho. Nanti kita-kita nih yang bantuin," begitu imbuh mereka. "Budget sudah disediakan Pokoknya Mama jangan mikiran pengeluaran, ya!?"  Wah, tahun ini bertambah asyik aku merayakan Hari Raya Idul Fitri. Terima kasih, Ya, Allah, ternyata kehidupan mereka Kau beri keberkahan yang luar biasa karena kepedulian mereka padaku. Aamiin, Ya, Robbal 'aalamiin...

"Bereslah soal itu. Gak dibantuin juga Mama masih kuat koq untuk adonan 4 kg. mentega dengan dua macam kue," tukasku dengan percaya diri. Bangga juga sih, menurut mereka kue nastar dan kastengelsku nomor wahid kelezatannya -- putuslah yang lain -- hehehe...itu kata anak-anakku. Abis, siapa lagi yang mau memuji kue buatan Sang Mama kalo bukan anak-anaknya. Iya toh?

Sensasi yang sangat menyenangkan mengembang dalam hati, ketika aku membagikan uang lebaran untuk anak-anak. kegembiraan tersirat dari sorot mata mereka -- masing-masing menerima 10 lembar uang duaribuanbaru dengan seri nomor berurutan. Untuk yang lebih besar aku berikan amplop berisi uang lembaran duapuluhribu, masing-masing 2 lembar. Tak lupa aku menyisihkan untuk beberapa orang yang sering membantu aku menyeterika pakaian dan membantuku ketika banyak tamu-tamu berdatangan -- tenaga mereka aku perlukan untuk mencuci piring dan merapikan rumah.

Tanpa terasa di hari ketiga Lebaran, uang baru yang aku sediakan pun tandas. Menyesalkan aku? No, not at all, malahan aku bahagia karena bisa berbagi di hari yang fitri ini. Berkat  anakku. Tanpanya, mana mungkun aku bisa membagikan angpau lebaran layaknya seorang yang berkelebihan uang, hehe....

Ada mu'jizat dibalik ketulusanku berbagi. Ternyata selama 3 hari pertama lebaran keponakan-keponakanku yang datang tak lupa menyisipkan salam tempel. Dan ketika aku hitung-hitung...jumlahnya sekian kali lipat dari uang yang aku bagiikan kepada anak-anak, saudara dan handai taulan. Sebuah keikhlasan yang terbayar tanpa diharapkan. Seberkas ukiran dalam hati dan jiwa pun tertata dengan manisnya: Teruslah berbagi dengan ikhlas selagi kau bisa  dengan atau tanpa sebuah asa yang menggantung "THR Itu Masih Aku Rindukan." 

Last but not last: 
Tanpa THR masih banyak yang bisa dilakukan, apa pun selama keikhlasan menyertainya. Aamiin.










Komentar

  1. Saya juga ga termasuk orang yang dapat THR bun. Tapi tetep bagi2 angpau buat keponakan dan saudara. Dan semakin banyak berbagi, semakin banyak pula yang kasih salam tempel buat Alfi. Jadi ga ada yang namanya rugi kalau mau berbagi ya bun :).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Tarry KittyHolic. Itu mukjizat dari Allah, kan. Btw Tarry gak bingung ya buka blog bunda? Bunda sendiri masih bingung karena sok-sok-an ganti template tapi gak nge-save dulu yang lama, hiks... Makasih kunjungan Tarry ke Blog bunda.

      Hapus
  2. Amiiin ya Buun.

    Bundaaa, jadi mana THR buat akuuh,mau juga 10 lembar dua ribuan baru *eeh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe...yaaah, kayaknya tebalik deh tuh, kudu na mah bunda dapat amplop salam tempel dari Nchi....#kabuuurwesibundamah. Makasih Nchi udah mampir.

      Hapus
  3. wah bunda masih merindukan THR, tapi memang suka ya dpt THR walau sdkt tp berasal dari org yang menyayangi kita rasanay itu sesuatu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heemmm, suka banget bunda sama THR, hehe...sukak juga berbagi, serasa, gimaanaa...gitu ketika melihat binarnya mata anak-anak yang kita kasih angpau. Mungkin begitu juga binar mata bunda ketika menerima THR dari anak-anak dan para keponakan, hehe...

      Hapus
  4. Ih ada ODOP dimana tuh :) THR ....rindu rasanya dapat THR dah lama banget ga pernah lagi dikasih THR xixiixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. ODOP itu dari Teh Ani Berta lho di Indonesia Sosial Blogpreuner, ayo ikutan, baru hari ke-4, hari ini. Bunda juga lama banget gak pernah terima THR, barulah ketika anak-anak sudah jadi semua, berhasil dan lumayan mapan, bunda terima THR ini. Bersyukua bunda pada Illahi Robbi, anak-anak tidak pernah melupakan ortu mereka dalam situasi apa pun. Aamiin.

      Hapus
  5. insyaallah, rizki sudah ada yang menjamin ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Farida, kadang datang dari sumber yang tak kita duga. Aamiin. Terima kasih sudah mampir ke blog bunda.

      Hapus
  6. Minal Aidin Wal fa Idzin Bunda. Maafkan lahir batin ya. Walopun sudah telat. Sebagai ibu, kita memang erbiasa memegang uang ya, maksudnya dikasih gaji suami setiap bulan plus penghasilan sendiri yang jadi milik kita. Tapi menerima THR itu sesuatu ya Bunda. Aku karena anak-anak masih kuliah jadi mengharap THR nya ya dari suami juga, yang aku minta dipisahin sama uang persiapan Lebaran dari suami juga. hehehe...Senangnya dikasih THR ya.
    Rmadhan dan Lebaran memang saatnya berbagi, untuk saudara, orang tua, anak, ponakan, dan orang-orang sekitar yang berjasa dalam keseharian kita. Sehat terus ya Bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, novie, minal aidin wal fa idzin juga dari bunda, ya. Ketika kita aktif sebagai karyawan soal THR tidak diragukan datangnya, tapi ketika kita, utamanya, bunda. THR itu bukan sesuatu yang wajib ditunggu, tapi memang THR bikin rindu, hehe... Makasih novie sudah mampir ke blog bunda.

      Hapus
  7. Bunda seneng banget ya anak-anak sudah bisa bantu meringankan beban pengeluaran di hari raya. Kapan-kapan boleh dong nastarnya dibawa kalau ada gathering ISB. Pasti pada mau nyicipin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, mereka juga men-support bunda kalau ada acara-acara blogger, cuma bundanya aja yang akhir-akhir ini pilah pilih kalau soal acara. Kalo yang berisi pelatihan barulah bunda ikutan, kasihan sama anak-anak, karena ongkos Uber or taxi kan lumayan mahal. Belum nemu temen blogger yang bisa diajak bareng, hehe... Makasih kunjungan Dama Vara ke blog bunda. Okedeh, In Shaa Allah akan bunda ingat, tapi keknya gak mungkin deh bunda bikin kue Lebaran dadakan, hahaha...#ngeles.

      Hapus
  8. Setiap orang pasti merindukan THR, termasuk saya juga hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk, abid abdullah, kita tos dulu, hehe...Makasih kunjungan abid ke blog bunda.

      Hapus
  9. Anak-anak yang berbakti, tentu tak lepas dari peran Bunda sebelumnya, ya. Pribadi mereka yang baik juga pasti atas perjuangan Bunda selama ini. Selamat ya, Bunda. Semoga selalu bahagia :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu