1 Keuntungan dari Mengajar adalah Belajar
Sudah beberapa hari ini di grup blogger selalu menyinggung tentang dibukanya sebuah Kampung Inggris di wilayah Tangerang Selatan. Katanya belajar bahasa Inggris gak usah jauh-jauh sampe ke Kediri (Pare), atau di tempat lain yang jauh dari kota kediaman kita. Cukup di wilayah Tangerang Selatan saja, tepatnya di Konservasi Rimbun.
Hari itu, Sabtu, 11 November aku jadi penasaran ingin sekali mengunjungi tempat yang akhir-akhir ini menjadi topik di salah satu Grup online. Itu yang pertama kali aku baca. Yang kedua kalinya aku mendengar sendiri ketika si Ibu penjaga makam anakku mengatakan:
"Bunda, gak jalan-jalan ke desa Rimbun, belanja sayuran langsung dari kebun?"
"Desa Rimbun? Di mana tu, Bu?"
"Dekat dari sini, tuuuuh...ikutin aja jalan kampung nanti sampe juga ke jalan raya -- belok kanan -- kira-kira 200 meter ketemu deh Desa Rimbun. Ada planknya koq, " ujarnya.
Hehe...biasalah, kalau penduduk asli bilang dekat, berarti bukan benar-benar dekat untuk kita jelang, tapi menurut mereka dekat dalam pikirannya, kelles. Aku tantang Ojecker berani gak dia menyusuri jalan kampung untuk menemukan Desa Rimbun. Tantanganku diterima. Jadilah aku naik ojek dan motor itu meliuk-liuk menyusuri jalan-jalan turun-naik tak beraspal atau ber-corn-block. Ternyata ketika sampai di jalan raya, motor menggelinding dengan kecepatan lumayan sambil menengok ke kiri dan ke kanan mencari plank Desa Rimbun.
Aha...sudah terlewati nyatanya. Puter baliklah ojek!. Aku tenang di atas kendaraan beroda dua itu. Ketemu juga plank DESA RIMBUN, langsung terlihat banner selamat datang yang terpampang di sana.
Memasuki area Desa Rimbun memang dari kejauhan sangat indah pemandangannya dengan jalan menurun, meliuk dan melingkar dengan tanaman menghijau disepanjang jalan yang lebih besar dari jalan setapak. Sebidang tanah dengan tanaman sayuran kol yang amat subur siap untuk menarik pembeli. Karena sayuran dijual langsung di lapangan kepada pendatang yang berminat.
Hari itu, Sabtu, 11 November aku jadi penasaran ingin sekali mengunjungi tempat yang akhir-akhir ini menjadi topik di salah satu Grup online. Itu yang pertama kali aku baca. Yang kedua kalinya aku mendengar sendiri ketika si Ibu penjaga makam anakku mengatakan:
"Bunda, gak jalan-jalan ke desa Rimbun, belanja sayuran langsung dari kebun?"
"Desa Rimbun? Di mana tu, Bu?"
"Dekat dari sini, tuuuuh...ikutin aja jalan kampung nanti sampe juga ke jalan raya -- belok kanan -- kira-kira 200 meter ketemu deh Desa Rimbun. Ada planknya koq, " ujarnya.
Hehe...biasalah, kalau penduduk asli bilang dekat, berarti bukan benar-benar dekat untuk kita jelang, tapi menurut mereka dekat dalam pikirannya, kelles. Aku tantang Ojecker berani gak dia menyusuri jalan kampung untuk menemukan Desa Rimbun. Tantanganku diterima. Jadilah aku naik ojek dan motor itu meliuk-liuk menyusuri jalan-jalan turun-naik tak beraspal atau ber-corn-block. Ternyata ketika sampai di jalan raya, motor menggelinding dengan kecepatan lumayan sambil menengok ke kiri dan ke kanan mencari plank Desa Rimbun.
Dokpri |
Aha...sudah terlewati nyatanya. Puter baliklah ojek!. Aku tenang di atas kendaraan beroda dua itu. Ketemu juga plank DESA RIMBUN, langsung terlihat banner selamat datang yang terpampang di sana.
Memasuki area Desa Rimbun memang dari kejauhan sangat indah pemandangannya dengan jalan menurun, meliuk dan melingkar dengan tanaman menghijau disepanjang jalan yang lebih besar dari jalan setapak. Sebidang tanah dengan tanaman sayuran kol yang amat subur siap untuk menarik pembeli. Karena sayuran dijual langsung di lapangan kepada pendatang yang berminat.
Sumber gambar: megapolitan.kompas.com |
Ceritanya aku ingin belajar membuat video. Kesempatan di sini mengabadikan pemandangan itu dengan merekamnya di video hape Lenovoku. Beberapa pemandangan berhasil aku rekam, termasuk keramaian pendatang yang mengunjungi tempat itu. Banyak anak-anak yang berkemah di sana. Tapi, hiks, hiks...jepretan videoku tak satu pun yang berhasil. Jadi cuma banner dan foto selfieku ketika akan pulang yang bisa menjadi tapakku di sana, hehe...
Sudah sejauh ini postinganku, jadi apa maksud judulnya "1 Keunttungan dari Mengajar adalah Belajar." Begini:
Di tempat ini kebetulan aku bertemu dengan Pemilik yang mengelola konservasi ini, Pak Gusri. Kami sempat ngobrol mengenai maksud kedatanganku ingin menanyakan tentang Kursus bahasa Inggris. Beliau cepat menjelaskan: "Oo, pelajaran yang diberikan bukan untuk orang dewasa, tapi untuk SD dan SMP, Bu..." -- Pak Gusri menjelaskan. Maka dengan cepat aku balik menerangkan maksud kedatanganku sebenarnya ingin menjadi Volunteer, tapi mengingat dan melihat lokasi yang sangat jauh dari tempat tinggalku dan belum ada kendaraan umum yang memiliki trayek ke lokasi itu, terpaksa aku batalkan.
Pak Gusri begitu antusias mengetahui keinginanku untuk mengajar secara sukarela. Menurut beliau saat ini sudah ada tenaga guru 5 orang, Peserta 51 orang. Diantaranya tenaga volunteer yang sudah terdaaftar ada yang datang dari Luar Negeri antara lain dari New Zealand, namun tenaga expatriates ini hanya datang mengajar 2 x dalam rentang waktu setiap 3 bulan. Beliau menambahkan masih akan dibuka Konservasi serupa di dekat wilayah tempat tinggalku, yaitu di Reni Jaya. Beliau amat gembira apabila niat beliau terlaksana, aku masih bersedia menjadi Volunteer.
Semula aku ingin sekali meninjau English Village itu, yang letaknya bukan di tempat aku bertemu dengan Pak Gusri, tetapi letaknya di ketinggian bukit yang menurutku aku tidak akan sanggup menanjakinya, hiks, hiks... Jadi ya, cukup berbincang dengan Pak Gusri di Perkebunan asrinya, tempat siapa pun bisa berekreasi di sana bersama keluarga -- bisa berkemah, ada kantin, dan asyiknya sambil melihat tanam-tanaman yang subur dan bisa kita beli langsung untuk oleh-oleh.
Karena aku tidak sanggup naik ke bukit yang lebih tinggi tempat lokasu English Village, maka aku comot sebuah foto dari radarbanten.co.id ketika Ibu Airin meresmikannya pada tanggal 5 November yang lalu.
Sumber: radarbanten.co.id (No.2 dari kiri berbaju hitam, Pak Gusri) |
Naaah, disinilah letak kaitan yang berhubungan dengan judul tulisanku: "1 keuntungan dari mengajar adalah belajar." -- aku suka sekali mengajar karena dengan mengajar kita pastilah akan belajar untuk mempersiapkan materi yang akan kita berikan. Betul, kan? Aku rasa tak seorang pun guru yang mengajar tanpa belajar dulu apa yang akan diberikan kepada siswa/siswinya. Katakanlah sebuah konsep. Dengan mengajar, semangat untuk belajar akan semakin terpacu dan menggebu. Seiring dengan itu, kepandaian kita pun akan bertambah. Dengan berbagi kita akan lebih 'kaya ilmu' Itu menurutku.
Dengan kemampuan bahasa Inggrisku yang sangat terbatas, aku memang suka sekali berbagi melalui bantuan skill-ku seadanya kepada yang membutuhkan. Kenapa aku suka menjadi volunteer dan tidak menjadikannya sebagai sebuah mata pencaharian? Tentu saja tidak, karena aku hanya ingin membantu dan berbagi sedikit pengetahuan yang aku punya. Terkadang mereka yang pintar berbahasa Inggris acapkali pengucapannya kurang sempurna. Bukan berarti aku seorang yang sempurna, setidaknya aku melakukan yang terbaik yang bisa aku laksanakan dengan mempelajari bahasa Inggris ini, termasuk pronunciation dan expressionnya, and our body language when we're talking in English, we have to pay attention very carefully to our intonation too.
Semoga tulisan ini manfaat buat para reader yang mampir. In Shaa Allah.
setuju bunda.... dengan mengajar, kita jadi terus belajar dan ilmu pun semakin terasah dan tajam. Salut deh sama semangat bunda yang masih membara. semoga selalu sehat ya bunda... :) tampilan blog nya baru nih bunda... :)
BalasHapusSanti Dewi, udah lama juga tampilan baru ini. Trus gara-gara jemari bunda yang iseng klak-klik kayak yang pinter aja ngutak-atik blog, hilanglah gadger follower bunda yang udah lumayan banyak itu. (yang ada icon foto-fotonya). Iya, terbukti lho, bunda gak ngajar di Fun Blogging jadilah rasa males buka buku juga rada-rada ogah, hehe... Alhamdulillah, terima kasih do'a Santi.
HapusNah, keren Bunda. Saya setiap hari mengajar, dan setiap hari juga belajar. Apalagi saat saya menjadi wali kelas. Banyak hal baru yang bisa saya pelajari.
BalasHapusTerimakasih, sharingnya Bunda..
Betul, kan? Coba deh kalo kita gak ngajar apa kita akan punya semangat yang menggebu untuk belajar? Gak, pastinya...#nunjukdirisendirinih. Alhamdulillah kalau sharing bunda manfaat. Selamat mengajar dan belajar. Terima ksih sudah bertandang ke bog bunda.
Hapus1 kata buat bunda. Kerrrreeenn
BalasHapus1 kata juga buat Inda Chakim, "Semangat!" Terima kasih kunjungan Inda ke blog bunda.
HapusWah bun baru tahu ada camp english macam kampung Pare di Tangerang jadi ga perlu jauh2 yah sayangnya cuman buat SD_SMP doang yah. btw bunda keren banget masih mau mengajukan volunteer sehat2 ya bunda
BalasHapusKampung Rimbun sebetulnya lebih cocok didebut English Language Center ketimbang Kampung Inggris, karena memang tempat belajar bahasa Inggris untuk SD SMP, mungkin 2 atau 3 tahun kedepan bisa disebut Kampung Inggris kalau anak-anak dan para pendatang mempraktekkan bahasa Inggris. In Shaa Allah. Iya, heerva yulyanti, ternyata jarak rumah ke tempat Kampung Rimbun. Gak jadilah bunda mendaftar volunteer di situ. Terima kasih kunjungan herva ke blog bunda.
HapusDengan berbagi, sungguh itu membuat sehat, Bunda, sehat jiwa juga sehat badan. Saya mendukung, Bunda. Siiippp. Semoga hidup akan semakin berkah. Aamiin...
BalasHapusBetul sekali, Mas Azzet, dengan berbagi rasanya dada ini lega bukan main, bahagia rasanya. In Sha Allah semoga masih mampu untuk berbagi ilmu yang sangat sedikit ini. Aamiin.
HapusBunda Yati sangat inspiratif. Sehat terus ya Bunda.
BalasHapusTerima kasih, turiscntik, andai tulisan bunda termasuk yang inspiratif. Terima kasih juga untuk kunjungan turiscantik ke blog bunda.
Hapusbetul bun, Memasuki area Desa Rimbun memang dari kejauhan sangat indah pemandangannya dengan jalan menurun, meliuk dan melingkar dengan tanaman menghijau disepanjang jalan yang lebih besar dari jalan setapak.
BalasHapuskeuntungan myor