Aku Menyukainya Walau Tak Menguasainya


ODOP PEB18
Hari ke-4 (8 Pebruari 2018)

Kalau ada yang bertanya sejak kapan aku menyukainya, pastilah jawabanku cuma tiga kata saja: "Udah lama banget!" Kapan itu? Ya, sejak kamu, kamu dan kamu belum lahir, hehe...kalau kamu mau tanya tahunnya, ya ketika itu masuk kelas satu SMP, di SMP XI, Jalan Bumi, Majestik, Kebayoran Baru tahun 1953. Nah, yang ini aku tidak bisa berbohong "Aku Menyukainya Walau Tak Menguasainya." Bayangin deh berapa waktu lamanya telah berlalu. Aku tetap menyukainya. Aku berusaha untuk bisa menguasainya tapi aku belum berhasil. Swear!

Sumber Gbr dari: Tribunnews.com

Jangan katakan aku tidak mencoba, ya.  Dengan gigih aku mencobanya, bahkan hingga saat ini  semangatku tetap membara. Tunggu! Untuk menghilangkan penasaran kalian, langsung saja deh aku katakan terus terang -- aku akan menceritakan tentang seseorang yang sudah membuat aku iri, mabuk dan entah perasaan apa lagi. Ini bukan persoalan aku sedang jatuh hati (ketika itu tahun 1953)   tapi tentang seseorang yang benar-benar sudah mengikat mataku untuk tetap memandangnya ketika dia tengah melakukan tugas mulianya.

Siapa gerangan yang akan aku ceritakan ini? Yuups, dia adalah Guru Kelas yang menjadi guru favoritku karena mata pelajaran yang ia berikan sangat menancap dalam hati. Ia memiliki nama manis seperti orangnya yang cantik jelita, berambut panjang hingga menjangkau betisnya. Kalau dia berjalan dengan sigap sambil membawa tas dan buku-buku di tangannya, amboooi...rambut yang dijalin itu seolah bergoyang di puggungnya seakan ingin mengikat semua mata untuk memandanginya.

Namanya? Cucu Suhaeran, iya, Ibu Guru Cucu Suhaeran -- pernah aku searching di online nama tersebut, tapi tidak kutemukan. Kemungkinan nama itu memang nama aslinya -- tapi Bu Guru Cantik ini tidak aktif di dunia online, karena beberapa kali aku searching, namanya tak pernah muncul. Ataukah barangkali cuma aku saja yang keranjingan dunia maya di usiaku yang sudah  mendekati waktu Isha (mulai ngonline tahun 2009) hehe.. Ibu Guru faoritku berkulit putih bersih, tinggi semampai, mungkin sekitar 170 Cm.  . Mata pelajaran yang ia berikan: Bahasa Inggris.

Naaah, ini yang melekat hingga usiaku renta seperti sekarang. Bahasa Inggris tetap aku Menyukainya Walau Tak Menguasainya. Kenapa? Karena aku sangat kurang membaca dan sekarang sudah tidak lagi sempat berbagi ilmu seperti sediakala. Maksudnya berbagi ilmu secara sukarela dengan jalan memberikan pelajaran bahasa Inggris untu) anak-anak SD/SMP/SMA (yang membutuhkan), terutama yang fatherless di wilayah kediamanku. Bukankah "mengajar itu juga belajar menambah ilmu?" 

Tulisan tentang berbagi ilmu walaupun aku tidak memiliki titel Sarjana namun berani mengajar bahasa Inggris aku ikutsertakan dalam sebuah lomba menulis #BeraniLebih yang diselenggarakan oleh Yayasan Light of Women memenangkan hadiah utama. Alhamdulillah.

Aku bersama Pendiri Yayasan Light of Women, Mbak Mala Siregar (dokpri)
Namun semua itu terhenti dengan ketidak-tetapan aku bermukim di satu tempat saja. Kini aku harus berbagi waktu di tiga lokasi rumah setiap minggunya, di rumahku sendiri, di rumah anakku yang ketiga, dan di rumah anakku yang bontot. Aku menjalaninya dengan penuh ikhlas dan menikmati saja  indahnya perputaran hidupku. Apalagi di hari tua ini aku masih bisa merasakan keberuntungan yang hakiki -- aku masih dibutuhkan. Alhamdulillah.
Back to the subject: -- Aku menyukainya walau tak menguasainya -- awal mulanya aku terbius oleh kepiawaian Ibu Guru yang mengajarkan bahasa Inggris dengan cara yang menawan. Suaranya yang lantang, merdu, pengucapan kata demi kata yang inday menyentuh telinga, wibawanya ketika mengajar. Sekalipun ia duduk begitu santai di bangku guru dan menuliskan setiap kata yang ditanyakan oleh teman-temanku dengan gaya yang santai (cuek, gitu) tetap memiliki daya pukau bagi murid-muridnya

Gaya menerangkannya tanpa berdiri, cuma membelakangi kelas dan menorehkan di papan-tulis jawaban pertanyaan dengan jelas dan tuntas -- dengan kapur tulis -- (bukan dengan board marker Snowman seperti zaman now, hehe...) Siapa yang hampir secara rutin menghapus papan-tulisnya? Aku! Karena aku duduk di bangku paling depan jadi kesempatan dengan secepat kilat berdiri dan melangkah membersihkan papan-tulis. #mengambilhatibugurukah

Para murid harus menyimak setiap pertanyaan yang diajukan oleh teman mereka -- karena tanpa diduga Sang Guru Favoritku ini akan menanyakan tentang hal-hal yang dipertanyakan dan telah ia jawab dengan keterangan yang jelas.  Bisa ditebak donk ketika ia mengajukan pertanyaan, siapa yang pertama mengacungkan tangan? Aku! Bukan sombong lho -- tapi karena aku selalu menyimak dengan baik.

Ketika Guru Favorit ini mengajar, aku selalu memperhatikan intonasinya, pengucapan tiap kata dalam kalimat begitu menarik. Banyak yang mengatakan buat apa belajar intonasi, kan itu bukan "bahasa-ibu kita". So what? Bagiku keinginan untuk bisa mengucapkan setiap kata sesempurna Ibu Guru Favoritku sudah mendarah daging. Namun lidah ini sudah terlalu sering makan rendang Padang yang super duper pedas  (barangkali), jadi sulit mengadakan penyesuaian. Aarrrghh...

Sekalipun begitu tetap aku terapkan kepada murid-muridku gaya bicara dan pengucapan kalimat dengan benar dan meyakinkan. Aku katakan kepada mereka "pengucapan bahasa Inggris itu harus  flirting (bergaya sedikit genit) tidak datar saja. Gak percaya? Coba aja Anda mengutarakan sesuatu di depan cermin. Perhatikan gaya Anda ketika berbicara -- katakan: "Hi, how are you?" Genit, kan? Laugh out loud -- hahaha...

Walaupun tidak menguasainya, aku tetap suka dan selalu percaya diri bila sedang menggunakan bahasa tersebut, baik dengan sesama teman, apalagi bila aku berhadapan dengan expatriates di kantorku (dulu). Bahkan bahasa ini juga yang menyebabkan karirku bisa, katakanlah, mampu melejit sampai aku dikirim ke Luar Negeri. Bukan karena aku hebat, tapi disebabkan kepercayaan diriku yang kuat. Percaya diri sangat diperlukan dalam mengemban tugas mewakili perusahaan tempat di mana aku bekerja. 

Sesama Sekretaris saling berbagi ilmu (dokpri)
Aku bersama rekan kerja di Hanoi (dokpri)

Hingga sekarang hal ini berdampak sangat positif pada kehidupanku. Aku tidak pernah menarik diri a.k.a. -- minder -- bila bertemu dengan kenalan baru, si Pemilik Bahasa, huahuahua.... Malah sebaliknya aku jadi antusias ingin ngobrol lebih lama dengan mereka. Itung-itung cara untuk menambah kosakata, hehe...

Last but not least: aku sangat salut pada seorang gadis cilik, manis, imut, murah senyum -- puteri seorang blogger yang jago dan piawai dengan"Lettering"nya dan yang mendapat julukan Emak Gaoel a.k.a. Winda Krisnadefa.  Gadis kecil ini benar-benar bikin aku iri karena memiliki pengucapan bahasa Inggris yang bagus sekali. Kagum aku dibuatnya. Namanya Safina, mungkin sekarang usianya sudah 8 or 9 tahun.

Kenapa aku nyerempet Safina dalam postingan ini? Semata karena aku suka gaya Safina berbicara seperti yang aku maksud di atas tentang flirting. Padahal si gadis mungil cantik ini tidak pernah les privat bahasa Inggris, tidak juga bersekolah di Sekolah Internasional. Tapi, ya, ampuuun, melafalkan bahasa Inggris dengan jitu dan menarik. Salut buat Safina. Ternyata, oh, ternyata, ini berkat Sang Mama Emak Gaoel +Winda Krisnadefa yang jadi gurunya. Tanpa dibuat-buat begitulah kalau kita sudah menyukai bahasa Inggris. Tonton deh Safina Krisnadefa's videos di Youtube pasti Anda setuju denganku. Woow...itu kereeen.


Catatan penting:

 "Aku tak menguasainya bukan berarti aku tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak melakukan apa-apa. Siapapun, jangan ragu untuk melakukan suatu aktivitas yang positif walaupun 
tidak memiliki skill yang mumpuni.
 Jangan khawatir -- terjunlah ke dunia yang kau sukai.... karena
 PRACTISE MAKES PERFECT" 




Komentar

  1. Ya ampun, ini memotivasi aku banget.. Aku nggak begitu pandai berbahasa inggris tp aku suka.. Duh ya, aku kalah nih sama safina gadis cilik yg jago bahasa inggris :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ella, jadi tersengat gak semangatnya sama Safina? Sama seperti bunda, bunda juga sukak banget sama bahasa yang satu ini. Terima kasih kunjungan Ella fitria ke blog bunda.

      Hapus
  2. Ini berlaku buatku di pelajaran matematika bunda... justru karena aku tidak menguasai pelajaran matematika, aku jadi penasaran... eh makin lama malah jadi makin suka sama matematika...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ooo...gitu ya, sama donk, cucu bunda juga tadinya gak suka matematika, tapi sampe sekarang dia kelas 6 sukak banget sama mata pelajaran itu. Terima kasih kunjungan Nattara ke blog bunda.

      Hapus
  3. Duh basa inggris ini termasuk pelajaran yang paling tidak aku kuasai kala itu, bahkan nilai terjelek-ku ada di mata pelajaran yang satu ini. *untung sih sekarang ada google translate

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...tapi jangan terlalu terpaku pada Google translate ya, karena gak selalu pas terjemahannya. Mending liat kamus trus dicoba sendiri deh. Lebih afdhol. Btw terima kasih kunjungan Widhaawatitok ke blog bunda.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu