Kenangan Masa Kecil Tentang Mainan

Menulis dengan hati  tentu yang terbaik bagiku malam ini, apalagi harus menulis tentang mainan favorit yang menjadi simbol kebahagiaan karena akan terkenang pada masa kecil. Namun permainan masa kecil ini pun masih berakar hingga dewasa, bahkan hingga aku berusia lanjut. Baiklah akan aku tulis mengenai  Dua Masa Kenangan Tentang Mainan



Masa Kecilku
Terus terang aku tidak memiliki mainan favorit ketika kecil selain main petak umpet bersama teman sebaya yang sama-sama seolah tak pernah singgah di benak kami rasa memiliki sesuatu yang patut dijadikan favorit, kecuali keluarga yang mengasihi kami. Kami, terutama aku, tak satu pun mengoleksi benda favorit sebagai kenangan di masa kecil.
Seperti inilah permainan tanpa modal itu -- Petak Umpet
Bermain petak umpet tak memerlukan biaya apapun, sehingga kami bisa bermain sesuka hati, terkadang hingga lupa makan. Rasanya ingin sekali siang hari disulap menjadi panjang lebih dari 12 jam, hehe... Kebahagian ketika bersama teman sepermainan, bercanda-ria dengan permainan yang bisa membuat hati ini senang dan bahagia.

Selain petak umpet, main demprak pun menjadi favoritku ketika kecil. Sama, permainan ini juga tidak membutuhkan modal, artinya peralatan tidak perlu dibeli --  cukup dengan sepotong kecil pecahan genteng untuk menggaris --  membuat gambar petak permainan di tanah sudah cukup -- dan pecahan genteng itu juga yang digunakan sebagai "benda yang dipakai untuk bermain demprak." Aku lupa namanya, perasaanku namanya "gacoan", tapi, hehehe....gacoan jaman sekarang kan berarti gebetan atau pacar, kan.? Pada zamanku juga pacar itu disebut gacoan, bahkan sampai zaman now.

Berselancarlah aku di Google untuk mencari namanya apa sih, ternyata pecahan genteng kecil yang digunakan untuk bermain demprak namanya  gacuk. Untuk bermain demprak kita harus punya benda itu, baik pecahan genteng atau batu atau apapun -- yang penting benda berat, pipih, agar tidak menggelinding ketika dilemparkan ke sasaran kotak-kotak.  Karena ragu dan udah lupa apa namanya berselancar di Google paling tepat aku lakukan dan ternyata benda kecil dari pecahan genteng atau batu itu namanya "gacuk."

Kenangan manisnya ketika kami bersama-sama berkeliling seputar rumah mencari pecahan genteng yang bisa menjadi modal untuk bermain. Kami berlarian. Alangkah keras derai suara ketawa kami kembali mencari sebuah halaman yang nyaman untuk bermain. Halaman yang landai tak berbatu dan tanpa rumput-rumput yang menghalangi -- di sanalah kami membuat kotak-kotak demprak.
 
Sumber gbr. depicta.com


Itu sepenggal ingatan ketika aku kecil dengan permainan yang bisa juga disebut favorit, karena tak ada lagi bentuk permainan yang lebih bagus dan lebih menyenangkan dari itu. Permainan-permainan yang murah meriah, bahkan tak menyangkut harga sama sekali. Aku sangat mengerti ketika itu, di zaman yang serba kisruh sehabis perang, Nenek dan Kakekku sudah pasti tidak mempunyai uang untuk membelikan aku permainan yang menyangkut harga. Jadi, sudahlah pikirku. Permainan yang sangat sederhana ini pun tak kurang membuat aku bahagia karena kebersamaan kami (teman-teman sepermainan) yang membuat kami cerah, dan bermandi peluk penuh keriangan. 

Masa Ketika Aku Menjadi Seorang Ibu

Di masa ini keadaan sudah sangat berbeda, walau belum dapat dikatakan zaman now. Koq? Iya karena ketika itu keempat anak-anakku  masih berusia 6, 7, 11 dan 12 tahun. Tentu mereka belum mengenal gadget,seperti layaknya anak-anak zaman sekarang. Anak-anak masih mengenal  permainan yang aku lakukan ketika aku kecil. Permainan tradisional yang bisa dilakukan di mana saja, terutama di arena bermain yang sehat dengan udara yang segar.

Anak-anakku yang perempuan sangat gemar bermain sesuatu yang banyak memiliki gerak aktif.  Aktivitas bermain di dalam rumah pun tak kalah serunya. Mereka suka main bekel dan congklak.. Ketika itu aku juga seringkali melibatkan diri untuk ikut bermain, terutama ketika bermain coklak (dakon) atau main bekel (melempar bola kecil ke udara sambil duduk dan meraup biji-biji bekel). Sampai saat usiaku tua seperti sekarang ini kadang kami masih bermain bekel lho. Tahu donk siapa yang selalu menang, hehe....ya anak-anakku.
Sumber gbr. https://www.scribd.com/doc/93397291/Bekel-Adalah-Salah-Satu-Jenis-Permainan-Tradisional-Dari-Jawa-Tengah

Selain setelah aku memiliki permata-permata hati, entah kenapa aku sangat menyukai boneka yang aku berikan sebagai kado untuk anak bontotku ketika ia berumur 7 tahun. Pada usia remaja ia sudah melupakannya. Boneka itu tetap tidak aku buang atau aku berikan kepada orang lain, apalagi kedua kaki boneka itu sudah copot namun suara musiknya masih berfungsi dan tetap aku simpan dalam lemariku. Boneka itu aku dudukkan di pojok salah satu shelves di lemariku -- sedikit saja ia tersentuh, maka musik pun akan berbunyi.

Si bontot tahu aku masih menyimpan bonekanya hingga kini. Dia membiarkan aku memilikinya. Inilah agaknya yang menjadi favoritku -- untuk mengenang masa-masa di mana aku permah memiliki krucil-krucilku yang manis, lincah dan nakal serta menggemaskan.

Kini tidak lagi -- mereka sudah memiliki keluarga-keluarga kecilnya dan hidup mapan. Aku pun kini memiliki banyak rumah, karena selalu berpindah-pindah bergiliran di tempat anak-anakku. Ah, bahagia yang Allah berikan ini semoga bisa tetap aku miliki selagi aku kuat dan tidak pikun. Aamiin.



Secuil tulisan untuk mengenang masa kecilku hingga aku memiliki anak-anak yang manis dan ganteng. Kini aku telah memiliki empat orang cucu. Hidup ini memang sebuah anugerah kebahagiaan andaikan kita bisa mensyukurinya. Walaupun si Ganteng telah meninggalkan kami untuk selamanya, tapi ia tetap berada di hatiku yang paling dalam dan seolah ia masih bersamaku. Empat tahun telah berlalu sejak kepergian si Ganteng.  Semoga si Ganteng melihat juga kebahagiaanku bersama adik-adiknya, bukan berarti aku melupakannya. Kami selalu mengingatnya dan mengirimkan do'a untuknya.





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu