Masa Lalu Telah Usai


Aku sebenarnya tipe orang yang senang sekali mengenang masa lalu.  Apa saja yang ada kaitannya dengan masa lalu, apalagi masa lalu yang indah, pasti akan aku simpan dengan baik, dalam kenangan, maupun dalam bentuk foto-foto atau tulisan. Tapi untuk yang satu ini Masa Lalu Telah Usai.  Betapa tidak karena masa sekolah pada tahun-tahun aku bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri XI tahun 1953/1956, Jalan Bumi, Majestik, Kebayoran Baru, dan SMA Swasta Taman Madya tidak meninggalkan jejak yang bisa dijadikan penyambung mata rantai sebuah komunikasi.




Aku memiliki dua orang guru favorit di kedua sekolah ini. Seorang ketika aku di SMP dan satu lagi di SMA. Masa itu kemajuan teknologi belumlah marak seperti zaman now. Kami para murid benar-benar buta  teknologi komunikasi dalam bentuk elektronik atau semacamnya. Alhasil tak satu pun nama-nama, apalagi alamat yang bisa dijadikan rantai untuk berkomunikasi di masa mendatang.  Tak seorang pun dari kami yang peduli -- sekolah usai, saling bersalaman, saling berpelukan. Selesai. Tak ada bekas yang tertinggal. Hal ini mengakibatkan tidak pernah terjadi sebuah Re-Uni, hiks, hiks... Minta alamat Ibu/bapak guru pun tak terlintas dalam benakku ketika itu. Katakanlah, kami kudet pada zamannya, hehe...

Setelah aku menyelesaikan SMA juga di wilayah Kebayoran Baru, tepatnya di belakang Kantor Markas Besar Kepolisian (Jl. Trunojoyo, Kebayoran Baru). Di samping gedung itu ada jalan kecil -- di situlah bangunan sekolah Swasta yang bernama SMA Taman Madya.  Sejak lama tak ada bekas-bekas bangunan sekolah tersebut karena sudah dibongkar untuk perluasan Gedung Mabes Polri. Tak ada lagi tanda-tanda dulu di situ pernah berdiri satu gedung sederhana SMA Swasta tempatku menamatkan sekolah dan meraih Ijazah. Begitu juga setamat sekolah di sana tak ada lagi komunikasi dengan teman-teman sekolah yang pernah aku kenal selama tiga tahun. Semua sudah sirna, hanya tinggal dalam kenangan.

Di sekolah ini ada seorang guru (Bapak Guru) yang berkesan di hati. Bukan karena gantengnya, tapi karena keseriusannya dalam mengajar, tanpa senyum dan tanpa membuka lembar-lembar buku yang ada di meja di hadapannya. Semua seperti sudah ada di kepalanya. Hebat banget Pak Guru ini, namanya Pak Sutomo, aku masih ingat kami memanggilnya dengan sebutan Pak Dewa, hehe... Dewa kan mana ada yang senyam-senyum dan ketawa-ketiwi. Menjaga wibawa kali, ya? Ketika mengajar pasti sebelah kakinya bertengger di kursi kemudian dagunya  bertelekan di telapak tangan yang bertumpu di atas lututnya.  Tak pernah membuka lembar-lembar buku di meja dihadapannya, seakan semua materi sudah ada di kepala beliau. Hebatnya Pak Dewa ini.

Begitu santainya beliau mengajar. Semua menyimak, tak ada yang bersuara. Beliau guru Ilmu Hukum dan Sejarah. Aku menyukainya -- suka pada pelajaran Ilmu Hukumnya  -- tapi tak pernah terealisasi meneruskan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana. Hanya dua tahun? Bisa apa, hehe...  Karena itulah aku mengerti sedikit meneliti Surat-Perjanjian Notaris, misalnya, tentang pasal-pasal yang harus ada di dalamnya. Bukan lebay dan bukan pamer.

Kalau berkenan baca juga yang ini

Kemudian di tema ini ada semacam pertanyaan apakah para guru ini sudah memberi kontribusi terhadapku di masa kini? Ooo..yes, yes, yes...for sure! Sangat terasa kontribusi kedua Guru favorit ini. Yang seorang dalam ilmu hukumnya sedang yang satu lagi menyebabkan aku sangat menyukai bahasa Inggris walaupun tidak menguasainya. So what? Walaupun masih cas-cis-cus tetap mau dan bisa berbagi.

Kembali kepada pertanyaan tentang usahaku mencari informasi mengenai kedua guru ini. Tentu saja! Pencaharian info hanya seputar searching di Google. Karena sekolahku di zaman jadul, jadi sesering apapun aku mencoba browsing, baik nama-nama bapak dan ibu guru atau nama sekolah -- tak pernah berhasil. Googling yang aku lakukan berdasarkan nama sekolah SMP XI tahun 1953/1956 tak ada hasil a.k.a. BIG ZERO, begitu juga dengan SMA Swasta Taman Madya tahun 1956/1959. Ya, sudahlah aku harus melupakannya -- Masa Lalu Telah Usai.

Kini aku telah lama memulai masa-masa baru dengan teman-teman baru. So, I am not going to look back -- I have to look forward to moving on my future at my old age....LOL.

 

Komentar

  1. Selamat siang Bunda. Terima kasih ya sudah mampir di blog saya.
    Untuk kesulitan Bunda mencari informasi tentang "masa lalu" adalah hal yang wajar Bunda. mengingat data penting tentang siswa tentu tidak boleh dipublish secara terbuka. Karena itu tahun yang sudah lama, kemungkinan besar data-datanya pun memang saat itu tidak ada juknis untuk disimpan secara digital oleh dinas yang terkait. Coba saja untuk mencarinya di profil sosial media. Pasti sulit karena "zaman dulu" belum ada yang memakai sosial media. Tetap semangat ya Bunda, karena blogger-blogger sekarang adalah sahabat Bunda juga. Salam sukses selalu dan semoga selalu sehat wal afiat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat malam, Nak Dody Puwanti, senang sekali sudah berkunjung ke blog Bunda. Benar sekali, banyak sahabat bunda para blogger muda dan ranum, hehe...Terima kasih kunjungan Nak Dody Purwano ke blog Bunda.

      Hapus
  2. Kalau di google belum ada bisa ditambahkan Bunda.. supaya ada recordnya :). Masa lalu boleh dikenang asal ngga berlebihan yaaa Bundaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihii...Bunda kan awam banget kalo soal tambah menambah sesuatu tentang Google. Masa lalu biarlah berlalu, asal kenangannya masih lekat pekat di memory. Yeaay..Terima kasih kunjungan Indah ke blog Bunda.

      Hapus
  3. Gak ada kontak sama sekali, ya Bunda sama teman2 Bunda?
    Yah, apa boleh buat ya Bunda.

    Oya apa kabar Bunda? Sehat? Terima kasih sudah mampir di blog saya. Jalangkote itu sebenarnya nama kue,kalau di Jakarta orang bilangnya "pastel" hehehe. Cuma kalo di Makassar isinya tidak ada dagingnya, ada yang pakai telur rebus tapi katanya sekarang sudah ada yang pakai daging. Kalau pastel kan ada yang isinya daging, kali, ya Bunda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, karena zaman bunda sekolah itu gak ada hape or internet untuk berkomunikasi, hehehe...namanya juga zaman jadul. Btw Jalangkote kalo di Jakarta pastel itu isinya wortel, kentang, telur rebus yang diiris, kalau diisi daging paling daging ayam. Alhamdulillah bunda sehat-sehat selalu. Terima kasih kunjungan baliknya Niar ke blog bunda.

      Hapus
  4. masa lalu hanya masa lalu, karena kita sudah tidak hidup di masa itu..
    Quote dari saya mbak :D hahaha

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu