Sosok Perempuan yang Mulia Hatinya
Sebelum aku menorehkan sesuatu tentang yang berkaitan dengan tema hari ini, izinkan aku berceloteh dulu, ya.
Siapa pun pasti tahu apabila kita akan merenovasi rumah -- apakah itu hanya penambahan atau total perombakan bangunan -- pasti dibutuhkan sejumlah tukang. Kalau saja kita mengandalkan Pemborong, kita tidak perlu pusing, bingung atau memikirkan tentang konsumsi untuk para tukang.
Tapi bila terjadi sebaliknya, si Pemilik rumah tidak menggunakan jasa pemborong? Tanggung-jawab yang menyangkut upah tukang harian atau mingguan, minum teh kopi dan snacks di pagi hari kemudian ngopi-ngopi sore juga plus camilan tentu harus ditanggung oleh Pemilik rumah.
Lho, ini si Pemilik Blog mau cerita tentang apa sih? Koq nyerempet-nyerempet soal renovasi rumah segala, ya, hehe... Oops, sabar dulu donk, karena ini juga akan mengarah kepada tema yang diharuskan. Temanya apa? Aku juga bingung apa yang harus aku tulis berkaitan dengan tema -- sesuatu yang membuat kita menangis haru -- misalnya penjual makanan yang telah renta, anak muda yang fight, Mbak jamu gendong dan lain-lain.
Aku tak kan menyerah. Nah, yang aku pilih bukan seseorang yang membuat aku menangis karena haru tetapi malahan aku bangga melihatnya. Sosok Perempuan yang Mulia Hatinya. Seorang wanita walaupun tidak renta tetapi ia sesosok wanita lebih dari paruh baya, hidup tanpa suami. Ia ,mencari nafkah tambahan dengan berjualan kue demi membantu anaknya yang single parent dengan seorang anak perempuan yang masih butuh bimbingan dan pengawasan. Mereka bertiga tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil. Ketika anak perempuannya bekerja, ia harus menjaga cucunya. Di malam hari hingga larut ia membuat kue dan pagi menggorengnya. Dengan sendirinya full di siang hari ia standby untuk cucu belahan jiwanya. Bukan main, aku betul-betul salut.
Kalau saja tidak hujan lebat saat ini tentu aku sudah bertandang ke ruumahnya. Melihat caranya ia membagi waktu untuk mengadoni semua bahan-bahan kue yang akan dibuatnya. Hujan belum reda juga. Penyesalan terselip di dada mengapa aku tidak sejak awal membeli kue-kuenya berselfie-ria di rumahnya. Tapi kan aku tidak membaca seluruh tema pada satu saat. Jadi ya, itulah sebabnya mengapa aku tidak siap-siap dengan sebuah profile dirinya. Seandainya dari awal aku sudah terinspirasi tentang sosok yang membuat aku kagum ini tentunya aku sudah bersiap-siap mengambil foto dan memintanya sedikit waktu untuk wawancara lebih banyak agar pembaca juga ikut terinspirasi dan ikut merasa bangga.
Kenapa aku ingin mengangkatnya sebagai tokoh di postingan ini? Karena selama seminggu terakhir ini aku selalu membeli makanan kecil buatannya. Sejak anakku merenovasi rumahnya kami selalu membeli kue jajanan yang lewat. Ternyata kue buatan Ibu yang berusia sepuh ini lebih enak rasanya, bersih pula karena ia yang mengadoninya sendiri, membuatnya sendiri. Harganya? Dibandingkan dengan yang biasa kami beli berbeda harga hingga Rp.1000. Penganan yang dibuatnya ia titipkan ke warung-warung di sekitar rumahnya. Kalau tidak ingin kehabisan, maka Mbak-ku harus berburu kue itu pukul 06.30. Terlambat beberapa menit saja, maka kami hanya bisa gigit jari a.k.a. kecewa.
Ada beberapa macam kue yang dibuatnya dan kesemua memiliki bentuk yang apik dan kelihatan sangat menarik. Apa saja kue-kuenya? Pertama-tama yang menjadi favoritku kue onde-onde kemudian juga pastel, kue lumpur, resoles. Lilitan pastelnya memesona sekali karena sangat rapih dan enak dipandang mata. Isi pastel pun dengan harga dua ribu rupiah diisi dengan potongan telur. sudah terbilang sangat murah. Waah, kalau di toko kue harganya sudah dibandrol 4 atau 5 ribu rupiah.
Itulah sekelumit tulisan tentang wanita yang dalam situasi darurat bisa mengambil keputusan demi kelanjutan hidup dan kesejahteraan bersama anak dan cucunya. In Shaa Allah, kalau aku berhasil menemuinya dan membidiknya dengan kamera handphoneku, maka postingan ini akan aku edit.
Aku tak kan menyerah. Nah, yang aku pilih bukan seseorang yang membuat aku menangis karena haru tetapi malahan aku bangga melihatnya. Sosok Perempuan yang Mulia Hatinya. Seorang wanita walaupun tidak renta tetapi ia sesosok wanita lebih dari paruh baya, hidup tanpa suami. Ia ,mencari nafkah tambahan dengan berjualan kue demi membantu anaknya yang single parent dengan seorang anak perempuan yang masih butuh bimbingan dan pengawasan. Mereka bertiga tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil. Ketika anak perempuannya bekerja, ia harus menjaga cucunya. Di malam hari hingga larut ia membuat kue dan pagi menggorengnya. Dengan sendirinya full di siang hari ia standby untuk cucu belahan jiwanya. Bukan main, aku betul-betul salut.
Kalau saja tidak hujan lebat saat ini tentu aku sudah bertandang ke ruumahnya. Melihat caranya ia membagi waktu untuk mengadoni semua bahan-bahan kue yang akan dibuatnya. Hujan belum reda juga. Penyesalan terselip di dada mengapa aku tidak sejak awal membeli kue-kuenya berselfie-ria di rumahnya. Tapi kan aku tidak membaca seluruh tema pada satu saat. Jadi ya, itulah sebabnya mengapa aku tidak siap-siap dengan sebuah profile dirinya. Seandainya dari awal aku sudah terinspirasi tentang sosok yang membuat aku kagum ini tentunya aku sudah bersiap-siap mengambil foto dan memintanya sedikit waktu untuk wawancara lebih banyak agar pembaca juga ikut terinspirasi dan ikut merasa bangga.
Kenapa aku ingin mengangkatnya sebagai tokoh di postingan ini? Karena selama seminggu terakhir ini aku selalu membeli makanan kecil buatannya. Sejak anakku merenovasi rumahnya kami selalu membeli kue jajanan yang lewat. Ternyata kue buatan Ibu yang berusia sepuh ini lebih enak rasanya, bersih pula karena ia yang mengadoninya sendiri, membuatnya sendiri. Harganya? Dibandingkan dengan yang biasa kami beli berbeda harga hingga Rp.1000. Penganan yang dibuatnya ia titipkan ke warung-warung di sekitar rumahnya. Kalau tidak ingin kehabisan, maka Mbak-ku harus berburu kue itu pukul 06.30. Terlambat beberapa menit saja, maka kami hanya bisa gigit jari a.k.a. kecewa.
Ada beberapa macam kue yang dibuatnya dan kesemua memiliki bentuk yang apik dan kelihatan sangat menarik. Apa saja kue-kuenya? Pertama-tama yang menjadi favoritku kue onde-onde kemudian juga pastel, kue lumpur, resoles. Lilitan pastelnya memesona sekali karena sangat rapih dan enak dipandang mata. Isi pastel pun dengan harga dua ribu rupiah diisi dengan potongan telur. sudah terbilang sangat murah. Waah, kalau di toko kue harganya sudah dibandrol 4 atau 5 ribu rupiah.
Itulah sekelumit tulisan tentang wanita yang dalam situasi darurat bisa mengambil keputusan demi kelanjutan hidup dan kesejahteraan bersama anak dan cucunya. In Shaa Allah, kalau aku berhasil menemuinya dan membidiknya dengan kamera handphoneku, maka postingan ini akan aku edit.
Bun, bagi dong kuenya. enak bingit kayaknya sih
BalasHapusHhe...ambil aja, silakan. Gak ada yang liat, kan? Kalo mau yang benerannya ya mampir ke rumah bunda donk. Makasih kunjungan setia Topik ke blog bunda.
HapusAku selalu salut dengan perempuan hebat yang kuat dan mandiri. Kuenya keliatan enaaak bundaaaa
BalasHapusMalam kemarin Bunda berkunjung ke rumahnya mau pesan Panada yang pedes sambil ambil kesempatan buat ngobrol dan foto-foto bersama beliau dan cucunya yang cantik. Edit gak ya piostingannya, hehe... Let me see later on. Thank you, Indah, for your visiting my blog.
HapusJual obat aborsi palembang
BalasHapusJual obat aborsi surabaya
Jual obat aborsi jakarta
Jual obat aborsi jepara
Jual obat aborsi bogor
Jual obat aborsi yogyakarta
Jual obat aborsi kediri
Jual obat aborsi bandung
Untuk layanan pemesanan langsung resep aborsi anda bisa menghubungi line kontak berikut ini :
HP : 0819-1160-4593 - BBM : DE00B34A