Pernikahan Bukan Ajang Coba-Coba


Sebenarnyalah sebuah Pernikahan Bukan Ajang Coba-Coba. Harus ada sebuah landasan yang kuat untuk menunjangnya agar menjadikannya hal yang sakral dan penuh pertimbangandan tanggung-jawab serta sikap positif. Jangan menganggapnya sebagai sebuah permainan. Karena tak ada satu pun permainan yang berkepanjangan. Semua bentuk permainan, apa pun itu, pasti akan selalu ada endingnya. Namanya juga permainan tentu saja ada sebuah akhir yang menyertainya. Tidak demikian dengan sebuah pernikahan. Marriage is not a game that could be ended whenever you want it to. Kecuali, pastilah ada kecualinya apabila orang atau seseorang itu memang sudah dilahirkan dan ditakdirkan sebagai makhluk mulia Allah yang lemah. Suka dengan permainan iseng, bahkan ia akan mencari-cari sesuatu yang bisa dijadikan objek keisengannya.



Kembali kepada judul postinganku Pernikahan Bukan Ajang Coba-Coba. Frankly speaking ini  menyangkut hati lho. Kalau hatinya teguh, tegar dan beriman tebal, maka apapun yang menjadi daya tarik yang akan menjerumuskannya tak akan berhasil membelenggunya. Ia akan berdiri kokoh, sekokoh gundukan batu karang di tengah lautan luas -- kapal sekuat apa pun akan pecah berkeping bila menghantamnya. Begitu kuatnya, begitu dahsyatnya batu di tengah lautan ciptaan Allah SWT. Sekuat itu pula sebuah pernikahan bila memiliki landasan, kesadaran, pengertian tentang arti pernikahan. Coba saja disimak beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan mengikatkan diri kepada tali pernikahan, baik bagi perempuan maupun untuk laki-laki -- untuk menciptakan sebuah pernikahan yang disertai dengan kata manis "An Endless Love"

Source: Google 123rf.com
Pernikahan adalah peristiwa menyatukan dua individu yang memiliki dua keluarga besar ke dalam satu ikatan tali silaturakhim. Oops, yang aku bicarakan di sini adalah tentang pernikahan yang suci, berdasarkan cinta suci pula. Bukan pernikahan yang terjadi karena kecelakaan, atau dilaksanakan sebagai suatu paksaan apalagi dengan sebuah rencana buruk dibaliknya.
Menyatukan dua keluarga besar, bukan berarti calon suami harus menanggung seluruh keluarga perempuan.  
Harus disadari sepenuhnya, setelah pernikahan itu terjadi, maka baik istri maupun suami akan memiliki dua orang ibu dan dua orang ayah. Mereka harus mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang setara, begitu juga tentang perlakuan kepada kedua pasang orang tua tersebut, bila mereka masih ada. Bila salah satu atau bahkan kedua pasang orang tua itu telah tiada, adalah wajib bagi anak-anaknya (suami atau isteri) untuk saling mengingatkan menziarahi makam mereka. Terutama suami. Kenapa? Karena setelah pernikahan, seorang suami adalah junjungan isteri, kemana pun atau apa pun yang dilakukan oleh isteri sebaiknya seizin suami. Jadi seyogianyalah suami yang semestinya mempunyai inisiatif untuk melaksanakannya.
Masing-masing harus mengingat dengan baik seorang isteri atau suami tidak tumbuh besar dengan  sendirinya, namun berkat perawatan dan kasih sayang ibu yang telah mengandungnya selama 9 bulan 10 hari. So, sudah menjadi kewajiban kalian untuk menghargainya, paling tidak untuk mengingatkan kalian sebagai anak-anaknya,  karena orang tua itulah yang telah mengandung suamimu atau isterimu. Jangan begitu mudah menyepelekan mereka karena mereka telah uzur. Surga di telapak kaki ibu, jadi berbuatlah sebaik dan semaksimal yang kalian bisa lakukan selagi ibumu (juga ayahmu) ada dan masih bisa kau balas pelukan mereka. Kalau mereka sudah meninggalkan kalian 'tuk selamanya, apa yang bisa kalian perbuat untuk menebus kesalahan kalian karena mengabaikannya di saat mereka renta.
Pasangan suami atau isteri yang bijak seyogianyalah harus memberikan pengertian yang penuh dan berimbang untuk saling memperhatikan orang tua kedua belah pihak. Apalagi apabila kedua pasangan orang tua tersebut sudah dalam keadaan tua, renta dan tak  lagi berpenghasilan. Bukankah dulu mereka berjuang dan berusaha  untuk anak-anak mereka? Stop! Stop! Stop! Jangan pernah mengatakan itu adalah kewajiban mereka, sehingga ketika mereka sudah tak berdaya,  kalian, para anak-anak akan melupakannya begitu saja? Oo, My God, di mana kalian sisipkan hati nurani yang dianugerahkan oleh Allah Yang Maha Kuasa andai kalian berpikiran sedemikian piciknya.
Melebur secair-cairnya perbedaan yang ada di antara dua makhluk Allah yang berlainan darah ini. Kuburkan segala keburukan dan kekurangan masing-masing. Pernikahan telah terjadi. Apa pun perbedaan itu harus dikubur dalam-dalam jangan sampai mencoba menguaknya dengan alasan apa pun. Sebaliknya mencari jalan agar kalian bisa serasi dalam mengarungi bahtera rumah tangga dengan kekayaan semakin bertambah -- keluarga besar ada di sana.  Bagilah waktu seefisien mungkin. Jangan kalau ada waktu saja menengok mereka yang sudah renta dan papa, tapi ciptakanlah waktu untuk menjenguknya, paling tidak berkomunikasi selagi mereka masih ada. Itulah yang ditimbulkan oleh sebuah pernikahan yang wajar, sehat dan harmonis.
Ingatlah, bagi para suami -- tanpa kedua orang tua isterimu, maka tak ada wanita jelita belahan jiwa di sisimu, begiu juga bagi para isteri, kemana akan kau cari pria tampan, laki-laki soleh yang telah memilihmu dari sekian juta wanita di jagat raya ini, hanya dia laki-laki itu yang telah melalui ijab qobul menjadi suamimu, menjadi Imammu dan menjadi sisianmu. 

Last but not lease: Bagi para lajang baik wanita maupun laki-laki, berpikirlah secara matang sebelum melangkah menuju pelaminan karena Pernikahan Bukan Ajang Coba-Coba tapai satu langkah yang harus ditapaki dengan penuh cinta, pengertian dan tanggung serta pengorbanan, apa pun bentuknya yang akan dan harus dihadapi demi kelanggengan sebuah rumah tangga.

Semoga postingan ini bermanfaat. Aamiin.

Komentar

  1. betul banget ya Bunda..pernikahan idealnya adalah ikatan sakral yang membuat kita menjadi lebih baik. Thanks for this beautiful reminder yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you for you pujiannya dan thank you juga untuk kunjungan Indah ke blog bunda.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Seneng sekali fitri anita udah mampir. Sama-sama, sayang.

      Hapus
  3. benar pernikahan itu sumpah setia terhadap pasangan dan Tuhan, tapi kenapa banyak yang cerai ya ? Padalah cerai itu dampaknya buruk sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan heran di zaman now ini memang banyak pasangan yang terlalu menyepelekan pasangannya karena merasa yang lebih dari pada yang lain dan juga dibarengi dengan keimanan yang masih rentan akan godaan. Mudah-mudahan mazariegos gak kek gitu, ya. Terima kasih kunjungannya.

      Hapus
  4. benar sekali mba, suka saya sama isi artikel ini.

    kucing suka menjilati bulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah menyukai artikel ini, admin xqravity.

      Hapus
  5. Bunda.. Saya jadi teringat pesan tetangga saya. Meskipun gajimu di kantor lebih tinggi daripada gaji suamimu, tapi di rumah ia tetap pemimpinmu.
    Masya Allah, rejeki beliau-beliau ini dilipat-lipat gandakan oleh Allah. Mungkin karena istri tidak pernah merasa lebih tinggi daripada suaminya ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, isteri yang soleh tidak akan merendahkan martabat junjungannyaze, karena itu Allah memberi rez. eki yang berlimpah dan tak terduga

      Hapus
  6. setuju Bun, pernikahan ndak boleh coba coba dan bukan permainan. Makasih banyak ya, Bun wejangananny

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Tanti. Lama banget ya kita gak ketemu. Makasih udah berkunjung ke blog bunda.

      Hapus
  7. Betul sekali bunda pernikahan bukan coba-coba. Sebelum menikah saya berpikir pernikahan itu mudah, dan kenyataannya sulit juga hehehe apalagi dalam menyatukan keluarga.

    BalasHapus
  8. Setuju, Bun. Pernikahan itu perjalanan yang (sangat) panjang. Jadi memang sebaiknya tidak dijadikan ajang coba-coba

    BalasHapus
  9. Iya Bunda. Setuuju sekali. Walaupun nikah itu ibadah, justru harus dipikirkan supaya nilai ibadahnya kaffah

    BalasHapus
  10. "Mencari jalan agar serasi" ... benar, itu memang harus diusahakan ya Bunda. Masing-masing harus mencari jalan.

    Kalau kata suami saya, suami - istri itu ibarat "berjalan di jembatan perbedaan". Dua yang berbeda tetapi harus berjalan di jembatan yang sama, yang mempertemukan mereka.

    BalasHapus
  11. Bermanfaat banget nih Bunda, untuk aku yang masih lajang dan belum menikah. Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum menuju jenjang pernikahan. Kadang suka sebel sama orang yang nanya "kapan nikah?".

    BalasHapus
  12. betul bunda...makanya aku ga mau coba2 ...hehe

    BalasHapus
  13. Setuju Bun, makanya aku mikir puluhan kali buat nikah lagi soale takut gagal hehe.

    BalasHapus
  14. Memangnya tester parfum atau makanan ya Bun, pake coba-coba segala? Klo gak suka. Yaaa dilepas, weeleeehh. Kan sudah ikrar karena Allah, disaksikan oleh semua keluarga dan kerabat.
    Makasiih ya Bun, udah mengingatkan :)

    BalasHapus
  15. Iyes bener banget, pernikahan bukan ajang coba-coba, butuh komitmen kuat untuk bisa membangun pernikahan yang bahagia, tulisan Bunda Yati selalu menyejukkan dan mengingatkan, makasih ya Bun

    BalasHapus
  16. Bener banget apa yang dikatakan Bunda. Aku berharap tak semua orang langsung memilih menikah tanpa ada pertimbangan. Karena memang pernikahan tuh bukan ajang coba coba

    BalasHapus
  17. Ini pentingnya mencari ilmu yaa, Bunda..
    Senantiasa memberikan yang terbaik untuk lingkungan.

    Karena menikah ataupun belum menikah, tanggung jawab utama seorang manusia terhadap pribadinya adalah menuntut ilmu.

    Semoga setelah menikah, tidak menyurutkan kita untuk mencari ilmu, terutama ilmu syar'i.

    BalasHapus
  18. Yup, setuju Bunda. Pernikahan bukan untuk coba2. Saat kita sudah menemukan seseorang yang ingin menjadikan kita separuh jiwanya, disegerakan saja. Persoalan ekonomi yang belum mantap Insya Allah akan ditunjukkan jalan yang terang karena menikah sudah diniatkan untuk ibadah.

    BalasHapus
  19. Setuju Bunda. Aku melajang ini ya karena berpikir nikah bukan ajang coba2 atau buat nyenangin orang lain. Harus ada visi misi lah minimal bukan asal sama-sama suka. Kadang kasian kecil2 udah pada nikah lalu repotin orangtua masing2

    BalasHapus
  20. Terimakasih pengingatnya, Bunda. Pernikahan saya masih seumur jagung, dan jika Allah ijinkan maka masih panjaaang perjalanan ke depannya. Semoga Allah ridha dan selalu membimbing kami untuk tetap komitmen pada janji suci pernikahan :)

    BalasHapus
  21. Judulnya mengundang umpan eh..

    Pernikahan seyogyanya adalah ibadah ya Bund. Bukan ajang coba-coba.

    BalasHapus
  22. Nasihat ini pas banget buat aku yang masih single. Terima kasih mba jadi dapat masukan. Kadang saya berpikir bahwa menikah yah menikah, ternyata ada hal2 yang harus kita pertimbangkan

    BalasHapus
  23. Sejalan dengan pemikiran bunda, orang tua saya selalu ngasih wanti-wanti, kalau menikah itu, bukan hanya dengan pasangan saja, tetapi juga dengan seluruh keluarganya.

    BalasHapus
  24. belakangan ini ada isu tentang seorang artis yang katanya melakukan nikahan settingan, aku jadi ngeri kok jaman sekarang banyak yang main main ya sama pernikahan

    BalasHapus
  25. Setuju banget, Bunda. Menikah bukanlah ajang coba-coba, semoga pernikahanku bersama suami adalah yang pertama sekaligus yang terakhir di dunia juga di akhirat, amiiin ��

    BalasHapus
  26. waduh ngeri ya bunda kalau pernikahan cuma jadi ajang coba-coba, uda macem sendal jepit aja gak suka ganti baru... duuuh...

    BalasHapus
  27. Setuju bunda..nikah itu bukan untuk coba-coba, sekali melangkah ke jenjang pernikahan maka harus siap dengan segala suka duka yang akan dihadapi bersama

    BalasHapus
  28. Iya bunda. Bisa kacau jika menikah utk coba2 saja. Tanggung jawabnya besar. Cukup artis aja yg mencari sensasi lewat pernikahan

    BalasHapus
  29. Bener bund. Jangan menikah kalo cuman mencari kesempurnaan. Ga bakalan ketemu

    BalasHapus
  30. Setuju, pernikahan itu bukan hubungan main2 atau yang bisa digampangin, kalo ga hati2 bisa hancur rumah tangga dan berujung ke perceraian :(

    BalasHapus
  31. Aih, nice reminder, Bunda. Thx for sharing ��

    BalasHapus
  32. Bener bunda pernikahan adalah awal dari segala perjalanan hrs slng ngerti dan menerima perbedaan

    BalasHapus
  33. Setuju banget bunda. Moga2 sama suami jg bisa langgeng. Kadang saya suka miris sama berita2 artis bercerai pdhl kalau diliat secara fisik ya ganteng ya cantik, ya mungkin blm jodoh. Moga2 rumah tangga kita semua walau jauh dr sempurna bisa langgeng seumur hidup aamiin

    BalasHapus
  34. Pernikahan ideanya diawali dengan komitmen pasangan untuk hidup yang lebih baik ya.. dan jangen lupa dengan keluarga besar kita juga ya Bunda

    BalasHapus
  35. Saya setuju ini. Bahkan rasanya akan sangat tidak masuk akal kalau menikah karena gengsi.
    Semoga banyak yang baca ini, Bunda

    BalasHapus
  36. Betul Bun. Sebelum menikah harus berpikir masak2. Dan setelah menikah, harus dibuang egoisnya. Sebisa mungkin menjauhi perceraian.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu