Tempatkan Mereka di Level Teratas di Hatimu.



Tempatkan mereka di level teratas di hatimu.
Tanpa sengaja, namun dengan adanya alasan yang tepat dan tak dapat diganggu-gugat, hehehe.... mirip pemberitahuan tentang pengumuman Juri -- jadilah aku, juga not on my purpose menulis postingan ini setelah hampir sebulan tertaut dengan postingan yang ini. Aku masih ingin memenuhi janjiku pada diri sendiri untuk menurunkan lagi postingan dengan tema yang sama paling tidak hampir sama--tentang kasih sayang orang tua. Kenapa aku koq masih saja berkutat dengan tema ini.


Itu semata karena rasa prihatinku, kesal dan kecewa melihat dan menyaksikan masih ada anak-anak yang dibesarkan dengan seluruh pengorbanan jiwa dan raga -- setelah berhasil dan sukses -- seolah itu karena usahanya sendiri, tanpa bimbingan dan do'a dan biaya dari orang tua -- mereka menjadi pribadi yang angkuh dan sombong. Arrrggghhh...gemes banget. Jangan salah ya! Orang tua tak pernah tertanam di hatinya keinginan untuk mendapat balasan dari anak-anak atas apa yang telah dilakukan untuk para permata hati mereka. Sama sekali tak pernah terpikirkan tentang balas jasa.


Source: Pixabay

Selama beberapa hari keberadaanku di Pamulang -- my home sweet home -- maka selain mengopeni (taking care of) pot-pot tanaman kesayanganku, juga  acapkali nonton televisi. Tentu saja yang aku tonton pasti yang nyerempet-nyerempet tema ini. Sebuah tayangan yang paling menarik bertema Cermin Kehidupan yang menyuguhkan sinetron yang bisa dijadikan sebagai sebuah renungan bagi mereka yang tidak menyayangi sosok-sosok yang mulia telah menjadikan mereka seperti sekarang. Kemurkaan Allah akan membuat mereka jera, namun terlambat sudah. Nasi telah menjadi bubur. Nothing that they can do about it. Apapun yang kau perbuat terhadap mereka tak kan luput dari perhatianNya. Ingat itu!


Mungkin bagi sebagian ibu-ibu nonton sinetron adalah pekerjaan yang sia-sia. Hanya menghabiskan waktu. Tapi tidak bagiku. Aku sangat jarang nonton televisi di rumah anakku,  I have my really me time mengisi waktu nonton televisi, ya, ketika aku berada di rumahku yang disebut oleh almarhum anakku lelaki sebagai Home Sweet Home.  Eeeiits, bukan berarti aku tidak bisa nonton televisi di rumah anakku lho.

Tapi acara televisi favoritku, Sinetron tayangan yang dipersembahkan oleh TV favoritku ini selalu hadir dengan serentetan sinetronnya yang menggugah hati -- serial tentang AZAB -- sering kali mengetengahkan adegan pertengkaran, teriakan-teriakan antara ibu dan anak, ibu mertua dan menantu atau memunculkan adegan pertengkaran hebat yang tak elok untuk ditonton Cucuku. That's the reason why I have to limit my time watching television in my daughter's home. Meskipun pada akhir cerita akan diperlihatkan renungan yang harus disimak tentang betapa murkanya Allah apabila kita membelakangi ibu, membohonginya apalagi menzoliminya -- alngkah beruntungnya berkah Allah bagi mereka yang menyantuni, merawat, menghargai dan menyayangi orang tuanya.


Source: Pixabay
Source: Pixabay

Tayangan Sinetron AZAB favoritku ini -- yang menyuguhkan beragam tema bagi ibu-ibu, pria-pria dewasa atau bapak-bapak sangatlah memberi inspirasi untuk berbuat baik terhadap orang tua, karena walaupun hanya dalam adegan Sinetron, tetap saja sebagai cerminan hidup bagi kita semua, betapa kita harus memuliakan orang tua, bagaimana pun keadaan kita. Banyak cara memuliakan mereka, bukan hanya cukup dengan memberi materi dan harta berlimpah serta tempat yang layak untuk ditempati, namun sikap santun dan penuh perhatian serta kasih sayang yang tercurah dengan tulus sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka bahagia.

Ops! Agar tidak terlalu jauh menyimpang, aku lanjut saja ya ke judul postinganku: "Tempatkan Mereka di Level Teratas di Hatimu". Pastinya tidak perlu lagi aku jelaskan siapa yang aku maksud dengan  "mereka."  Jelas, readers juga pasti "ngeh" dan mahfum kemana arah tujuanku. Betul gak? Ya, mereka adalah orang-orang tercinta yang telah berjasa mengandung selama 9 bulan sepuluh hari, membesarkan, mendidik, dan menyuguhkan kebahagiaan yang dengan mudahnya direguk oleh para permata hati. Mereka adalah orang tua kita -- ibu dan ayah kita. Mereka yang harus kita rawat, kita sayangi sepenuh hati hingga saatnya ajal menjemput mereka.  Bagi mereka yang berbuat ini, Allah telah menyediakan janji-janji yang tak pernah kita sangka akan menyapa kita sebagai imbalannya -- keberkahan dalam hidup - Aamiin.

Ditambah lagi aku benar-benar gemas pada mereka yang masih saja menyepelekan jasa para orang tua. Mereka pikir itu memang sudah menjadi kewajiban para orang tua. O-ya, sudah pasti itu adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang tua, baik ibu ataupun ayah. Sadarilah, titik awal kita melangkah dalam kehidupan -- karena do'a mereka, disebabkan kasih sayang dan tanggungj-jawab mereka.


Inspirasi yang memperkuat aku menulis postingan ini:

Hari ini aku berobat ke Puskesmas terdekat di wilayahku. Hilir mudik para ibu-ibu dengan menggendong anak mereka. Tak kurang pula para bapak yang menimang-nimang dan membujuk anaknya dengan menina-bobokkannya karena selalu menangis menahan sakit dan harus sabar menunggu panggilan. Untungnya Puskesmas di tempat tinggalku termasuk yang tercepat pelayanannya. Semua karyawan yang bersangkutan melakukan tugas dengan cepat dan memuaskan. Dari sini aku ingin membuka sebuah cerminan tentang betapa para ibu dan bapak melakukan semua ini dengan pengorbanan waktu dan dengan penuh kekhawatiran akan kesehatan/keselamatan para permata hati mereka.

Peran ayah dan ibu disini sama berkewajiban membawa anak-anak mereka ke Rumah Sakit atau Puskesmas. Demi rasa sayang mereka. Tahukan Anda siapa yang mereka dukung dan timang-timang itu? Mereka adalah kamu, kamu, kamu dan kamu ketika kecil.  Kamu yang memerlukan perhatian, perawatan dan perlindungan mereka.  Kamu yang ketika minta uang kuliah dengan wajah merengut dan pandangan sinis. Ya, kamu...karena yang ada di otakmu itu adalah harus ada, wajib disediakan. Tanpa mau peduli perjuangan ayah dan ibu ketika mencarikan solusinya. Yang penting, uang kuliah harus lunas. Titik. Jadi, kenapa juga di zaman now ini masih ada saja anak yang tidak menghiraukan keadaan para ibu dan bapak yang telah, katakanlah, renta atau tak berpenghasilan serta sakit-sakitan.

Bayangkan bila keadaanmu di posisi mereka -- telah tua renta, tak berdaya -- apakah ikhlas andai kau diperlakukan demikian oleh anak-anakmu? Kau pasti tidak akan setegar ayah dan ibumu -- mereka dengan sadar dan ikhlas akan menerima tanpa ber-sungut-sungut, tanpa perlawanan. Bahkan di hatinya terucap do'a untukmu agar keberkahan selalu dicurahkan oleh Allah Swt kepadamu. Seorang ibu dengan kesadaran penuh akan menjaga ucapannya -- hanya yang terbaik yang boleh ia ucapkan dalam kekesalan dan kemarahan sekalipun, yaitu astagfirullah hal'adzim.(Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung) disertai ucapan do'a-do'a lain untuk kebaikan anak yang telah menzoliminya. Dalam kehidupan manusia-manusia normal tak ada ruang di dalam dada seorang ibu sedikitpun untuk menempatkan rasa dendam dan amarah yang tak termaafkan.


So, seperti yang tadi aku sebutkan di atas, kenapa sih masih ada juga yang tega menempatkan ibu atau ayah mereka yang telah tak berdaya  away from home, sebut saja ditempatkan di sebuah Rumah Jompo, hanya untuk membuat agar mereka tidak direpotkan. Di Rumah Jompo kan hanya perlu men-drop sejumlah uang. Beres. Tanpa ditengok pun tak mengapa. Ya, Allah. Berbahagialah mereka yang mampu untuk merawat orang tua mereka ketika tua menyata renta dan papa dengan penuh kasih sayang. Imbalannya adalah keberkahan dari Allah SWT.  Yakinkan itu di hatimu. Letakkan dalam benakmu sebuah eunoia (pemikiran yang indah, pikiran yang baik) agar menghasilkan tindakan dan sikap yang baik pula dalam hidupmu, terutama dalam memperlakukan kedua orang tuamu.

Bagi mereka yang mengerti agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk menyantuni, merawat, menyayangi orang tua di kala tak berdaya, Allah SWT akan memberkahinya dengan nikmat yang luar biasa. Nikmat itu tidak saja berupa materi, tapi juga kelapangan hati di dada. Bisa jadi tanpa kita sadari rezeki yang melesat memenuhi rumah anak-anak yang berbakti.  Orang tua ketika sudah papa memerlukan perawatan khusus, kasih sayang dari orang-orang di sekitar yang disayanginya dan menyayanginya. Ini akan menjadikan mereka yang sudah dalam keadaan papa mendapat sengatan semangat untuk menghadapi sisa hidupnya dengan ikhlas dan bahagia.

Membantu orang tua dengan ikhlas dan tidak pernah menjadikannya sebagai beban, apalagi bila memperhitungkan untung rugi untuk pengeluaran biaya perawatan Allah akan mencatatnya. Seperti yang ditayangkan dalam beberapa Sinetron dengan tema AZAB, diperlihatkan betapa kemurkaan Alah SWT kepada anak-anak yang membuat hati orang tua begitu kecewa dan gundah yang tak berkesudahan hingga ajal menjemput. Hukuman itu tidak saja diturunkan oleh Allah di akhirat kelak namun selama hidup di dunia juga sudah diperlihatkan olehNya azab dengan bermacam-macam bentuk kesulitan dalam hidup.

Dan bila kita menyadarinya, yuk, berubahlah, introspeksi diri. Bahagiakan orang tua selagi mereka hidup. Tempatkan mereka di level teratas di  hatimu. Bila orang-orang yang mulia ini sudah tiada, seribu tangkai bunga-pun tak akan dapat lagi mereka rasakan keindahannya. Namun bila saat mereka di dekat kita setangkai bunga mawar sekalipun akan mereka sambut dengan senyum sumringah -- dan  melalui senyum inilah berkah itu dititipkan oleh Allah untuk anak-anak yang berbakti dan bagi mereka yang tidak menghiraukan lelah manakala sampai saatnya untuk merawat mereka di saat renta menanti ajal.

Cmbined pictures from Pixabay, organized with PicsArt

Aku adalah salah seorang Ibu yang sangat berbahagia karena aku merasa anak-anakku sangat memperhatikan kesehatanku, makananku, uang bulanan buatku, hehe.... jelas donk kan orang tua walaupun sudah renta masih memiliki keinginan yang akan mampu membuatnya bertambah happy. Jadi jangan beranggapan, karena orang tua kita sudah tua, tidak perlu lagi mendapat santunan berupa keuangan dari anak-anaknya. Camkanlah ini sedulur. Orang tua juga manusia normal yang masih memiliki keinginan ini dan itu, antara lain ingin membelikan sang cucu souvenir, hadiah ulang tahun makanan kesukaan dan lain sebagainya. Jadi jangan menghentikan pemberian fasilitas bulanan kepada orang tua sekalipun mereka tinggal bersama kita, apalagi apabila mereka bertempat tinggal berjauhan dari kita -- jangan pernah melupakan mereka.

Dengan berpatokan kepada Tempatkan Mereka di Level Teratas di Hatimu, In Shaa Allah rezeki para anak yang berbakti ini akan lancar dan selamat hidupnya. Kelancaran dan kesuksesan dalam hidup tidak harus dibarengi dengan harta berlimpah.  Ada istilah yang mengatakan keberkahan itu datang kalau kita merasakan yang sedikit itu akan mencukupkan kebutuhan kita dan hidup kita akan damai selalu.


Bila dibandingkan dengan jerih payah seorang ibu mulai dari menjaga kehamilan yang dianugrahkan oleh Allah, menghadapi ketakutan, rasa was-was menanti  saatnya melahirkan dengan beragam perasaan: akankah bayiku ini lahir dengan selamat, lengkap semua organ tubuhnya, luar dalam, sehat tanpa cacat fisik dan jauh dari membawa cacat mental sejak dalam kandungan. Maka apa yang dialami oleh seorang ibu tidak akan terbalas oleh anak dengan cara apapun. Ada ucapan seorang Ustadz yang mengatakan: sekalipun kau dukung ibumu sampai ke Mekkah, jasa ibumu tak kan bisa kau balas. Subhaanallah. Begitu dahsyatnya kasih Allah Swt untuk seorang Ibu.

Last but not least: aku salut pada seorang kawan lawasku yang hijrah dari satu kota di Jawa Barat ke kota di Jawa Tengah demi keinginan yang kuat untuk berdekatan dengan kedua orang tuanya yang sudah sepuh. Agar keadaan kedua orang tuanya itu bisa dipantau dengan lebih teliti dan memuaskan hatinya. Semoga keberkahan akan dicurahkan oleh Allah Swt kepada temanku ini. I am proud of you, body, taking such a big risk for all your family -- mencari rumah yang dekat dengan orant tua, mencari sekolah untuk anak-anak dan mengajarkan kepada mereka untuk menghadapi kehidupan yang baru. In Shaa Allah HIJRAH akan membawa berkah bagi teman baikku ini. Aamiin.


Komentar

  1. Hani juga sebel Bund, kalau nemuin ada anak-anak yang berani sama orang tuanya. Bentak-bentak orang tuanya, bertengkar sama orang tuanya. Hani bicara keras pun tak berani sama orang tua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Hani, bahkan ada yang berani membanting di belakangnya. Semoga Allah mengampuni sikapnya karena bunda yakin dia tidak tahu apa yang sedang diperbuatnya. Mudah-mudahan berkah orang tua mengalir buat Hani dan keluarga kecil Hani. Kangeen... Terima kasih sudah mampir, ya.

      Hapus
  2. Tulisan di blog ini selalu bsa menyadarkan kelupaan saya sbg anak thd org tua..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe..
      Masa siiih? Alhamdulillah kl gitu. Mksh sdh mau berkunjung lg, Maestro.

      Hapus
  3. tapi bagaimana jika suami tidak mendukung dengan apa yang kita lakukan bun?

    BalasHapus
  4. :' Bunda, terima kasih ya remindernya.. :'
    Doakan yanet ya, semoga bisa jadi anak sholeha buat kedua orang tua..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haloooo...Delyanet Karmoni, udah lama sekali gak pernah berkomunikasi online, ya. Bunda juga sibuk, apalagi Delyanet. Terima kasih kunjungan Delyanet ke blog bunda. In Shaa Allah Delyanet In Shaa Allah sudah menjadi anak yang sholeha, tinggal ke sananya bagaimana menyikapi segala sikap dan gerak geriknya Yanet bila berhadapan dengan kedua ortu, apalagi kita harus menjaga lisan kita dalam bertutur kata. Jangan sekali-sekali meninggikan nada suara, karena itu akan menyakiti hati orangtua kita, walaupun mereka tidak mengutarakannya. Sekali lagi terima kasih ya @Delyanet Karmoni

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu