Permainan Zaman Aku Kecil versus Zaman Now

Bukan aku tidak menginginkan bentuk inovasi di berbagai bidang, namun ada baiknya juga perubahan yang terjadi tidak terlalu drastis terjadi dan ditrapkan apalagi ditiru oleh anak-anak yang, menurutku, belum waktunya bagi mereka menghabiskan waktu sedemikian lama menggenggam gawai. Tapi apa boleh buat, zaman telah berinovasi tanpa henti sehingga kini Permainan Zaman Aku Kecil versus Zaman Now sangatlah berbeda. Coba, lihatlah permainan yang diminati dan dicintai oleh anak-anak jaman baheula berbeda jauh dengan apa yang diminati oleh anak-anak jaman now. Begitu mengasyikkan permainan ketika aku kecil itu seperti yang pernah aku tulis dalam postinganku.

Ketika kecil anak-anakku hanya mengenal permainan yang juga aku tahu pada jaman kecilku. Selain nonton televisi atau sesekali nonton bioskop tak ada lagi kegiatan untuk anak-anakku kala itu. Ops, tentu saja hang-out bersama teman-teman sering dilakukan oleh mereka dan aku selalu mendukungnya. Karena dengan demikian mereka tidak terlalu boring dengan suasana di rumah yang hanya bertemu dengan para Mbak, buku-buku atau majalah anak-anak yang selalu aku sediakan untuk mereka. Melulu itu. Aku mengerti. Sangat. Pasti ada rasa bosan yang menerpa hati mereka.

Sebaliknya, kini, pada jaman now ini cucuku bahkan mengoperasikan gawai lebih yahud dibandingkan aku, sang Nenek. Apalagi kalau sudah main play-station, rasanya aku tak pernah ada di rumah karena asyiknya cucuku bermain, hingga ber-jam-jam. Nah, keberadaanku di rumah itu, bukanlah untuk menetap, tapi untuk menemani cucuku kala anakku belum pulang. Jadwal bagi cucuku selalu sama dari hari Senin sampai dengan Jum'at: Rumah--Sekolah--Rumah. 

Sesampainya di rumah, cucuku ganti baju rumah, cuci tangan dan kaki, langsung menggenggam gawainya lompat ke tempat tidur. Kemudian tenggelam dengan permainan apa saja hingga berjam-jam.   Tak bisa aku membatasi waktunya untuk berhenti berkutat dengan gawainya, karena aku tahu yang disukainya adalah nonton Stand-up Comedy, menyaksikan X-factor Junior dan acara-acara yang berkaitan dengan hiburan segar. Aku hanya mengkhawatirkan tentang lamanya waktu ia bermain gawai.

Aktivitasnya di rumah sepulang sekolah --  ruang-tamu untuk main PS -- kamar tidur untuk leyeh-leyeh dengan gawainya, lupa makan.  Setiap aku minta untuk makan selalu jawaban yang sama aku terima: : "Ntar, Bun!"

Apakah ada diantara teman-teman bloggerku yang masih aktif berkarir dengan meninggalkan anak (anak-anak) di rumah bersama Nenek dan Mbak? Sulit untuk memintanya mengurangi jadwal bermain dengan gadgetnya, karena ketika Mamanya di rumah pun akan dibiarkan.

Apakah karena Mamanya merasa guilty feeling meninggalkan anaknya seharian untuk ke kantor, sehingga memberinya keleluasaan untuk menggenggam gadgetnya sepuas hati? Apalah aku ini, hanya seorang Nenek yang hanya bisa menasehatinya dengan lembut. Tak lebih. Terkadang karena terlalu lama menatap layar handphone sambil berbaring, mata yang terlalu lelah ia jatuh tertidur dengan gadget di tangannya.

Ada hal-hal yang menggembirakan memang dengan keasyikan cucuku memainkan satu permainan zaman now yang mengasyikkan baginya. Dari sini cucuku mengenal teman-teman dari berbagai kebangsaan, melalui permainan PS.  Di sinilah aku gembira karena cucuku memperlihatkan kebolehannya mempraktikkan tanpa sengaja bahasa Inggris dengan logat yang mengejutkan. Karena belum tentu aku bisa berbicara dengan logat seperti yang dilakukannya. Katakanlah berbahasa Inggris ala Cowboy, hehe...  

"Hey, common, Dude...don't kill me, don't kill me. Hey, hey, where are ye, Bro...bla,bla,bla... yang bikin aku sampe tertawa geli. 

Seringkali aku tersenyum sendiri mendengar celotehan cucuku dengan rival mainnya secara online dalam permainan Fortnite.  Mengagumkan. Di sanalah ia mengeluarkan semua kebolehannya dalam berbahasa Inggris, walaupun dengan kata-kata yang kadang aku tak mengerti apa yang mereka bicarakan sehingga permainan menjadi sedemikian serunya. Atau grammarnya yang gak betul. Forget it! Yang penting cucuku penuh percaya diri mengucapkannya. That's it. 

Last but not least, I hope his mother will organize time schedule for him how many hours he is allowed to play gadget  after school -- I am not the one who has to do it. She does.  You know why? Because I am his Granny, I don't have the right to make the rule for him at home.

What about you?


Komentar

  1. Mungkin kalau anaknya suka olahraga atau kegiatan seni, hobi pegang gadget bisa dialihkan, Bun. Dan mungkin, mengarahkan minat mereka kadang nggak cukup sekali bilang. hehe.. cuma opini sih, ini. Tapi siapa tau minat si anak timbul. Selain main gadget diminimalisir, bakatnya di bidang itu terasah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu dia alhamdulillah bunda usulkan ke ke a bunda utk memasukkan cicu ke club badminton dan ternyata cucu bunda suka banget, malah dia minta masuk futsal dan dan s meja.

      Hapus
  2. Neneknya kereeenn...
    emang Bun, anak sekarang bisa belajar bahasa dari tontonan atau gamenya itu.
    anakku aja gitu Bun, kaget2 juga dengarnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihii..makasih pujiannya gegara berteman online sama emak blogger pinter siiih.

      Hapus
  3. Banyak anak yang terasah kemampuan bahasa Inggrisnya dengan gadget, Bunda. Memang dengan ibunya si anak, nenek harus seiya sekata ya, Bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, alhamdulillah sudah seiya sekata wlp terkadang madih seret, hehe ..

      Hapus
  4. Gawai ini masih PR besar, makanya sebisa mungkin aku mengurangi jam pegang gawaiku sendiri saat bersama mereka karena mereka kan mencontohnya ya dari orang tuanya sendiri *singh*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeeraaayy...sakuut deh sang mama belajar menahan diri. Usaha yg baik.

      Hapus
  5. Halo Bunda Yati. Jaman skarang memang anak-anak tuh banyak yang memilih menggunakan gawai ya daripada bermain di lapanganya. Tapi menurutku sebagai orangtua ya harus beri pengaraha ke anak ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, betul sekali, kami sdh mulai kearah itu. Albamdulillah, cucu sfh bnyk keinginan maxuk klub OR

      Hapus
  6. Zaman aku kecil mah mainnya lompat tali, galahsin, petak umpet, anak sekarang mah mainannya gadget, karena memang area outdoor yang luas sudah jarang di daerah perkotaan

    BalasHapus
  7. Saya deg banget lo Bunda Yati pas baca bagian ini:
    Apakah ada diantara teman-teman bloggerku yang masih aktif berkarir dengan meninggalkan anak (anak-anak) di rumah bersama Nenek dan Mbak? Sulit untuk memintanya mengurangi jadwal bermain dengan gadgetnya, karena ketika Mamanya di rumah pun akan dibiarkan. Memang sih saya kerja di rumah. Dan pas saya megang gawai dsb untuk urusan kerjaan, sampai ngebiarin anak akhirnya sibuk sama gawai juga. Akhirnya sering saya ngalah buat begadang. Biar kalo anak pas nggak tidur saya beneran bisa nemenin dia.

    BalasHapus
  8. Alhamdulilah klo soal gadget ini anak2 saya sudah paham. Saya memberitahu mereka, kalau orangtuanya memang bekerja lebih banyak menggunakan gadget. Penting membangun komunikasi sama anak2. Anak diberikan gadget atau tidak itu, pilihan orang tuanya. Orang tua mengarahkan dan mendampingi. Pun memberikan alasan kenapa tak boleh pegang untuk saat ini

    BalasHapus
  9. Emang beda permainan Kids jaman now dengan Kids jaman old yah kak, tapi menurutku permainan anak2 jaman sekarang gak seasik dulu. Kenapa? Karena game Kids jaman now lebih individualis,

    BalasHapus
  10. Kalo memang akan diatur jadwal pegang gadget nya, tentunya harus melalui proses, ya Bunda.. Kan ga mungkin tuh langsung potong saja kebiasaannya..bisa2 anak malah stress hehe..
    Mungkin mengalihkan dg aktifitas fisik bersama teman / anggota kelg lain bisa jadi alternatif ya Bunda..

    BalasHapus
  11. Anak sulung udah punya gadget sendiri udah kls 3 SMP tapi penggunaannya diawasi banget bund. Agak khawatir kalau pegang gadget terlalu lama dan ga kekontrol

    BalasHapus
  12. anakku juga suka gadget tapi aku batasi Bunda karena ga mau tergantung sama benda itu tapi syukurnya anakku tipe yg ga betahan diem senangnya loncat2 jadi kalaupun pegang gadget paling buat dy setelin lagu selebihnya dy loncat bikin emaknya dag dig dug :p

    BalasHapus
  13. Kalo menurut aku sih sebaiknya dijadwalkan waktu bermain dengan gawainya, Bun. Misalnya boleh tipa hari tapi cuma 2 jam saja sehari. Atau selama jadwal sekolah dilarang main dan hanya boleh saat weekend saja. Aku menerapkan hal ini sama anakku. Syukurlah dia nurut. Soalnya kalo gak dibolehin sama sekali kasian juga, dia jadi gaptek. Tapi kalo dibiarin, takutnya malah jadi 'candu', hihi

    BalasHapus
  14. Kalau permainan anak jaman dulu membutuhkan interaksi dengan te,an-temannya ya. Kalau sekarang serba ke gadget. Tapi anak-anak juga pelru mengenal supaya gak kuper asalkan ada batasan dan pendampingan dari orang tuanya

    BalasHapus
  15. Iya Bun memang anak2 sekarang nyaris selalu pegang gawai. Makanya saya sering aja jalan2 ke luar gak boleh pegang hape.

    BalasHapus
  16. Beberapa waktu lalu anakku sempat kecanduan gadget, Bun. Bangun tidur bukan mamanya yang dicari melainkan hapenya, trus gak mau tidur sebelum hapenya lowbet sampe bawah matanya jadi menghitam. Untunglah gadgetnya itu rusak dan kami gak mau memperbaikinya, akhirnya sekarang dia mainnya nor mal lagi, main robot-robotan, lego, menggambar atau nonton tivi

    BalasHapus
  17. Setiap orangtua dan keluarga pasti punya alasan tersendiri ya bun memilihkan permainan untuk anaknya. Iya termasuk gadget namun jika bisa di batasi pasti keren bunda, jadi anak juga selain kemampuan bahasanya meningkat juga dapat belajar disiplin menggunakan waktu serta belajar mandiri dalam keseharian. Semangat bunda..

    BalasHapus
  18. Kami sudah jarang mengingatkan anak-anak dalam bermain gawai.
    Alhamdulillah,
    Kesibukan di sekolah sangat menguras tenaga sehingga di rumah, inginnya leyeh-leyeh sama Mama dan Abi saja.

    BalasHapus
  19. Mohon maaf bunda...

    Boleh tahu usia cucunya, berapa?

    Jika memang sudah mengkhawatirkan, minta bantuan pihak ketiga (psikolog atau ahli parenting), untuk mencari solusinya.

    Karena aku percaya, setiap anak itu unik dan perlu pendekatan yang berbeda-beda.

    Semoga membantu ya bunda...

    BalasHapus
  20. Orang tua saya kadang malah nyetelkan TV walau saya bilang jangan disetel, Bund. Ada rasa nggak adil dulu pas kecil nonton TV dimarahi, cucunya malah disetelkan TV hihi

    BalasHapus
  21. Memang sih bund, gawai ada positif dan negatifnya. Bisa bahasa inggris bagus tuh bund. Dulu ada tetangga saya, masih anak anak tapi susah banget lepas dari gawai. Efeknya matanya kedip terus menerus. dan kalau dipanggil seolah enggak peduli atau enggak ada konsentrasi saya enggak tau. Alhamdulillah kalau cucu bunda sudah punya kegiatan diluar rumah. semoga bisa menggurangi penggunaan gawai

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu