KHAYALKU MENJADI PEREMPUAN YANG SEMPURNA (Bagian I)

Postingan  berjudul Khayalku Menjadi Perempuan yang Sempurna ini adalah tulisan yang aku ikut-sertakan dalam lomba menulis bersama KEB dengan tema STOP MOM's WAR. Ternyata tulisanku belum bisa dikategorikan sebagai bagian dari nomor-nomor tulisan lain yang akan dibukukan. Tak mengapa. Yang penting aku sudah berpartisipasi dalam lomba tersebut semaksimal yang aku bisa. 
Nah, agar tulisanku tetap bisa aku nikmati, maka tak ada salahnya kan, kalau aku muat sebagai postingan di blog ini. Yuuuk, silakan mengikuti. Baidewei, karena tulisanku agak panjang, terpaksa aku jadikan lebih dari satu episode ya, hehe...
Source: medsoskini.blogspot.com


Setiap wanita yang normal ketika masih lajang pastilah membayangkan untuk membina rumah-tangga saat usia sudah menapaki kepala dua.  Ketika itu aku berusia 28 tahun dan belum ada tanda-tanda akan mendapat pendamping yang akan menjadi Imam kelak dalam kehidupanku. Aku hanya memiliki seorang teman yang sehilir semudik ke mana pun aku pergi dia selalu mendampingiku. Tapi kami tak pergi berdua, selalu ada adikku yang ikut bersamaku. Ke mana pun.

Tidak salah andai aku mengira pria itu jatuh cinta pada adikku. Namun seiring berjalannya waktu, Allah rupanya berkehendak lain. Dia mengutarakan kata hatinya kepadaku. Ya, Allah, Engkau Maha Segalanya. Kau tahu apa yang ada dalam hatiku. Rasa iri, rasa tak pernah mendapat perhatian seperti yang dimiliki oleh adikku dari laki-laki itu. Diam-diam ternyata aku sayang padanya. Ampuni aku, adikku. Tak ada sedikit pun niatku untuk merebutnya darimu.

Waktu pun terus bergulir. Kami bertiga menyadari hati yang mana untuk siapa. Adikku sangat mengerti, bahkan ia menyatakan tak pernah sedikit pun mencintai laki-laki itu. Alhamdulillah, ya Allah. Berarti aku tidak merebut hati yang dimiliki oleh lelaki itu dari adikku tersayang. Setelah semua jernih persahabatan antara dia dan adikku tetap berlanjut. Sedangkan kami menentukan akan melangkah lebih serius ke jenjang yang diidamkan oleh setiap insan yang diberi perasaan normal oleh Allah Sang Pencipta.
Source: Google

Singkat cerita, kami pun melangsungkan pernikahan dalam keadaan yang sangat sederhana pada tahun 1967. Kala aku sedang menantikan berita ditutupnya perusahaan tempat aku bekerja karena perusahaan besar itu dinyatakan pailit. Amboi, apa jadinya nanti setelah kami menikah dan dikaruniai anak? Aku hanya berpasrah kepadaNya. 

Yang kini harus aku jalani akan aku terima dengan rasa bersyukur. Tak bisa kupungkiri ada juga terselip tanda tanya jauh di relung hatiku tentang akankah dia, laki-laki yang akan menjadi ayah anak-anakku kelak ini bisa menghidupi kami. Wajar saja pikiran itu muncul dalam benak. Aku akan segera menjadi seorang pengangguran dan dia yang aku kenal hanya memiliki kepandaian memotong dan menjahit pakaian, termasuk stelan jas dengan penghasilan yang tak menentu. Ya, ia seorang penjahit pakaian. Tapi segi otakku yang baik seolah berteriak: “Kau harus sadar, rezeki ada di tanganNya. Dan kau juga harus menghargai dia, sekecil apapun penghasilannya. Sangat jarang lelaki dengan kepandaian seperti yang dimiliki oleh suamimu. Bila kau mensyukurinya, rezeki yang hanya sebesar butiran beras pun akan  terasa begitu besar bila diterima dengan hati dan dada yang lapang!”

Aku tersentak. Mungkin inilah akibat aku menyimpan sebuah keinginan aneh ketika masih berpredikat wanita lajang. Walau tak terucap, aku selalu ingin suatu ketika akan berdampingan dengan seorang pria gagah, rupawan, baik hati dan soleh, sekalipun ia bukan seorang kaya. Inilah yang Allah berikan untukku. Aku harus menerimanya sekecil apapun penghasilan yang akan ia serahkan kepadaku. Allah telah menjabah do’a dan keinginanku. Dia adalah laki-laki sempurna di mataku. Melalui perkenalan yang singkat dan tak terduga tetap harus aku terima dengan hati berbunga-bunga. Aku tidak akan mendapat sebutan “perawan tua” di usiaku yang 28 tahun dari mereka-mereka yang berhati culas dan bermulut nyinyir.  Alhamdulillah, ya Allah. 


(BERSAMBUNG)


Komentar

  1. Walaupun perusahaan akan tutup tapi bunda dapat rezeki lain ya

    BalasHapus
  2. Terharu sama perjalanan Bunda, Alhamdulillah ya Bun, bisa sehidup semati sama suami dan apalagi anak-anak sama cucu2 bunda sekarang sayang banget sama Bunda,, Ahh sehat dan bahagia terus ya Bun,, Kangen nih pengen meet up hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Itu salah satu kenapa bunda selalu young at heart. Makasih, Mel, kunjugannya.

      Hapus
  3. Rejeki bisa datang dari pintu mana saja ya, Bun. Sehat selalu untuk Bunda, semangat untuk menulisnya loh, keren banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, tanti. Aamiin. Terima kasih do'anya.

      Hapus
  4. Bagaimana denganku nanti ya? Aku tinggal di kampung dan ya lumayan dengan omongan2 yg kaya Bunda sebut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jiaaah...biarkan mereka melolong Jiah tetap berlalu, santaaai.

      Hapus
    2. Saran sih mending kabur sementara Mbak. Di kampung lebih sadis suaranya jika soal usia dan belum nikah. *pengalaman sayah ini.

      Hapus
    3. Ida Raihan, coba waktu kita kenalan ya, kabur bareng deh. Tp alhamdulillah jodoh bunda pas di usia 28.

      Hapus
  5. Allah Maha Tahu apa yang dibutuhkan oleh HambaNya ya Bun.
    Duuh, jadi gak sabar nunggu lanjutan ceritanya nih Bun :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, mbak Diah, apalagi kita rajin meminta kepada Allah di atas sajadah. Terima kasih kunjungannya ke sini

      Hapus
  6. Betul mba rezeki sudah Allah yang atur, saya juga awal menikah benar-benar mulai dari nol

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tos dulu kita, yuk. Disitu sih sebetulnya seninya, ya. Terima kasih sudah jadi tamu bunda.

      Hapus
  7. Rezeki siapa yang tahu ya bunda, penasaran sama kisahnya lanjut bunda :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Allah kan Maha Segalanya. Yuuk, ditunggu.

      Hapus
  8. Wahh bunda aku pun nikah dengan suami lewat perkenalan singkat, jadi setelah menikahlah justru kami pacaran :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tos dulu deh. Nyatanya tambah gimanaaa gitu kita, ya.

      Hapus
  9. Rezeki , jodoh dan maut hanya sang pencipta yang tahu, kita harus ikhtiar untuk berusaha mendapatkanya yg lebih baik

    BalasHapus
  10. Bunda yati diajarin jahit nggak sama suami? Haha kepo aku. Krn 2 tetanggaku yg suaminya punya tailor, nggak ada yg ngajarin istrinya jadi penjahit. Jadi 2 tetanggaku para istrinya ga ada yg bisa jahit bahkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe ..bunda cs sama tetangga ya mbak Ade Anita, aplg ini harus menghadapi mesin potong electric yg bisa motong sekaligus susunan setinggi kira2 20 cm bahan celana.

      Hapus
  11. Hhehe, jd inget sama bapakku seorang penjahit, tetapi dari itu aku dan semua adik bisa sekolah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Profesi apapun kalau dijalankan dengan fokus dan serius bisa menghasilkan yg diinginkan.

      Hapus
  12. NAmanya rezeki gak akan tertukar ya, Bun. Bahkan Allah sellau memberikan yang terbaik. Tinggal bagaimana manusianya bersyukur :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Chi, disertai niat tulus demi keluarga.

      Hapus
  13. Bunda, setuju banget kalau rejeki itu siapa yang tahu ya. Alhamdulillah skarang bunda Yati sudah mendapatkan yang Bunda inginkan ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibarat dulu menyemai, sekarang alhamdukillah bisa memetik hasilnya. Aamiin.

      Hapus
  14. Rejeki siapa yg tau ya, mom. Saat kita tekun terhadap tanggung jawab kita, pasti Tuhan bukakan jalan.
    Ditunggu cerita selanjutnya ya, mom ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Jeannette, sebagai umatNya yg beriman kita harus akan hal itu.

      Hapus
  15. Alhamdulillah Allah selalu kasih jalan ya Bunda.. Semoga bunda dan keluarga selalu sehat :)

    BalasHapus
  16. Seneng deh baca kisahnya Bunda Yati, setiap manusia memang tinggal menjalani saja,semuanya bisa diterima dengan ikhlas, sehat slelau ya, Bunda

    BalasHapus
  17. Alhamdulillah, suami Bunda sosok yang baik. Alhamdulillah ya Bunda menerimanya seutuhnya. Kayak apa ya lanjutannya, Bunda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, betul, di matanya bunda adalah wanita tercantik sejagat raya, hehe... Monggo.

      Hapus
  18. Rejeki itu min haistu la yahtasib ,datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Gitu kata Quran ya bund. Terimakasih bund untuk kisah inspiratifnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih juga andai ini dikategorikan kisah inspiratif. Terima kasih kunjungan Siti ke blog bunda.

      Hapus
  19. Bun, MasyaAllah. Ku kagum dengan Bunda. Di usia bunda skrg masih semangat menulis dan menebar inspirasi. Ditunggu kisah selanjutnya, Bundaaa.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Allah masih memberi kesempatan pada bunda untuk mengaktifkan pikiran bunda. Silakan ditungggu, hehe... besok In shaa Allah.

      Hapus
  20. Pada zaman Bunda pasti belum ada Mom War ya, jadinya tulisan Bunda belum sesuai yg dimaui KEB.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihiii...iya, pastinya. Untuk tulisan ini jelaslah terlempar jauh ke tempat yang paling jauh. Tapi alhamdulillah bisa juga dimuat sebagai postingan di blog bunda.

      Hapus
  21. Kok sama, Bun, daku juga menikah usia 28 tahun. Namun di jamanku udah biasa ya perempuan usia segitu 'baru' menikah. Ga ada yang nyinyirin lagi. Malah yang nikah muda yang kena nyinyiran :)) Aaahhh manusia memang begitu, lidah tak bertulang, mudah sekali berkata-kata yang menyakitkan hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 28 usia bunda di tahun 1967, Niek. Pasgtinya Niek belum lahir tuh. Memang lidah tak bertulang ya. Tapi ngapain juga sakit hati, kan semua itu Allah yang mengaturnya.

      Hapus
  22. Alhamdulillah ya bun :D
    Btw 28 tahun zaman skrng udah gak ada yang "nyinyirin" kalau blm nikah kyknya. Zaman berubah ya bun hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali 28 + 28 juga gak akan ada yang nyinyirin selama ia berkarir. Terima kasih sudah mampir.

      Hapus
  23. Rejeki selalu hadir tanpa di duga ya.
    Seperti suami yg sempurna adalah rejeki tak ternilai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suami yang baik adalah anugerah Allah. Terima kasih sudah mampir.

      Hapus
  24. wahhh penasaran dengan lanjutan kisah Bunda dan suami. Ternyata suami bunda adalah sahabat adik Bunda yaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...bukan sahabat adik bunda tapi sahabat kami sekeluarga dan sahabatnya mantan bunda, yeeeaayyy. bingung, kan. Lanjutannya monggo diikuti besok, Insya Allah.

      Hapus
  25. aah Bunda, mengenang memori puluhan tahun lalu. Aku nyimak kelanjutannya yaa. Aku sendiri suka dengerin cerita bagaimana ibu dan ayahku akhirnya menikah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayooo... siap menyimak, mudah-mudahan hape gak ngadat alias lemooot banget dan laptop gak lompat-lombat kayak bajing lomcat.

      Hapus
  26. Menanti lanjutannya ya,Bunda. Ikut penasaran dan deg2an dengan episode cerita di universitas kehidupannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau kisah ini bisa bikin penasaran pembaca. Yuuk, sia ya besok listing link lagi yooo...

      Hapus
  27. Jadi penasaran dengan cerita selanjutnya bun, tetap semangat menulis ya Bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. In shaa Allah masih diberi kekuatan untuk tetap menulis. Yuuuk, ditunggu.

      Hapus
  28. Salut dengan perjalanan bunda, semoga selalu diberi sehat ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Chichie, terima kasih. Itulah perjalanan hidup yang bikin bunda tegar. Aamiin. Terima kasih do'a Chichie.

      Hapus
  29. Wah, pas lg asik baca tau2 bersambung. Hehe. Keren bun, bunda punya prinsip yg hebat n hati yg teguh. Btw, kmrn ak mau ikut jg antologi stop mom war ini. Tp gak jd, heu. Sayang banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti lagi jangan suka menunda apa yang ingin dilakukan, ya. (this is an order, hehehe..,). Bunda aja ikutan lomba menulis ini setelah di baca sendiri memang kurang pass untuk tema STOP MOM's WAR Tadinya sih mau dibuat gak bersambung 2300+ words jadilah diputuskan 3 episode, wkwkwk...

      Hapus
  30. Saya menikah usia 27 itu pun udah banyak yang bilang gak lakuuu. Maklum lah dilangkahin 3. Hehe... setelah nikah pun takdir Allah memilihkan agar bercerai lagih. Hikz...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Allah punya rencana yang lebih baik buat Ida Raihan. Bersabar dan berdo'a, jodoh tak akan tertukar, katanya jodoh juga rezeki. Terima kasih sudah mampir.

      Hapus
  31. Perjalanan hidup manusia sudah digariskan Allah. Kita harus ikhlas menjalaninya dengan rasa syukur ya, bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eryvia Maronie cantik, betul sekali. Allah Maha Mengatur apa yang diperuntukkan bagi umatNya.

      Hapus
  32. Aku tunggu kelanjutan ceritanya, Bundaaa. Duh, kebayang ya gamangnya dihadapkan dalam siuasi seperti ini. Udah dapat kepastian menikah, datang ujian berikutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah sebabnya menjadi perempuan yang tegar. Monggo, ditunggu ya, besok.

      Hapus
  33. Terus, aku penasaran kelanjutannya. Hihihi... Suka kalau baca postingan true story' kayak gini, apalagi ngomongin jodoh, seru!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gara-gara ikutan lomba menulis STOP. MOM's WAR bunda jadi curhat abis deh.

      Hapus
  34. Bunda.... kisahnya bikin terharu. Jodoh memang tidak akan pernah tertukar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, andai kisah ini mampu membuat reader(s) terharu. Betul, seperti juga rezeki, ya.

      Hapus
  35. Wah saya jadi penasaran ingin tahu lanjutan ceritanya, bunda. Pasti menarik ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ada keingintahuan dari Elisabeth. In Shaa Allah tetap menarik. #bundaGeEr)

      Hapus
  36. Wah bunda ceritanya nanggung nih. Udah serius baca sampai bawah trus bersambung ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Sari, maklum bunda kan newbie mulu dari dulu. Takut kebanyakan karena wordingnya 2300+ Ternyata ikutan GBW ini hampir semua blogger membuat postingan puanjaaang banget. Lain kali kalo ada cerita yang ribuan wordingnya, mending bunda jadikan satu postingan.

      Hapus
  37. Masyaallah. Yang namanya menikah ya ujiannya sejak awal ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Farida, gak setiap orang koq untuk menikah mengalami ujian sejak awal. Terima kasih kunjung Farida ke blog bunda.

      Hapus
  38. Wah, bunda nikahnya sama kayak orang tuaku. Aku tunggu kelanjutannya ya bunda, penasaran dengan jalan cerita berikutnya

    BalasHapus
  39. Bundaa, tidak sabar lagi menunggu bagian 2nya tayang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabaaar, Niar sayang. Orang sabar kan disayang Allah. Aamiin.

      Hapus
  40. Menunggu cerita selanjutnya, bagian pertama saja seru, nggak sabar buat cerita lengkapnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Indah, kalo tahu rekan-rekan blogger di Grup pada bikin postingannya puanjang-puanjang, pasti bunda akan buat kisah ini dalam satu postingan. Monggo di-enteniii...

      Hapus
  41. Aku nikah saat usia 23 tahun. Duh... seru banget ceritanya. Siap-siap ke cerita bagian selanjutnya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iiiicch, muda amat, Nia. Alhamdulillah dibilang seru. Anak-anak bunda belum baca nih, karena belum bunda share linknya.

      Hapus
  42. Ah Ophi baru tahu kisah cinta Bunda yang smp sekarang berjalan indah
    bahagia dan sehat dikelilingi anak dan cucu...
    shalih yg utama rezeki bs dicari bareng ya bund

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, itulah yang membuat bunda young at heart kali ya?

      Hapus
  43. Sepertinya udah baca yang ini dan kedua, yanmg ketiga blm kah bun?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...karena bunda ngikutin drop link di dua grup dan memposting kisah yang sama mungkin yang kedua bukan di sini, sayang. Gakpapa deh ya, biar hafal cerita bunda wkwkwk...

      Hapus
  44. Allah Maha Tahu dan Allah Maha Kaya ya Buda.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Witri. Terima kasih kunjungannya ke blog bunda. Tanpa GBW mungkin Witri gak sampai ke rumah online bunda, ya, hehe...,

      Hapus
  45. Alhamdulillah ya bun cobaan demi cobaan bisa dilewati..salut dengan Bunda Yati

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu