Khayalku Menjadi Seorang Perempuan yang sempurna [BAG.III-selesai]


 
Source: otodidak.blogspot.com


Tanggal duapuluh tujuh bulan Pebruari tahun seribu sembilan ratus enampuluh sembilan, lahirlah bayi mungil kami. Bayi laki-laki pada malam Hari Raya Idhul Adha melalui kelahiran normal di Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Jalan Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat, dengan berat 2,8 kg dan panjang 52 sentimeter. Kelak ia akan menjadi seorang pemain volley atau basket karena tingginya, ” kataku berbisik sambil menyerahkannya ke tangan suamiku. Ia menggendongnya dengan senyum lebar.  Mengangkatnya tinggi hingga kepala mungil itu menyentuh bibir suamiku. Dibacakan ayat-ayat suci Al Qur’an di kedua belah telinga bayi kami silih berganti.


Tiga hari aku berbaring di rumah sakit dengan sebuah cradle di samping tempat tidurku. Tak puas-puas aku memandangnya. Hidungnya mancung seperti hidung suamiku, ayahnya. Rambutnya lebat dan hitam diberikan oleh Allah yang Maha Pengasih. 

Selang 12 jam setelah aku melahirkan, mata ini terasa berat sekali tapi kenapa kedua belah buah dadaku terasa berdenyut dan agak sakit. Terasa keras.  Ada apa ini? Aku coba memencet bel yang ada di bagian atas tempat tidurku. Seorang perawat datang dan menanyakan apa yang bisa ia bantu.

“Suster, kedua belah payudara saya terasa keras dan sakit.”  

Alih-alih menjawab pertanyaanku, Suster berlalu sambil tersenyum. Ia kembali dengan menggendong bayiku.

“Coba, yuk, saya bantu ibu untuk menyusukan bayi mungil ibu” ujarnya ramah.

Tapi rupanya bayiku kesulitan untuk menemukan puting susuku. Ya, ampun, ternyata payudaraku hanya sedikit menonjolkan putingnya. Suster cepat menangkap gurat kecewa di wajahku.

"Gak apa-apa, bu. Banyak para ibu yang keadaannya seperti ibu. Puting susunya kecil." hiburnya

Setelah beberapa lama aku coba sesuai petunjuk Suster, aku berhasil menyusukan bayiku pertama kalinya.  Tapi bayi ini terlihat sangat aktif, kepalanya terus bergerak mencari-cari walaupun puting susuku telah berada dalam mulutnya yang mungil dan lucu.

Aku masih ingat betapa mesranya posisiku bersama bayiku ketika pertama kali ia menyusu.  Ibu jari dan telunjukku aku gunakan untuk menahan payudaraku agar bayiku tetap bisa mengisapnya dengan nyaman.

Ya, Allah, Kau beri aku kesempatan untuk menjadi perempuan yang sempurna. Air Susu anugerahMu telah memancar dengan baik. Anakku  merasakan pertama kali menghisapnya. Seperti itu pulalah pastinya ketika aku bayi, merasakan air susu ibuku. Isapan yang membuat hati ini bahagia tak terperikan. Siklus itu akan selalu kembali dan berputar: ibuku, aku, dan kemudian anak-anakku yang perempuan kelak. Subhaanallah.

Lagi, selintas aku mengingat kata-kata Suster ketika pertama kali aku melahirkan. Kenangan ini tak pernah aku lupakan:

“Tunggu, ya, Bu,” Suster itu berkata lebih ramah lagi. Ia berlalu dan kembali dengan sebuah kotak.
“Ini alat untuk memompa air susu ibu, puting susu Ibu sulit dihisap karena datar, Bu” katanya sambil mengeluarkan pompa yang dimaksud. Suster yang baik itu mengajarkanku cara memakainya. Ternyata, Alhamdulillah, air susuku keluar dengan lancar. 

“Ibu teruskan memompanya, ya, supaya Ibu terbiasa melakukannya. Dengan demikian juga akan memicu munculnya puting susu  ibu. Ibu tidak boleh menyerah, harus dengan sabar berusaha agar bayi ibu  mengisap air susu ibu.   Saya akan kembali,” suara Suster itu begitu lembut.  

Mengingatnya aku jadi tersenyum sendiri.

*****************

 Note: Hikmah yang bisa diambil dari ceritaku di atas:

Ibu melahirkanmu dengan menyabung nyawa -- napas berkejaran -- peluh bercucuran
Hargai dan sayangilah ibumu ketika telah renta dan papa
biasakan dirimu untuk mendengarnya mengulang-ulang perkataan
usah kau kesal dan perlihatkan perubahan raut wajahmu karena itu tanda kerentaannya
jangan pula kau sodorkan tanganmu dengan kasar ketika menyeka makanannya yang tertumpah
karena itu tanda motoriknya sudah tidak lagi bekerja dengan sempurna
Hargai dan sayangilah ibumu ketika telah renta dan papa
karena kau pun akan berada di sana
dan ingat satu hal yang pastinya kau berusaha melupakannya
di setiap  langkahmu dan kesuksesan yang kau raih terselip do'a ibumu
yang dijabah oleh Allah Swt. Aamiin


SELESAI

Komentar

  1. Duh, jd terbayang lagi momen2 aku habis melahirkan, beneran deh ya bunda, rasanya ituuu, hidup udah sempurna

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Noe, bener banget. Plooong perasaan tuh ya. Gak berasa lagi and udah lupa sakitnya, mulesnya. Pokok-e buahagiaaa banget. Makasih kunjungannya, Noe.

      Hapus
  2. Aku jadi inget 6 bulan lalu bunda haru, sedih, senang bercampur terlebih lagi saat menyusui rasanya memang bahagia y bunda :) kenangan banget ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenangan termanis, herva yulyanti, gak ada yang bisa ngalahin perasaan kita saat itu. Makasih kunjungan herva.

      Hapus
  3. Menjadi ibu dan menyusui benar-benar ,oment indah yang membuat saya pun berpikir menjadi smepurna, Bunda Yati telah mendeskripsikannya dengan sangat indah

    BalasHapus
  4. Kalau saya jadi putra Bunda dan membaca tulisan ini, pasti akan sangat terharu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Chi, gak ada satupun anak bunda yang suka ngeblog, karena itu seringkali bunda sharalinknya ke Facebook mereka, hehe...tak satu jalan ke Roma, kan? Makasih kunjungan Chi ke sini.

      Hapus
  5. aku baca ini jadi inget mamaku, inget pas ngelahirin kemarin huhuhu... bener-bener ya seorang ibu itu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seorang ibu harus penuh pengorbanan, mbak Handdriati. Karena itu kita sebagai ibu harus pandai-pandai mengontrol lisan kita, karena bukan hal yang mustahil suatu saat anak itu berkata kasar dan menyakiti hati ibu (ketika mereka sudah dewasa). Jagalah lisan kita. Karena ucapan kita sebagai ibu adalah do'a. Terima kasih mbak handdriati sudah berkunjung.

      Hapus
  6. Aih, pertama kali menyusui memang momen yang sangat berharga ya bun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu adalah saat-saat yang paling membahagiakan, apalagi kalau ASI kita memancar dengan deras ketika menyusui, hehe...

      Hapus
  7. Bunda aku salut sekali, itu kejadian 1969 tapi bunda masih ingat secara detail peristiwa demi peristiwa nya.. ih ngefans lah sama bunda hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rizka, bagi siapa pun segala peristiwa manis dan mengesankan pasti akan terus bergelayut dalam ingatan seseorang. Terima kasih kunjungan Rizka.

      Hapus
  8. Bundaaa, jadi teringat saat anak lahir pertama kali ya bun. Rasa sakit dan capek abis melahirkan jadi lenyap seketika dan diganti dengan kebahagiaan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Alida. Ketika itu seperti ada yang menggolosor hangat dan rasa sakit itu seketika tak ada lagi, kan, bahkan dengan suara penuh antusias: "Dokter, anak saya gimana? Lengkap Dok....? Itu dia sensasinya melahirkan. Terima kasih kunjungan Alida ke blog bunda.

      Hapus
  9. Duuuh, aku jadi keingetan mamaku. Ihiks... aku rasanya jadi anak gak tahu diri. Mau nelpon mama ah. Aku kangeeen jadinya. :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nia, udah nelpon mama, belum? Jangan suka merasa seperti itu donk, ah! Kan kesibukan terkadang menghadang kita untuk bersilaturakhim dengan mama. Rasa kangen bisa tinggal menggenggam hape koq, hehe... atau WA trus tanya deh: "Mama lagi ngapain?" Itu udah pertanyaan yang paling bikin hati gimanaaa...gitu. Come on, do it.

      Hapus
  10. baca cerita bunda ini jadi teringat saat-saat saya melahirkan anak pertamaku hampir 7 tahun lalu. Rasanya kejadian itu baru terjadi kemarin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk diulang lagi mbak untuk momen bersejarah ini buat anak kedua hehe

      Hapus
  11. Masya Allah Bunda masih ingat dengan detail padahal itu kejadian sudah 1969.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya donk, Rani, sayang...bahkan nama dokter, wajah dokter yang ganteng pun masih ada dalam ingatan bunda. Dokter sudah almarhum, sudah lama sekali.

      Hapus
  12. Duh Bunda...saya
    terharu membaca paragraf terakhir..karena saat ini sedang merawat ibu yg sudah renta.. Semoga Allah selalu memberi kemudahan bagiku dalam membahagiakan ibu.. Aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sehat2 selalu ya Bunda.. BTW, hari kelahiran puteranya beda sehari dg saya..hehe..

      Hapus
    2. Mechta, rawatlah beliau dengan sepenuh kasih, karena di sanalah surga yang Allah sediakan untukmu. (bunda koq jadi berkaca-kaca nih mata bunda dan leher bunda serasa tercekik, pengen nangis. Akankah ada nanti anak yang merawat bunda seperti Mechta? Nobody knows. Only God knows. Bunda hanya berpasrah diri saja dan mohon diberi kesehatan. Karena sesayang-sayangnya anak, ketika kita renta, hanya Allah yang menjaga hatinya agar tidak berubah terhadap ortu ketika sudah tak berdaya. Semoga ibu Mechta selalu mendapat berkah dai Allah dan cepat pulith ya. Aamiin.

      Hapus
  13. Itu lah Bunda, ketika udah jadi ibu, seorang perempuan baru memahami perjuangan ibu yang melahirkan kuta dulu seperti apa. Speechless baca artikelnya, makasiih udah diingatkan ya Bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu sayang, kenapa menuliskannya di postingan karena terinspirasi oleh kejadian-kejadian yang bunda lihat dengan mata kepala sendiri banyak anak-anak ketika dewasa, berhasil dan sukses mereka jadi bossy. Alhamdulillah ketiga anak perempuan bunda masih diberi Allah keteguhan iman untuk menjaga dan merawat bunda. Itulah yang membuat bunda selalu keliatan young at heart, kan? hehe...


      Hapus
  14. Jadi inget pas lahiran anak pertama. Rasanya nano-nano

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salma, rasanya nano-nano tuh yang gimana ya, hehehe... tapi iya, lahiran anak pertana dan seterusnya sih sama aja rasa sakitnya tapi kebahagiannya sama persis, plooong...gitu lho, ilang rasa khawatir dan etc, etc, etc,

      Hapus
  15. anak memang karunia luar biasa ya Bunda...aku juga menikmati sekali masa-masa menanti buah hai untuk pertama kalinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buah hati yang pertama memang sesuatu banget, pertanda Allah menganugerahkan kita dengan kelebihan. Tapi lahiran anak-anak berikutnya tetap aja sangat bikin surprise, kan.

      Hapus
  16. Ah Bunda, saya jadi teringat lagi momen pertama menyusui si kecil dulu. Momen terindah setelah melahirkannya ke dunia :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dewi, sekarang si kecil itu sudah umur berapa? Disusul berapa kelahiran setelahnya, hehehe...

      Hapus
  17. Jadi ibu itu terus berjuang ya mulai dari hamil, melahirkan sampai pasca melahirkan harus berusaha ASInya keluar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Lidya. Itulah kodrat yang maha bikin kita bahagia, kan? Makasih kunjungan Lidya ke sini.

      Hapus
  18. Momen awal menyusui itu emang seru dan indah. Kalau sekarang diingat bisa jadi cerita tapi pas dulu anak pertama emang bikin nangis huhuh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paling seru deh pokoknya, bingung gimana, gimana, gimana ini. Kalau sekarang kan udah banyak pelatihan dan Seminar tentang Bumil Busui, kan. Jamannya bunda mah mana ada? Jadi ya arahan suster pertama bikin selalu inget sama susternya.

      Hapus
  19. Ya Allah bu, aku jadi ingat almarhumah Ibu saya, Alfatihah buat beliau. Teringat ketika sedang masuk usia renta, kadang dengan sibuknya saya juga mengurus anak-anak saya ada rasa tidak perduli saya, tidak sengaja tapi mungkin beliau peka. Semoga almarhumah ibu diterima Amal Ibadah oleh -NYA. Amin Yaa Robb

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seorang ibu itu maha penuh pengertian akan kesibukan anak-anaknya, kalaupun mereka gak bisa merawat sepenuhnya.

      Hapus
  20. Wahhhh.. gegara postingan Bunda, jadi pada flashback masa-masa awal menyusui nih.. hehehe. Momen meng-IMD-kan anak jadi pengalaman yang berkesan juga buat saya.. lihat dia manjat-manjat mencari sumber makanan, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangga ya, kita sebagai seorang ibu. Iya, gak sih, Dwi Septiani? Meng IMD itu opo toh? #kuperyasibunda. Istilahnya bisa aja pake manjat segala, emangnya kita para blogger yang kalo baru buka link yang udah buanyaaak banget, terpaksalah manjat, hahaha,,.

      Hapus
  21. Haopy ending 😊 turut bahagia rasanya, seolah berada di ruang persalinan dan ikut memandang bayinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Very good imagination, my Fairy Books. Thanks for being here.

      Hapus
  22. Alhamdulillah akhirnya punya momongan juga. Harta berharga yg ditunggu-tunggu setiap pasangan ya, Bun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mbak Hana, harta yang tak ternilai. Makasih sudah berkunjung.

      Hapus
  23. Jadi kangen Ibu, Bundaaa~
    Semoga Allah merahmati para Ibu di manapun berada.

    Barakallahu fiikum.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lendy, alhambulillah tulisan bunda bisa bikin Lendy kangen sama ibunya Lendy. Bunda jadi dapat pahala nih.

      Hapus
  24. Mrembes saya bund, saya masih mendambakan hadirnya momongan. Saya jadi rindu kepada ibu saya, ya Allah lindungilah mereka dalam perlindungan yang sebaik-baiknya. AaMIIN

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nyi Penengah, apa sampai sekarang belum hadir? Maaf tidak maksud menyinggung lho, cuma sebagai seorang bunda, nama aja? Do'a dari bunda pastinya terselip ditengah do'a untuk ancuman bunda. Aamiin.

      Hapus
  25. Seperti saya dulu, puting ke dalam dan bikin kesusahan menyusui. Anak pertama suka gtu :(
    Akhirya saya rajin bikin tulisan supaya ibu2 yg baru pertama kali hamil jg harus perhatikan dulu PD-nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebetulnya sih gak usahs bingung atau riweuh, karena ada pompa ajaib yang bisa mengeluarkan cairan air susu dari PD kita. Alhamdulillah, bagus banget postingan berdasar pengalaman pribadi kita yang sulit menyusukan the bagy karena puting susu kurang keluar.

      Hapus
  26. Aih Bundaaaa... baca ini jadi pengin peluk-peluk ibuku. Jadi teringat banyak sekali dosa pada ibunda yang telah menyayangi dan mengasihi selama ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tulisan bunda beberapa juga karena terinspirasi dari pengalaman bunda menghadapi, mendengar tentang anak-anak yang setelah dewasa dan mapan malah arogan sama ibunya. Makasih, Niek, kunjugannya ke blog bunda.

      Hapus
  27. Bunfa sayang sehat selalu dan terus menginpirasi. Love you Bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitu juga dengan Zia, ya. agar menjaga kesehatan demi si kecil permata hati. Terima kasih kunjungan Zia.

      Hapus
  28. Duh bunda baca ini inget alm. MAMA ku nih,,sehat terus ya bunda 😙

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, bunda kirim doa alfatihah untuk beliau, ya, Mel. Makasih do'a Amel buat bunda.

      Hapus
  29. Terima kasih atas remindernya Bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Heni Puspita. Terima kasih sudah berkunjung

      Hapus
  30. Persis yg dialami adik iparku. Baru2 ini dia melahirkan, kesulitan menyusui karena putingnya datar, udah gitu asinya yg keluar hanya sedikit, tambah lagi bayinya rewel terus. Kompleks deh dramanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jaman now mah gak usah khawatir tentang susu yang datar, hehe...sudah ada solusi yang bisa dengan mudah diambil, yaitu dengan beli breast pump aja kan. Semakin sering diisap oleh si bayi semakin mulai akan gencar air susu. Tapi harus sabar.

      Hapus
  31. Hiks, baca pesan yang di bawah itu, nyes banget. Inget nenekku yg udah ninggal, inget mertuaku yg udah renta, inget emakku yang mulai menua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Noe, yang muda-muda akan sampai ke sana juga pada waktunya. Yang penting selagi mereka ada rawat dan sayangilah sepenuh hati. Kalau jauh ya ditelpon paling gak.

      Hapus
  32. Aku juga pernah mengalami payudara bengkak setelah melahirkan. Nyeri dan nyut-nyut an rasanya. Setelah dibantu pompa ASI nya oleh perawat RS, baru lebih enakan rasanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihii...pada waktu itu si bunda awam banget ya, pake nanya ke suster kenapa nih nyut-nyut-an.

      Hapus
  33. MasyaAllah, perjuangan ASI ya Bun...
    untung susternya Pro ASI ya Bun :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi membuahkan hasil koq, jadi happy bangetlah, dapat suster yang baik pulak. Maklum Ibu kandung, atau ibu sambung sudah tak ada, hiks..

      Hapus
  34. Dari jaman dulu ASI sudah disarankan ya di tempat bersalin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lidya, atuh dari jaman baheula udah, tapi orang jaman dulu mah pan gak mengenal yang namanya pompa-pompaan gitu. Langsung aja dikasih air tajin.

      Hapus
  35. Aku abis lahiran sempat susah kasih ASI. Beruntung perawat nya telaten ngajari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, pasti perawat itu cucu perawatnya bunda dulu, hehehe...

      Hapus
  36. Bundaa, pasti anak membaca tulisan ini jadi semakin sayang ama bunda karena kasih sayang yang tercurah dengan baik. Alhamdululillah bundaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alida, mereka gak ada yang suka ngeblog jadi paling-paling bunda sharing ke lapaknya di facebook. Bunda sehat wal'afiat karena mereka ada, Alida. Ada untuk bunda dan semua kesulitan bunda. Aamiin.

      Hapus
  37. Duhh Bunda aku terharu banget bacanya,,ya Allah jadi inget alm. Mama,,, semoga bunda sehat dan bahagia terus ya bersama ana cucu.

    BalasHapus
  38. Bunda Yati tahun 1969 sudah melahirkan dan aku masih ada di alam mana ya, cerita Bunda Yati mengingatkan saya juga saat-saat bahagia melahirkan dan menyusui

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaaa...Mbak Rani masih di langit yang ketujuh, hehe... Setiap wanita yang sehat dan normal pasti akan merasakan saat-saat bahagia itu ketika pertama kali air susu dari tubuhnya memberi kekuatan kepada sang permata hati.

      Hapus
  39. Kerasa banget arti seorang ibu ketika kita telah menjadi ibu. Saat menyusui pertama kali, saat terindah dalam hidup kita ya, Bunda.. Sedih aku malam ini karena mulai belajar menyapih anakku yang sebentar lagi 2 tahun. Nggak kerasa, moment mesra ini akan segera berakhir. Maaf, Bunda. Juli jd curhat...hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, Juli di situlah letak keinginan bunda mengangkat cerita ini sebagai topik postingan bunda. Kenapa? Karena tidak semua anak-anak yang dilahirkan setelah mereka dewasa dan melahirkan mengingat pengorbanan sang ibu walaupun mereka telah juga mengalami.

      Hapus
  40. Belum sampai fase ini saya Bund. tapi mulai belajar banyak dari kisah ini.
    Terima kasih ya bund, untuk memberikan pemahaman perjuangan seorang ibu

    BalasHapus
    Balasan
    1. In shaa Allah, andaikan sampe ke fase ini gak kaget lagi, ya. Jangan pernah lupa akan perjuangan seorang ibu.

      Hapus
  41. Lho aku sudah mampir ke sini bun. malah bagian kedua yang belum kubaca nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...gakpapa, Mbak Leyla Hana, nanti bacanya jadi flashback.

      Hapus
  42. Menjadi ibu memang anugerah ya bunda.. tapi dibarengi dengan pengorbanan dan perjuangan tanpa henti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tak ada anugerah yang lebih besar dari Allah Swt selain anugerah titipanNya. Terima kasih kunjungan indah.

      Hapus
  43. Katanya seorang anak perempuan akan baru benar-benar sadar tentang pengorbanan sang ibu itu ya ketika melahirkan. Dan itu benar, Bunda. Aku pas menahan sakit mau lahiran, yang ada dipikiranku ibuu terus. Oo, jadi gini rasanya yaaa ibuku dulu melahirkanku. Al Fatihan untuk semua ibu di dunia ini :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. itulah sebabnya, sayangku Rotun, beberapa postingan bunda yang terbaru selalu mengupas tentang keharus menghargai, menyayangi ibu kala renta. Karena semua orang pasti akan berada di sana kecuali Allah menghendaki lain.

      Hapus
  44. Saya jadi teringat momen-momen menyusui. Paling senang kalau lihat mata bayi yang menatap ke arah kita. Lucuu ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah tautan batin yang mulai bersatu. Ya, kala itu.

      Hapus
  45. Melahirkan dan menyusui selalu jadi momen terindah bagi seorang wanita atau ibu, apalagi jika itu anak pertama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagi bunda bukan ketika melahirkan anak pertama saja, tapi ketika saat-saat melahirkan dan menyusui setiap anak lho menjadi momen paling terindah. Semoga Dewi dalam lindunganNya dan sedang menikmati rasa syukur memiliki permata-permata hati. Aamiin.

      Hapus
  46. Hiks. Jadi mewek baca ini. Ingat Mama di kampung. Ingat juga betapa kami tidak akrab...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amma, tidak akrabnya kenapa? Karena berjauhan? Kalau itu sebabnya kan gampang banget menyapanya. "Ma, lagi ngapain" -- itu yang selalu dilakukan anak bunda yang jauh kalau dia lagi kangen, tapi kami memang memiliki hubungan yang akrab. Jadi rasa kangen itu gak ada abis-abisnya, hehe...

      Hapus
  47. Ingatanku melayang ke pagi di mana aku melahirkan anakku, Mbak. Haru banget. Ngilu-ngilu, badan rasanya remuk redam dan jahitan yang putus satu. Ah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihiii...itulah sensasinya, diyanika. Bunda mah bukan jahitan tapi ketika anak yang kedua lahir (kelahiran yang ketiga) itu beratnya lebih dari 3 kg. jadi bukan dijahit tapi disulam, haha...

      Hapus
  48. Pas udah jelang 50 ini, aku suka kangen masa2 hamil-melahirkan-menyusui...itu moment tak terlupakan dan indah ya Bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...bunda kirain cuman bunda yang suka ngebayangin yang seperti. Khayalan yang tak berujung x ya karena kangennya memiliki bayi, apalagi cucu-cucu bunda sudah pada gede.

      Hapus
  49. Makasih Bunda udah mengingatkan bagaimana menyayangi dan menghargai orangtua, aku jadi kangen ortu ku :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama. Dengan cara itu salah satu cara untuk menyadarkan mereka yang ignore keberadaan orangtua kala mereka sedang sukses dan bergelimang materi. Alhamdulillah.

      Hapus
  50. Dan masa-masa melahirkan dan menyusui itu insyaallah akan saya lalui lagi beberapa bulan ke depan :)

    Makasih ceritanya, Bunda :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Selamat menikmati moment anugerah dari Allah. Semoga kuat dan penuh semangat menanti dengan penuh cinta kehadirannya.

      Hapus
  51. Saat menyusui bayiku Yasmin untuk pertama kali, aku juga bahagia banget.
    Posisi kita saat menyusui itu yah Bun, demikian intens.

    Saat itulah aku semakin paham mengapa kita dianjurkan menyusi buah hati hingga 2 tahun.
    Kemesraan dan ikatan itu memang bagai investasi.
    Ia akan terus mengiringi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, sekarang Yasmin pasti sudah remaja putri nih. Betul sekali, Anna, bunda jadi kepengen lagi nih menyusui, hehehe...

      Hapus
  52. Sama mba puting saya yang kiri juga datar, jadi anak-anak saya hanya menyusu dari sebelah kanan saja. Nyesel juga sih kenapa saya gak berusaha waktu itu. Semangat ngASI yaa mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho! Gak dianjurkan oleh dokternya untuk tetap dicoba memberikan yang sebelah kiri, Ria Nugros? Hehe...semangat ngASI.

      Hapus
  53. Journey to motherhood ini temanya bund Yati :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda lebih memilih The Most Beautiful Moments as a Mother. Thank you for being here, Salma.

      Hapus
  54. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu