Bersegeralah Menuntaskan Apa yang Ingin Kau Lakukan
Day-23 Bersegeralah Menuntaskan Apa yang Ingin Kau Lakukan.
Perasaan menyesal itu sebetulnya tidak seharusnya ada dan tertinggal di relung hati kita yang paling dalam sekalipun. Jangan kita berusaha untuk menyimpan penyesalan. Ungkapkan pada seseorang atau lakukan sesuatu, baik berupa meditasi dengan berzikir sambil mohon petunjuk dan bertanya pada diri mengapa hal itu harus terjadi sehingga penyesalan tertinggal di dasar hati. Cepat selesaikan. Penyesalan yang disimpan akan menyebabkan kesehatan kita merasakan ketidak-nyamanan, bahkan kita bisa sakit karena menyimpan perasaan, apalagi perasaan menyesal.
Pada kesempatan ini dengan postingan yang bertema "Hal yang Disesali Saat ini" aku lagi dan lagi selalu bingung untuk menulis apa yang harus kutuliskan. Menyinggung soal penyesalan sejujurnya aku merasa tidak pernah mempunyai penyesalan dalam hidup ini. Apakah aku termasuk individu yang tidak waras, kurang waras atau tidak punya hati, sehingga tidak bisa merasakan penyesalan terhadap segala kejadian-kejadian yang telah aku lalui sepanjang hidupku. Aku sulit sekali merasakan penyesalan. Setiap ada kejadian yang menyakiti hatiku dan menimbulkan rasa sedih aku hanya bisa mengucapkan kata Astaghfirullah Al Aziim. Hati ini kemudian terasa lega.
Ada satu hal yang tak bisa aku lupakan karena rasa kecewa pada diri sendiri. Satu pertanyaan yang selama ini kusimpan, tapi bukan penyesalan. Sebuah kekecewaan menyangkut dalam hati yang berkaitan dengan sebuah tanya: "Kenapa harus menunggu. Kenapa tidak kau lakukan sesegera mungkin. Dan kenapa harus aku tunda hingga akhirnya tak bisa dilaksanakan?"
Aku datang dari keluarga besar, kakak beradik berjumlah 11 (sebelas) orang. Yang tersolid aku dan kakakku. Sejak kecil tak pernah terpisahkan. Nenekku membuatkan kami baju selalu sama dalam model dan warna. Ketika usia kami 20 tahun barulah kami dipisahkan oleh keadaan. Hancurnya hatiku karena dipisahkan dari kakakku tercinta. Usia kami berbeda satu tahun. Kakakku amat menyayangiku luar biasa. Aku tahu itu. Perasaanku mengatakannya.
Untung tak dapat diraih malang pun tak dapat ditolak. Kakakku jatuh sakit. Aku sempat menengoknya beberapa kali. Menurut keponakanku yang ada diujung bibirnya hanya namaku yang bergantung. Tak ada yang lain.
Kami tumbuh dan berkembang masing-masing dengan keluarga kecil kami. Usia kami beranjak ke-60 ketika aku memiliki cita-cita untuk mengajaknya bersantap bareng. Hanya aku dan kakakku. Namun jarak tempat tinggal yang memisahkan kami menyebabkan hal itu tak pernah menjadi kenyataan. Aku ingin mengajaknya keluar hanya untuk mengajaknya makan bersama di sebuah restoran. Aku amat tahu tak mungkin dia mengecap saat-saat seperti yang aku rencanakan untuknya. Anak perempuannya yang amat berbakti kepadanya -- seorang pegawai perusahaan swasta yang penuh dengan dedikasi dan kesibukan kecil kemungkinan untuk melakukan hal ini. Menanggung hidup dua orang keponakan kandungnya, menyekolahkan mereka hingga mereka mampu menamatkan sekolah SMA. Mungkin mereka sekarang sudah duduk di Perguruann Tinggi, berkat keponakanku.
Pasti tidak ada waktu yang bisa disisihkan untuk sang Ibu. Sedangkan aku seringkali diajak anak-anakku makan ke restoran yang mungkin tak pernah ia rasakan. Aku yang ingin membawanya ke luar dari zona kejenuhan. Aku yang akan mentraktirnya. Dan aku yang akan menjemput serta memulangkannya. Kami ingin menghirup kembali kebersamaan yang pernah kami rasakan bersama puluhan tahun yang lalu. Tapi kenapa tak segera aku laksanakan. Menunggu dan menunggu sementara usia semakin memerangkap diri.
Ia kakakku yang paling dekat di hati. Innanilahi wainailaihi rojiuun. Ini adalah tahun kedua kakakku meninggalkan kami semua tanpa merasakan kebersamaan duduk satu meja di rumah makan bersamaku. Kenapa harus ditunda hingga tak ada waktu lagi untuk bersama. Aku kecewa pada diri sendiri tapi bukan penyesalan. Allah Maha Mengatur segalanya. Rasa kecewa pun harus tuntas dengan keikhlasan yang menyertainya. Semoga kakakku mendapat tempat yang layak di sisiNya. Aamiin.
Last but no least: Bersegeralah Menuntaskan Apa yang Ingin Kau Lakukan. Keinginan dan niat yang baik jangan ditunda-tunda. Segera tuntaskan. Jangan tunggu hari esok, selagi kau bisa. Karena ajal selalu mengintip di sepersekian detik waktu kita.
Perasaan menyesal itu sebetulnya tidak seharusnya ada dan tertinggal di relung hati kita yang paling dalam sekalipun. Jangan kita berusaha untuk menyimpan penyesalan. Ungkapkan pada seseorang atau lakukan sesuatu, baik berupa meditasi dengan berzikir sambil mohon petunjuk dan bertanya pada diri mengapa hal itu harus terjadi sehingga penyesalan tertinggal di dasar hati. Cepat selesaikan. Penyesalan yang disimpan akan menyebabkan kesehatan kita merasakan ketidak-nyamanan, bahkan kita bisa sakit karena menyimpan perasaan, apalagi perasaan menyesal.
Pada kesempatan ini dengan postingan yang bertema "Hal yang Disesali Saat ini" aku lagi dan lagi selalu bingung untuk menulis apa yang harus kutuliskan. Menyinggung soal penyesalan sejujurnya aku merasa tidak pernah mempunyai penyesalan dalam hidup ini. Apakah aku termasuk individu yang tidak waras, kurang waras atau tidak punya hati, sehingga tidak bisa merasakan penyesalan terhadap segala kejadian-kejadian yang telah aku lalui sepanjang hidupku. Aku sulit sekali merasakan penyesalan. Setiap ada kejadian yang menyakiti hatiku dan menimbulkan rasa sedih aku hanya bisa mengucapkan kata Astaghfirullah Al Aziim. Hati ini kemudian terasa lega.
Ada satu hal yang tak bisa aku lupakan karena rasa kecewa pada diri sendiri. Satu pertanyaan yang selama ini kusimpan, tapi bukan penyesalan. Sebuah kekecewaan menyangkut dalam hati yang berkaitan dengan sebuah tanya: "Kenapa harus menunggu. Kenapa tidak kau lakukan sesegera mungkin. Dan kenapa harus aku tunda hingga akhirnya tak bisa dilaksanakan?"
Aku datang dari keluarga besar, kakak beradik berjumlah 11 (sebelas) orang. Yang tersolid aku dan kakakku. Sejak kecil tak pernah terpisahkan. Nenekku membuatkan kami baju selalu sama dalam model dan warna. Ketika usia kami 20 tahun barulah kami dipisahkan oleh keadaan. Hancurnya hatiku karena dipisahkan dari kakakku tercinta. Usia kami berbeda satu tahun. Kakakku amat menyayangiku luar biasa. Aku tahu itu. Perasaanku mengatakannya.
Untung tak dapat diraih malang pun tak dapat ditolak. Kakakku jatuh sakit. Aku sempat menengoknya beberapa kali. Menurut keponakanku yang ada diujung bibirnya hanya namaku yang bergantung. Tak ada yang lain.
Kami tumbuh dan berkembang masing-masing dengan keluarga kecil kami. Usia kami beranjak ke-60 ketika aku memiliki cita-cita untuk mengajaknya bersantap bareng. Hanya aku dan kakakku. Namun jarak tempat tinggal yang memisahkan kami menyebabkan hal itu tak pernah menjadi kenyataan. Aku ingin mengajaknya keluar hanya untuk mengajaknya makan bersama di sebuah restoran. Aku amat tahu tak mungkin dia mengecap saat-saat seperti yang aku rencanakan untuknya. Anak perempuannya yang amat berbakti kepadanya -- seorang pegawai perusahaan swasta yang penuh dengan dedikasi dan kesibukan kecil kemungkinan untuk melakukan hal ini. Menanggung hidup dua orang keponakan kandungnya, menyekolahkan mereka hingga mereka mampu menamatkan sekolah SMA. Mungkin mereka sekarang sudah duduk di Perguruann Tinggi, berkat keponakanku.
Pasti tidak ada waktu yang bisa disisihkan untuk sang Ibu. Sedangkan aku seringkali diajak anak-anakku makan ke restoran yang mungkin tak pernah ia rasakan. Aku yang ingin membawanya ke luar dari zona kejenuhan. Aku yang akan mentraktirnya. Dan aku yang akan menjemput serta memulangkannya. Kami ingin menghirup kembali kebersamaan yang pernah kami rasakan bersama puluhan tahun yang lalu. Tapi kenapa tak segera aku laksanakan. Menunggu dan menunggu sementara usia semakin memerangkap diri.
Ia kakakku yang paling dekat di hati. Innanilahi wainailaihi rojiuun. Ini adalah tahun kedua kakakku meninggalkan kami semua tanpa merasakan kebersamaan duduk satu meja di rumah makan bersamaku. Kenapa harus ditunda hingga tak ada waktu lagi untuk bersama. Aku kecewa pada diri sendiri tapi bukan penyesalan. Allah Maha Mengatur segalanya. Rasa kecewa pun harus tuntas dengan keikhlasan yang menyertainya. Semoga kakakku mendapat tempat yang layak di sisiNya. Aamiin.
Last but no least: Bersegeralah Menuntaskan Apa yang Ingin Kau Lakukan. Keinginan dan niat yang baik jangan ditunda-tunda. Segera tuntaskan. Jangan tunggu hari esok, selagi kau bisa. Karena ajal selalu mengintip di sepersekian detik waktu kita.
Do good things immediately,
don't wait until tomorrow.
Seru ya bun, punya 11 saudara. Solid bersama kakak, aah itu impian saya loh punya kakak dan bisa bertukar pakaian dengan kakak, sayang saya tidak punya kakak. Ups jadi curhat.
BalasHapusMbak Lusi, bunda dan kakak bunda yg dari kecil nersa nenek selalu dibuatkan baju sama lho, kembaran terus sampe usia 12 th.
HapusBener banget mba. Menunda sama dengan menambah tambahan list kerjaan untuk berikutnya. Wah, keluarga besar ya! Seperti mamaku, keluarganya ada 10 bersaudara. Semoga kita masih sempat melakukan banyak kebaikan tanpa menundanya, sebelum ajal menjemput ya mba. Aamiinn.
BalasHapusJika diniatkan padti nisa aamiin
HapusIya banget nih, Bun. Ihiks... aku nih payaaaah banget dalam hal tuntas menuntaskan. Jadinya banyak mandek. Kudu ditampar bolak-balik ini mah, Bun. :((((
BalasHapusLha koq ditampar bolak balik toh? Pada merah dooonk pipinya, hehe...
HapusAduh bunda dari judul saja sudah kesenggol, saya lho paling sering menunda-nunda pekerjaan yang pada akhirnya bakal bikin sengsara diri sendiri.
BalasHapusUntuk kakak bunda semoga tenang disana dan mendapat tempat terbaik disisiNya aamiin
Kesenggol tp gak jatoh, kan?
HapusAamiin utk do'anya.
Masya Allah bun.. beritanya sedih sekali.. 5 perkara sebelum 5 perkara ya bun. Terimakasih sudah mengingatkan 🙏
BalasHapusTerima kasih, Hikmah. Jd inget Aa Gym
HapusKalo aku bubd, kadang kalo ingat hal yang harus dikerjakan tapi mesti ditunda tunda itu nggak tenang rasanya ngelakuin sesuatu. Kepikiran terus. Tapi kalau dudah dikerjakan, tenang banget rasanya
BalasHapusMemang itu kuncinya, kerjakan segera!
HapusSelalu menyesal belakangan ya bunda. Tapi sudah jalannya tinggal kita merelakan dan berdo'a yang terbaik untuknya.
BalasHapusBetul, Allah Mengatur segalanya
HapusAlangkah baiknya memang semua keinginan atau niat baik segera dilakukan ya.. Sebelum ada penyesalan di kemudian hari :(
BalasHapusTapi memang sudah jalan takdinya, kita hanya bisa berdoa semoga ditempatkan yang terbaik di sisi Allah.. Aamiin..
Betul sekali, kita bkleh menyuzun rencana, tp Allah Maha Penentu.
HapusTerima kasih do'anya
Bunda, aku turut bersimpati ya.
BalasHapusTapi masih ada kog yang bisa kita berikan.
Mendoakan hal-hal baik buat beliau, atau orang-orang yang dulu pernah di sekeliling beliau.
Semoga diberikan hanya yang terbaik oleh Allah SWT.
Aamiin...
Aamiin, Terima kasih do'anya.
HapusSepakat bunda...
BalasHapusBersegera dalam
Kebaikan dan ibadah itu jg ajaran agama kok...
Kadang kita terlena sm waktu yg pasti gak bs kembali
Turut berduka ya bun
Terima kasih, Ophie.
HapusTurut berduka ya Bund..... Aku setuju, jangan menunda apalagi kalau itu niat baik.
BalasHapusWitri, terima kasih belasungkawanya.
HapusTetap kuat ya Bund, semua yang kita nikmati di dunia ini memang hanya titpan. Saya juga selalu berusaha menuntaskan, tapi kadang kebanyakan nundanya. Pelan-pelan belajar ah.
BalasHapusYuk, kita sama-sama perbaiki prioritas apa yg seharusnya kita dahulukan.
HapusSetuju bun.. kadang suka sepele ya bun, menunda-nunda berbuat kebaikan padahal ada berkah di dalamnya.
BalasHapusMemang mengalahkan diri sendiri tdk semudah mengalahkan orang lain, ya.
HapusIya, mbak Tuti itu karena biasanya kita sulit mengalahkan diri sendiri
HapusInnalilahi wa Inna ilaihi Raji'un turut berduka cita bun, sedih banget bacanya..kakak paling kompak ya Bun..
BalasHapusBetul sekali. Sejak kecil tak tak pe terpisahkan dan masa perpisahan itu ketika usia kami cukup dewasa sebenarnya tapi keeratan ikatan hati mengalahkan kesadaran ada Allah yg mengatur segalanya.
Hapus