Kenangan Masa Kecil

Source: analisa.daily.com
Day-25  Memiliki tema Kenangan Masa Kecil. Tema yang tetap akan aku jadikan sebagai judul postinganku. Alih-alih mengingat yang manis-manis pengalamanku ketika kecil, aku malah akan menceritakan kenangan pahit yang bisa membuat aku bahagia bila mengenangnya. Bagaimana mungkin kenangan pahit bisa membuat bahagia. Yuk, ikuti tulisanku berikut.

 Menjelang usiaku 8 tahun sebelum bertemu dengan ayahku (1941) kehidupan kami (aku bersama nenek dan kakek) sangatlah sulit. Saat itu pasca perang sehingga segala barang, sembako dan keperluan sehari-hari sangat sulit didapat. Alhamdulillah kami bisa tinggal di rumah seorang Indo Belanda yang baik hati dan tidak memiliki anak. Rumah yang kami tempati ketika itu terletak di Gang Batu (dulu hingga sekarang gang itu tak pernah berpindah, hehe...letaknya di sebelah Toko Sepatu BATA).  Aku googling sekarang Toko Sepatu Bata itu berdiri dengan megahnya.

Setiap pagi aku dan teman-teman sebaya berlari-lari kecil seolah sedang bermain kejar-kejaran, padahal kami sedang memburu waktu untuk mengais rezeki.  Ketika itu truk-truk berjejer di depan Gedung Berita Antara, yang hingga kini pun masih berdiri di sana, Jalan Antara, Jakarta Pusat -- truk-truk yang membawa beras dalam karung untuk dibagikan kepada pegawai yang bekerja pada pihak Jepang. Begitu karung-karung beras diganco (ditarik menggunakan ganco) untuk dipindahkan ke bahu si kuli panggul,  beraspun jatuh berserakan ke tanah. Kami berebutan masuk ke kolong truk dengan sapu kecil di tangan kanan dan pengki di tangan kiri. Cepat dan cekatan tangan-tangan kecil kami menyapu beras yang bercampur pasir itu ke dalam pengki dan langsung memasukkannya ke dalam kantong yang sengaja kami bawa dari rumah. Aku ingat sekali kami masih sempat tertawa gembira seolah itu adalah satu permainan. Kenangan manis buatku dan aku tak bisa mengingat siapa saja teman-temanku kala kecil dulu.
Source:Google. Seperti ini yang namanya Tampah

Memilah milih pasir di antara butiran beras putih bukanlah hal yang mudah, tapi nenekku pandai sekali menggoyang-goyangkan beras bercampur pasir di atas sebuah tampah. Terus dan terus menggoyangkannya dengan gerak memutar secara teratur tampah itu hingga -- ajaib -- beras itu bisa terpisah dari pasir.  Aku pun puas melihat hasil kerjaku terpakai oleh nenek, nasinya pulen tanpa pasir. Nenekku memang cantik dan pintar serta menyayangi aku. 

Supaya adil sekarang giliran ceritaku mengenai kakekku yang ganteng. Dalam ingatanku masih jelas bekerja di sebuah toko furniture yang letaknya (dulu) di Jalan Petojo, berseberangan dengan patung jembatan Harmoni (setelah googling ternyata aku baru tahu sekarang namanya Patung Hermes). Di depan toko tempat kakek bekerja ada tukang kue pancong. Setiap pulang kerja sore hari kakek selalu membawakan aku kue pancong, warna kekuningan, ada parutan kelapa dan rasanya sangat legit, harum dan lezat.


Gedung Berita ANTARA Source: Google

Baidewei, jangan tanya tahun berapa itu, ya. Karena aku lupa sama sekali mengenai tahunnya tapi tentang tempat-tempat masih terbayang dalam ingatan koq. Gedung Antara dari kejauhan masih tetap di lokasi itu. Sungai Ciliwung telah jadi indah dengan tepian yang rapih, tidak ada getek lagi. Di sungai itu dulu sekali tempat aku dan teman-teman mandi di atas "getek" yang terikat ke sebuah tonggak, jadi tak kan hanyut ke mana-mana. Pasca perang gitu kan mana ada rumah-rumah yang memiliki WC. Mereka, termasuk aku sekeluarga, mandi, bab, bak , cuci pakaian, cuci beras dan lain-lain, ya di sungai Ciliwung, bertengger di atas getek tanpa peduli orang yang lalu lalang di jalan raya. (lagian siapa juga yang mau nengok, hehehe...)

Source: Google, ini lho getek.

Kalau dibandingkan dengan kehidupanku masa kini, alangkah senangnya kehidupanku yang sekarang di jaman teknologi yang serba canggih. Mau apapun tinggal pesan via hape, katakanlah tinggal menjentikkan ibu jari dan  jari tengah nasi padang atau penganan yang lain pun terhidang. Begitu mudahnya. Namun kesulitan hidup jaman dulu ketika dalam keadaan serba ketidakcukupan, sangatlah membawa kebahagiaan bagiku yang tiada tara karena masih ada kakek dan nenek.

Komentar

  1. Cara bunda menjelaskan dan menceritakan masa kecil bunda, sungguh tampak menyenangkan. Haha. Bener banget ya, siapa juga yang mau ngintip di kala itu kallo ada yang buang hajad di pingir sungai. Beda kan kalau sekarang. hahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alida, namanya juga bocah taunya cuma riang gembira.

      Hapus
  2. Masya Allah bund, tahun 1941 berarti bunda lahir sebelum kemerdekaan Indonesia? Beda banget ya masa kecil jaman dulu dan sekarang, beda jauh malah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada typo seharusnya th 1947 instead of 1941. Bunda lahir th 1939, sayangku, Beautyasti

      Hapus
  3. Kenangan masa kecil, baik itu manis ataupun pahit, pasti gak bakal terlupa ya, Bunda. Apalagi kalo masa kecil kita selalu dilimpahi kasih sayang dari orang tua dan kakek nenek.

    Terima kasih sudah berbagi cerita, Bunda.

    BalasHapus
  4. Setuju sama Mak Alida, cara bunda membawa kita ke zaman dulu, begitu nyata.
    Seakan pakai mesin waktu ya.
    Jadi terinspirasi bikin postingan tentang masa kecil, nih

    BalasHapus
  5. Kenangan masa kecil memang sangat berkesan banget ya mbak meskipun teknologi zaman dulu belum secanggih sekarang.

    BalasHapus
  6. Berati tau banget kengerian perang ya Bunda? Duh...

    Mamak saya kalo bawa beras dari Lampung Tengah pasti berpasir Bund. Setiap mau masak harus dirambang dulu biar pasir ama beras terpisah. Hanya orang-orangtua yang bisa melakukannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul, hanya nenek bunda ketika itu yg bisa melakukannya.

      Masih segar dl. Ingatan bagaimana bunda digeret ibu masuk ke lubang perlindungan ug gelap gulita.

      Hapus
  7. Ya Allah Bunda, msih bisa nyeritain di zaman 1941, pra kemerdekaan. Bun, ceritain dong gimana jakarta dan kondisi tempo dulu. 😊 Masa kecil kita tuh kayaknya semua terasa asyik ya Bun, gak ada yang gak nyenengin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi...ada typo harusnya th 1947 instead of 1941.
      Iya, anak2 bunda alhamdulillah tdk mengalami kehidupan masa kecil sepahit bunda.

      Hapus
  8. Al Fatihah buat kakek nenek bunda Yati. Duh, aku jadi kangen kakek nenekku Bun, nangis deh huhuhu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kisah bunda mampu menghidupkan kenangan mbak Rika ke nenek n kakek

      Hapus
  9. MasyaAllah semoga kakek dan nenek tenang di sana dan dimudahkan hisabnya. Getek aku menangin bund dulu jaman banjir hahahha pernah se leher soalnya.

    BalasHapus
  10. Bun, di paragraf awal aku baca berkali-kali, beneran nih 1941 dan memory masa itu terasa sekali. Saya memang penggemar benda serta suasana zaman dulu jadi senang sekali baca artikel ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yunita, memang afa typo hrsnya 1947 instead of 1941. Bunda blm 8 th. Ketemu Papa bunda ya th 1947.

      Hapus
  11. Waah bunda ingatannya masih kuat. Masih dapat mengenang masa kecil tahun 40an ya. Masya Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lina, maaf, memang ada typo yg terlewat utk diedit. Harusnya th 1947 instead of 1941. Usia bunda memasuki usia 8 th, usia yg mampu menyimpan memory dengan baik. Pasti begitu juga dengan Lina.

      Hapus
  12. Bunda keren banget cara menceritakan mengalir banget. Kalau dibikin Novel wow banget Bunda, deskripsinya dapat banget. Mads kecil pahit tapi bahagia ya Bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih pujiannya. Alhamdulillah, betjl ada yg mengatakan kl kita menulis dengan jujur, kata2 akan mengalir dengan lancar.

      Hapus
  13. Saya jd keinget zaman saya kecil, ibu juga suka misahin beras dr kotorannya dengan tempeh itu bun. Tapi seiring waktu krn beli beras kemasan, udah gk lagi :D
    Wah jd Ciliwung dulu ada geteknya ya? Kalau skrng udah lbh bersih ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tulisan bunda tentang puluhan tahun yl. Ya, sekarang sungai Ciliwung sdh berwajah baru.

      Hapus
  14. Kalo anak jaman sekarang dihari tuanya nanti suruh njelasin kenangan masa kecil, mungkin jawabannya Gadget, Game, sosmed gitu kali ya ...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu