Kenangan Ramadhan Saat Masa Kecil

Day-17
Kenangan Ramadhan Saat Masa Kecil  mengingatkan akan saat aku diasuh dan dirawat oleh nenek dan kakekku. Sejak aku tahu arti puasa dari nenek, maka aku menjadi gadis cilik yang selalu bangga kalau puasaku sampai pada waktu berbuka. Kenapa aku begitu bangga? Karena celenganku yang  terbuat dari kaleng itu akan segera terisi dan  bergemerencing uang receh berjatuhan ke dalam celengan itu. Bangganya. 


Nenekku selalu rajin masak makanan baru setiap waktu sahur, walaupun makanan itu hanyalah hati dari bonggol batang pisang yang diiris-iris tipis -- hasilnya menyerupai irisan helaian bawang bombay. Semula aku tak suka, karena pohon di depan rumah dipelihara ternyata dengan maksud untuk dikonsumsi. Memang pada zaman usiaku 5 tahun -- waktu itu saat-saat yang tersulit hidup harus ditempa. Walaupun nenekku tidak memakaikan baju baru di hari lebaran, aku tak peduli. Bahkan aku hanya memiliki baju dua helai saja, nenekku yang menjahit dengan jahitan tangan. Nenekku pandai membuat patron/pola baju tanpa memakai ukuran sentimeter -- hanya diukur dengan jengkalan telapak tangannya.

Aneh bin ajaib, setelah jadi bajuku kelihatan manis, bahan polos dengan diberi rempel-rempel seputar leher dan juga lengan baju. Nenekku pintar juga berkreasi dengan bahan-bahan perca yang diminta nenek  dari tukang jahit. Baju tanpa modal beli bahan itupun disulap nenek menjadi baju yang unik dan menarik. Aku ingat betul ketika kecil setelah lebaran pertama usai dengan hati-hati nenekku memintaku untuk membuka bajuku.

"Besok masih ada satu hari lagi Lebaran, ya. Nanti baju ini juga yang Nneng pake, jadi kalau gak dibuka, pasti besok Nneng akan pake baju kusut," suara nenek seakan masih terngiang di telingaku.

Terkadang aku merasa lucu juga memakai baju yang beraneka coraknya. Maklumlah tak ada uang untuk membeli bahan, jadi dari bahan-bahan perca yang dikumpulkan nenek, jadilah bajuku yang
bagus dan keren. Di bulan Ramadhan itu nenek mengisi  waktunya dengan kesibukan menggunting aneka ragam kain perca menjadi segi-empat yang sama besar. Setiap helai dijahit, disatukan dengan hanya menggunakan jahit tangan. Helai demi helai kain perca bentuk kotak itu sambung-menyambung menjadi satu dengan jahit tangan. Begitu lebarnya hingga bisa dilipat sedemikian rupa untuk menutupi segala jahitan tangan yang agar kasar. Jadilah selimut halus bercorak untukku yang lebarnya seperti bed cover di zaman millenial.


Kenangan Ramadhan Saat Masa Kecil sungguh sulit menghilang dari ingatanku. Bagaimana caranya nenek membangunku untuk sahur. Kesabaran nenek menunggu agar aku benar-benar sudah bangun, barulah beranjak dari tempat tidur. Aku begitu dimanja oleh nenek. Akupun memiliki panggilan sayang ketika kecil yaitu "Nneng" -- nenek selalu memanggilku Nneng geulis, hehe...bagaimanapun di mata seorang nenek -- cucu tetap seorang gadis kecil yang cantik.  

"Kalau Nneng mau rajin puasa, harus sigap ketika dibangunkan. Tidak boleh puasa kalau tidak sahur nanti gak kuat." kata nenek sambil membelai rambutku ketika membangunkanku untuk makan sahur dengan bujukannya.  Rasanya mataku sulit sekali dibuka karena masih ngantuk berat.  Kedua kelopak mata bawah dan atas seakan tak mau dipisahkan. Nenek tetap menunggu di bibir kasur dengan sabar. Ramadhan yang indah kalau ada nenek di sisiku.

Biasanya nenekku akan mengusapkan air dingin ke wajahku dengan lembut. Barulah aku segera bangun.

"Saurnya cuma dengan tumis cabe merah dan bawang merah iris ya," ucap nenek

Ada satu masakan lauk pauk seadanya yang bisa membuat lahap aku makan yaitu kepintaran nenek membuat sambal goreng khas nenek. Sekalipun makan sahur hanya nasi putih ditemani tumisan cabe dan bawang merah iri terasa lezat sekali. Rasa segar dari serai yang juga ikut diiris halus membuat sambal goreng itu super sederhana begitu menggoda seleraku untuk saur dengan semangat. Tak ada kantuk lagi. Maklum anak-anak sebayaku yang tinggal di rumah panjang seperti barak itu juga sudah tidak mau tidur lagi. Mereka bermain dengan asyiknya menunggu beduk subuh bergema. Maklum anak-anak kecil -- mereka lebih baik bermain daripada harus kembali tidur. Tidak seperti kebanyakan para orang dewasa yang malah seolah-olah menyiapkan diri untuk tidur lagi setelah solat subuh, hehe...

Mau tahu seperti apa sih sambal goreng cabe dan bawang merah iris resep nenekku, nanti akan aku buatkan tulisannya di postingan yang lain.  Ah, kenangan Ramadhan saat masa kecil memang selalu akan menempati ruang khusus dalam benakku dan tetap kenangan yang terindah di hati.
Sumber gbr:http://www.zonakreatif.com

Catatan: Melihat bentuk dan corak celemek ini, mungkin dulu itu nenekku bikin bajuku seperti ini, ya. Tapi tetap aku bangga koq karena bentuk baju/roknya bagiku sangat unik berempel-ria di bagian leher dan lengannya.

Lihatlah di masa kini kreasi nenek yang dulu ia buat karena tak bermodal a.k.a tak punya uang, kini para pengusaha malah membuatnya dari bahan yang bagus sengaja di-gunting-gunting dan dijahit kembali -- jadilah sebuah kreasi indah yang dimodernisir menjadi bed cover cantik dengan isian bahan yang bernama dacron terdiri dari beragam kualitas bahan dacron, bahkan ada yang isinya bulu angsa. Alamaaa....pastilah yang ini sangat mahal harganya. Karena berkaitan dengan kreasi nenekku zaman dulu, tak apalah aku menyimpang sedikit dari judul postingan, kan?

Buat rekan-rekan blogger dan Team BPN yang semakin cetar membahana. 
Salut!
Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan
 yang sebentar lagi berakhir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu