Kehamilan Membuat Aku Jadi Wanita Istimewa di Mata Suamiku


 Kehamilan Membuat Aku  Jadi Wanita Istimewa di Mata Suamiku

 




I.        Kehamilan Pertamaku Tidak Terditeksi

Aku menikah di usia yang tidak muda lagi, dua puluh delapan pada tahun 1967 dan aku masih ingin kuliah. Namun apa  yang menjadi kehendakku masih harus aku kalahkan demi memenuhi keinginan ayahku yang sedang sakit payah. Beliau menghendaki aku menikah ketika beliau masih bisa menghirup udara segar anugerah Allah Sang Pencipta.

Setelah pernikahan ini kami berdua tidak merencanakan program apapun.   Intinya kami ingin punya anak secepat mungkin, mengingat usiaku dan suami hanya bertaut dalam hitungan bulan. 

Singkat cerita aku terlambat datang bulan sudah lebih dari dua bulan, tapi ketika memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan -- dinyatakan aku tidak hamil. Begitu juga bulan-bulan berikutnya, hingga memasuki bulan keempat.

Akupun tidak merasakan gejala-gejala hamil seperti menginginkan sesuatu ketika hamil dan lain sebagainya yang biasanya dirasakan oleh ibu-ibu yang sedang hamil muda. Dokter hanya memberiku obat saja untuk penguat kandunganku, walaupun dinyatakan negatif hamil. Pemeriksanaan USG sudah dilakukan masih tetap negatif hasilnya

Pada bulan keberapa usia kandungan (aku lupa mencatatnya) terjadi pendarahan yang tak terkira banyaknya. Aku lemah lunglai sehingga tidak bisa berjalan apalagi masuk kantor. Karena aku merasakan sakit yang amat sangat tak sempat lagi ke Rumah Sakit. Kebetulan rumahku kala itu di perkampungan yang kini sudah jadi Gedung Megah Mall Gandaria City. Satu-satunya jalan  disamping memohon kepada Allah semata juga kepada Ibu Paraji (Dukun Beranak Kampung). Maklum keuangan kami tak memungkinkan untuk ke dokter yang jauh letaknya.

 

Jarak Jalan Gandaria Raya, Kebayoran Baru dengan Salemba Raya, di mana dokterku membuka prakteknya akan memerlukan waktu yang lama dan biaya yang banyak. Untuk naik taksi pastilah tak mungkin karena pencaharian kami berdua sangat minim, sehingga aku pasrah saja dilakukan oleh seorang Paraji (dukun beranak) untuk menghakhiri rasa sakitku. Sakitnya sama dengan kalau kita melahirkan normal.

Perutku diurut, ditekan, badanku dibalik, dimiringkan, sementara aku meringis dan merintih  menahan sakit. Suamiku menggenggam jemariku dengan kuat. Aku menekan telapak tangannya sekuat mungkin agar rasa sakitku berkurang mengalir melalui saraf-saraf kecintaannya untukku. 

Alhasil keluarlah gumpalan daging penuh darah sebesar lenganku bagian bawah, lembut sulit dipegang.   Luar biasa. Daging yang tak berbentuk bayi. Paraji mengangkatnya, diperlihatkan kepadaku, kemudian dibersihkan dengan sangat hati-hati.

Ibu Paraji membungkus seperti layaknya dia mengurus jenazah bayi, memandikan dan mengafani serta menyelesaikan tugasnya hingga menguburkannya di depan kontrakan rumahku. Diberi taburan bunga-bunga. Aku merasa sedih dan menangis kehilangan yang belum aku lihat.  Jabang bayiku tidak berbentuk atau belum terbentuk sudah harus rela aku memakamkannya. 

Mudah2an Allah mempunyai rencana lain untuk kami berdua. Aamiin.

Masih seputar ceritaku tentang kehamilan pertamaku. Kenapa bisa kehamilanku tidak terditeksi sekalipun dalam usia kandungan  sekian minggu? 

Step-step kejadian kami ceritakan kepada dokter kandungana yang merawatku. Beliaupun terheran-heran bagaimana ini bisa terjadi. Tahun 1967 masih gaptek, bahkan sampai sekarang juga masih, hehe... Tidak bisa searching kenapa ini bisa terjadi. Karena searching di Paman Google semua bisa dicari. Tahun 1967 kan belum ada internet, yang  ada hanya OUTLOOK  Dokterku hanya menguatkan hatiku dan berkata dengan bijak apapun  tak kan terjadi  tanpa kehendakNya. Beliaupun memberi jaminan akan penuh bertanggung jawab pada kehamilanku yang berikut, kapanpun itu. Aamiin.

Yuuk, back to Ibu Paraji. dua hari setelah menolongku beliau datang kembali ke rumahku dan memberitahukan kalau dia bermimpi didatangi  seorang pemuda tampan yang tersenyum padanya. Ibu Paraji juga berucap believe it or not yang datang dalam mimpinya itu katanya arwah anakku yang hanya berupa gumpalan darah. Dia laki-laki yang tampan, Bu, ujarnya.

 "Ibu harus memberi dia nama dan menyedekahkan seperangkat pakaian anak-anak kepada siapa saja dengan niat untuk si jabang bayi yang tidak berbentuk. Lebih baik lagi anak yatim piatu"

Walaupun kedengarannya seperti sebuah mitos tetap aku kabulkan permintuaaannya agar aku, jabang bayiku yang tak berbentuk pun tenang serta ke depannya hubunganku dengan Ibu Paraji bisa lancar, just in case terjadi apa-apa pada diriku setelah kejadian tersebut aku masih bisa mngharapkan pertolongannya. Walaupun itu sebuah mitos  tapi kepercayaan masyarakat di desa tempat tinggalku masih terbilang kuat. Allah bersamaku karena hanya Allah yang bisa menjadikan apapun keinginanNya seperti kita membalikkan telapak tangan. Masya Allah. Aku beri nama si jabang bayi yang tak berbentuk ini Muhammad Yusuf. 

Satu tindakan dokter yang harus aku hadapi yaitu melakukan curette  agar peranakanku bersih. Tindakan ini pun tanpa bius jadi sakitnya seolah masih terasa. #bukanlebay

 

II.    Februari 1969 aku dianugerahi oleh Sang Pengcipta seorang bayi laki-laki pada kehamilanku yang kedua. 

 

Janji dokter seperti yang pernah diucapkannya, ia pun siap siaga menjagaku di RS Budi Kemuliaan, sejak pembukaan dua, Allahu Akbar, dengan bantuan dokterku bayi lahir dengan selamat walaupun ketubanku telah pecah ketika aku diminta oleh dokter berjalan-jalan melemaskan otot-otot pinggulku.

Setelah kelahiran kedua ini fisikku terasa sehat dan kuat. Aku bahagia. Kehidupan kami mulai mapan. Aku sebagai pegawai sebuah Organisasi Internasional untuk Anak-Anak, suamiku sekalipun hanya berpenghasilan sebagai seorang Penjahit (Tailor) hidup kami tenang dan damai. Berbicara mengenai rezeki bukan aku berpegang pada mitos di bawah ini:

 "Ada anak ada rezeki"

Rezeki itu bagaimana kita mengelolanya. Sedikit rezeki cukup, banyakpun terkadang kurang."

Kehamilan Membuat Aku Jadi Wanita Istimewa di Mata Suamiku. Betapa tidak!  Semua pakaian persalinanku  yang penuh dengan darah tidak diizinkan orang lain yang mencucinya. Suamiku akan membungkusnya dengan rapih dan di bawa pulang. Yups! Tidak  seorangpun, tidak juga ibuku, atau adikku yang tinggal serumah dengan kami. What a husband.


Mungkin karena aku dan suami sudah memiliki sebuah rumah tempat berteduh tanpa kontrak. Kami tinggal di sebuah komplek cukup besar dan menambah keluarga lagi gak masalah, kan? Hehe...  

 

Boy, Caregiver, Caricature, Cartoon
Photo from Pixabay

Tanjung Priok dekat dengan terminal bis (saat itu). Kini semua suasana dan situasi telah berubah dan membuat aku bingung melihat perkembangan wilayah yang sangat pesat. Di sinilah ketiga anak perempuanku dilahirkan. Setiap 11 bulan lahir satu anak, hehe...asyiknya, tambah disayang suami.

Remaja-remajaku beranjak dewasa dan mereka selesai kuliah. Pada tahun 1989 kami hijrah dari Tanjung Priok ke Tangerang Selatan di mana anak-anakku selesai kuliah dan melepaskan diri dariku. Masing-masing telah berkeluarga. Tinggallah aku sendiri di rumahku yang Home Sweet Home, kecil mungil. Sesekali kami berkumpul. Alangkah indah kehidupan jika kita mensyukuri dan menikmati anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

Last but not least ketiga anak perempuanku hanya seorang yang melahirkan tanpa operasi caesar, yaitu si bontotku.  Alhamdulilla selama mengalami kehamilan-kehamilan ini aku tak pernah merasakan yang biasa dialami oleh wanita hamil yaitu yang disebut "ngidam" bahkan akupun tak merasakan kesulitan ketika hamil. Hebatnya ya aku?

Itulah ceritaku mengenai kehamilan. Mana cerita teman-temanku tercinta. Yuuk, share.

 

Kasih ibu sepanjang jalan. Ibu mengandung selama sembilan bulan sepuluh hari dengan segala suka dukanya dan dengan segenap kasih sayangnya merawat kita dengan penuh cinta.





Komentar

  1. Masya Allah Bunda masih mengingat dengan baik persalinannya ya walau sudah berpuluh tahun yang lalu. Sehat selalu Bunda Yati

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tak kan terlupakan sepanjang hayatvdikandung badan, Amita sayang.

      Hapus
  2. Duh kebayang itu sakitnya curette tanpa bius. Syukurlah persalinan2 selanjutnya lancar ya Bunda. Bahagianya bisa melihat anak2 berkeluarga dan ada cucu2. Sehat selalu ya Bunda Yati

    BalasHapus
  3. wah salut, sudah berpuluh2 tahun tapi bunda masih ingat dengan jelas persalinan anak2nya :) luar biasa, apalagi curette tanpa bius :( ya ampun kebayang sakitnya, semoga bunda sehat2 selalu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kt dokter memang sengaja tdk dibius utk keselamatan pasien. Alhamdulillah, sulit sekali tuk melupakan kebahagiaan melahirkan.

      Hapus
  4. wah setiap 11 bulan melahirkan, setelah anak pertama kehamilannya tak terdeteksi. Alhamdulillah lancar semua ya, Bun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi...emang heibat ya peranakan bunda. Alhamdulillah.

      Hapus
  5. Nggak kebayang waktu kuret huhuhu. Alhamdulillah kehamilan dan kelahiran anak kedua dimudahkan ya bund

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, kehamilan dan kelahiran ke-2, 3, 4 dan 5 berjalan lancar.

      Hapus
  6. Bundaaa sungguh hebat, kuat, setrooong
    Luar biasa Bundaaa
    Btw, Bunda ini usianya berapa? Kok putranya kelahiran thn 1969
    Sebaya dgn ibu mertua saya jangan2
    BuMer saya kelahiran 1946

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda 81 sayang. Yg lahir th 69 meninggal dunia di usia 45 (lelaki satu2nya diambil Penciptanya). Iya, ibu sambung bunda juga memuji ktnya bunda hebat, hehe...

      Hapus
  7. maasyaallah bunda, meski begitu bunda sangatlah hebat, anak-anak bunda pasti sangat bangga memiliki bunda yang luarbiasa seperti ini

    BalasHapus
  8. Masya Allah..Bunda Yati, aku begitu menikmati setiap cerita dalam tulisannya.
    Semoga selalu diberkahi untuk segenap keluarga ya..
    Dan good luck untuk lombanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank u a million tons utk do'anya. Jarang banget bunda menang kl ikutan lomba. Gak apa yg penting blog terisi postingan.

      Hapus
  9. Masya Allah Bunda ...cerita kehamilan yang mengesankan dan penuh suka duka. Sama, anak pertama saya pun tiada..tapi sudah sempat lahir dan hidup 13 hari lamanya. Insya Allah ada hikmah di balik semua kisah ya...Sehat selalu Bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali suka duka yg bikin bahagia. Alhamdulillah madib bisa mdlihst wajahnya dan Dian sdh punya tabungan di alam sana.

      Hapus
  10. selamat menjadi ibuu untuk semua bumill di indonesiaa.. semoga sehat2 debay dan mommynya lancar luncurr sampai hari H.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Juga semoga kita semua dilindungi Allah dan diberi kekuatan dan ketabahan dlm menghadapi segala cobaan.

      Hapus
  11. Alhamdulillah bunda luar biasa hebat ya Bun. Aku Do'akan selalu bunda sehat dan kuat ya bun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, Alida. Do'a yg sama utk Alida dan keluarga.

      Hapus
  12. Terharu baca kisah ini. Aku sekarang 22 tahun, pesimis. Tapi apa salahnya berprasangka baik dengan pencipta. Soal punya anak, aku masih merefleksi, apakah aku sanggup? Btw terimakasih artikelnya bunda Yati, sangat inspiring^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kikyyy...gak boleh pesimis menghadapi masalah apapun, aplg kl yg menyangkut pernikahan dan kehamilan, 2 hal yg akan membuat para wanita bahagia. Alhamdulillah kl memang itu jadi satu inspiring artikel. Thank u.

      Hapus
  13. Aku jadi ingat waktu hamil anakku, gak sadar kalau hamil lalu aku waktu itu nonton konser jejingkrakan, pergi dinas kantor dan traveling. Karena dulu kebetulan aku program anak dan emang gak pernah ngitungin lagi kapan menstruasi ternyata pas mau bepergian menggunakan visa, pas wawancara dikasih tau sama wawancara "cek dulu ya sepertinya kamu sedang hamil". Ternyata bener aja pas aku coba tespek, ada garis dua. Sesuatu yang tidak terbayangkan kala itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca komentar Chichie, in shaa Allzh Chichie pasti bisa menjadi ibu yg tabah dan tangguh. Aamiin.

      Hapus
  14. Terharu banget Bunda kisah kehamilannya, begitu perkasa bisa beberapa kali hamil dan melahirkan. Aku dua kali saja rasanya wow pisan hihihi..sehat selalu ya Bunda Yati sekeluarga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiihii...iya kl andaikan selembar kain, maka sudah banyak bordirannya. Still going strong up to now... dlm blogging dan activitas di rmh.

      Hapus
  15. Bundaaaa makasih banyak sudah share pengalaman berharga. Banyak nasihat
    buat aku terselipp di cerita Bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kl memang manfaat, terutama buat Inda..

      Hapus
  16. What a story, Bunda. I know every mother has one’s stories which give us a lot of lessons in life. Alhamdulillaaaah sekarang anak cucu sehat ya

    BalasHapus
  17. Bundaa...
    Bisa sperti itu yaa, Bun...kisahnya indah untuk dikenang kini..
    Kehamilan pertama hingga yang terakhir.
    Bunda hebat.
    Di Jakarta memang penuh perjuangan, pasti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda kuat sekali..
      Aku yakin sakit banget, karena Ibuku pernah memiliki kisah yang sama ketika bayinya harus keguguran.
      Zaman dulu....pahit-pahit kehidupan tapi sangat manis untuk diceritakan kembali sebagai pembelajaran dan penguatan yaa, Bun.

      Hapus
  18. MasyaAllah Bun perjuangan menjadi ibu sangat luar biasa ya Bund. Setiap anak yang dilahirkan dari rahim Bunda nyatanya memiliki cerita masing2....dan ini sangat menjadi kenangan yang tak terlupakan. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi pembaca.

    BalasHapus
  19. MasyaAllah bunda pernah memiliki perjuangan yg luar biasa yaa, insyaallah anak pertama bunda akan berkumpul kembali di surga

    BalasHapus
  20. terharu bunda bacanya, memang perjalanan kehamilan perempuan itu penuh liku2 ya bund, dan ada aja pertolongan dr Alloh untuk kita yang percaya, insya alloh

    BalasHapus
  21. Masya Allah Bunda... di usia ini masih rajin menulis seperti ini ... menginspirasi banget...Sehat terus ya Bunda, bahagia selalu ..Aamiin Allohumma Aamiin...

    BalasHapus
  22. Sama nih kita Bun, saya juga ga pernah ngidam ketika hamil anak pertama dan kedua. Semua makanan dipenginin lah pokoknya. :))

    Kisah kehamilan pertama Bunda luar biasa nih. Sedih yaaa ketika belahan jiwa yang masih di dalam kandungan harus terpisah gitu. Semoga Muhammad Yusuf bisa menjadi pengangkat pahala kedua orangtuanya ya Bunda.

    BalasHapus
  23. Bundaa...
    Apakabar?
    Sehat2 ya bun...
    Dah lama bgt nih Ophi ga silaturahmi bahkan lewat dunia maya.
    Keren bunda masih semangat ikut lomba blog. Ophi jd pingin ikutan jugak hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamfulillah, Ophie, bunda sehat. Iya wlp gak pernah menang bunda sukak karena sensasinya dan temanya mengena.

      Hapus
  24. ya Allah bunda, aku bacanya sambil meringis2 ngebayangin proses saat pendarahan itu. Ci juga pernah mengalami hal serupa saat beberapa minggu menjelang persalinan, Alhamdulilah bisa diselamatkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, kl Vici bisa diselamatkan tp kl bunda pendarahan bergumpal menjelma dlm mimpi sang Paraji: seorang pemuda tampan. Jd bunda beri nama Muhammad Yusuf Nabi yg terganteng dari semua yg ganteng. Aamiin

      Hapus
  25. baru baja judulnya aja aku udah mesem-mesem sendiri, tapi pas aku baca ceritanya kok mendadak melow ya mba, ngebayangin pas pendarahan huhuhu.

    BalasHapus
  26. Bundaaa, kejadiannya mirip dengan saya. Tiba-tiba aja pendarahan dan perut rasanya seperti kram. Tapi Alhamdulillah saya tidak dicurrate. Ceritanya Bunda menyentuh sekali, terutama kehadiran sosok anak laki-laki tampan yang tersenyum itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bu da tidak sepenuhnya menganggap itu sebuah mifos
      Tp Allah memberi kelebihan kpd umsyNya yg bernama Paraji utk menyampajkan kebahagiaan kpd bunda.

      Hapus
  27. wah masyaAllah bunda perjuangannya.. ceritanya mengalir.. saya setiap hamil, trisemester pertama agak berat dengan mual muntahnya xD pengen deh kalo hamil ga usah ngidam kya bunda gitu, hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Allah memberi kita kelebihan dari kekurangan kita. Allah sangat memanjakan umatNya.

      Hapus
  28. MasyaAllah daya ingat Bunda masih bagus sekali. Maaih ingat bagaimana rasanya melahirkan anak-anak beserts tahunnya dan ingat pas kehamilan anak pertama yang sekarang sudah menunggu di surgaNya.

    Sehat-sehat ya Bundaaaa...bahagia bersama anak-anak dan cucu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Tak ada yg lbh membahahiakan selain mengingat kelahiran anak2 dengan selamat.

      Hapus
  29. Bunda Insaallah yang tiada menjadi tabungan surga, Aamiin. Perjuangan kehamilan seorang ibu adalah surga baginya, Insaallah ya Bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mbsk Eni Martini
      Tabungan bunda di akhirat ya.

      Hapus
  30. Luar biasa bunda. Saya jadi ingat saat saya melahirkan ketiga anak lelaki saya. Yang semuanya lahir normal. Astungkare. Tgl 31 Desember kemarin anak saya pertama menikah. Semoga menantu saya segera bisa mengalami aa yang kita alami. Melahirkan.
    Semoga bunda yang seumur dengan ibu saya selalu sehat. Bunda sangat menginspirasi saya agar menulis di hari tua. Salam sehat dari Bali Bunda.

    BalasHapus
  31. Mbak Riniti, alhamdulillah. Finally mbak Riniti berkunjung ke blog bunda. Yuk semangat jngn mundur dari dunia online ya. S'mangaaat!!

    BalasHapus
  32. Masyaallah bunda, cerita yang mengharukan. Luar biasa ya perjuangannya.
    Di tahun 1968 itu mah bapakku masih anak-anak hehehe

    BalasHapus
  33. Bagus kak informasinya. lanjutkan. https://bikinkaosmurah.com/alamat-kaos-polos-jogja/

    BalasHapus
  34. terimakasih atas infonya semoga bermanfaat. https://squabumin.com/cara-konsumsi-madu-daya-tahan-tubuh-anak-yang-tepat/

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu