Akan Tiba Waktunya Mereka Mengerti Betapa Besar Cinta Kita

Akan Tiba Waktunya Mereka Mengerti Betapa Besar Cinta Kita 

 

 

Proloog:

 

Terinspirasi oleh tayangan-tayangan di televisi (baca: Sinetron), hehehe...tentang maraknya hubungan yang kurang baik dan tidak harmonis antara ibu dan anak atau sebaliknya, terbetik dalam hatiku untuk membuat satu artikel. Dan jadilah tulisanku dengan judul seperti di atas. Kita kaum ibu haruslah memupuk kesabaran yang semakin tebal seiring bertambahnya usia kita dan sejalan dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi dimana kaum yang menyebut dirinya kaum milenial itu seolah "merasa lebih" dalam segala hal, woow....CMIIW. Tapi time will tell, won't it?

Selama hayat masih dikandung badan, maka pertambahan usia seseorang tak dapat dihentikan, kecuali Allah memanggil kita untuk menghadapNya. Membaca judul postinganku kali ini, menjadikanku mengingat seseorang yang istimewa di dunia blogger yang aku geluti sejak tahun 2009. Sosok blogger serba bisa.   Tidak pelit memberi wejangan dan menebar ilmu. Sebelum aku menggeluti dunia online, bahkan beliau telah menjadi panutan setiap blogger yang mengenalnya, terutama bagiku yang sejak mendapat predikat blogger selalu saja masih merasa newbie. Beliaulah tempat bertanya.

Dari Pakde Abdul Cholik (almarhum) aku banyak belajar tentang hubungan antara orangtua dengan anak. Yang masih aku ingat, betapa almarhum menyayangi, menghormati dan mencintai ibundanya yang selalu dibanggakan sebagai Emak. Menurutnya sebagai anak lelaki yang sudah dewasa, sangat mapan dan berpangkat tinggi pulak, Emak (begitu almarhum menyebut ibundanya, yang telah lebih dahulu meninggalkannya.) -- aku lupa apa pangkatnya dan berapa perolehan bintang penghargaan  yang disisipkan di kelepak bajunya atau yang disematkan di atas saku kemeja dinasnya. Pun aku lupa apa persis celotehnya, tapi yang tersangkut dalam memoriku adalah pendapat dan sanggahan Emak kala ia merasa perlu menasihati putranya yang telah mapan hidupnya:

 Aku tidak peduli apa dan siapa kamu serta berapa usiamu! 

Kau tetap anakku, sekali lagi kau tetap anakku! 

Tak ada batasan usia! Titik!

Betapapun tinggi pangkat dan kedudukan seorang anak, seberapapun kekayaan yang dimilikinya, seorang ibu  (dalam hal ini Emak yang amat disayangi oleh PakDe) masih merasa wajar dan wajib memberi nasihat baik berupa saran atau bahkan kata-kata yang sedikit  keras dan tegas demi kebaikan anak yang dicintainya -- feeling atau kata hati seorang ibu kandung itu amatlah kuat -- Seolah mewakili bisikan Sang Pencipta. Believe it or not! 

 

Tak ada yang berbeda!  

Pixabay

Ya, tak ada yang berbeda. Seperti layaknya sebuah lingkaran yang kita buat, pastilah akan bertemu kedua ujungnya di satu titik. Itulah kehidupan yang sudah ditakdirkan oleh Sang Pencipa seluruh makhluk di Jagat Raya milikNya ini.  Ketika mereka menyayangi anak yang dilahirkan sehat tanpa cacat, kecil mungil dan lucu, begitu bangganya para Emak. Tak ada bedanya saat ibumu  menimangmu saat kau masih imut dan menggemaskan. Tentu saja yang aku utarakan  di sini adalah tingkah polah ibu-ibu normal yang sehat jasmani dan rohani. Mereka pun sama sepertimu, bangga, bahagia, serasa ingin terus bisa menimangmu seperti itu. Tapi  tentu saja keinginan itu akan melawan kodrat dari Allah. Bayi kecil mungil itu akan terus tumbuh dan menjadi remaja, dewasa hingga suatu saat kelak mereka  akan berada ditempat kita. Mereka akan sampai pada titik tak berdaya seperti  kita. 

Maha Besar Allah yang telah menciptakan umatNya di bumi ini sebagai kaum perempuan yang memiliki perasaan cinta, kasih sayang seorang ibu serta pengorbanan yang memberikan kebahagiaan dengan  kadar yang sama.

 

Pixabay

So, yakinlah akan wejangan para ibu.  Bagi mereka yang masih memiliki ibu hindarilah untuk menganggap sosok mereka yang telah tua  dan renta tidak lagi dibutuhkan. Bahkan sekasar apapun kata-kata mereka dalam memberikan pendapat, sadarilah perempuan yang sedang ber-cuap-cuap dihadapan kalian adalah perempuan yang telah mengandung kalian sembilan bulan sepuluh hari.  Melahirkan kalian dengan mempertaruhkan nyawa mereka.  Merawatmu dengan penuh kasih sayang hingga menjadikan kalian seperti sekarang. Siapa dan apapun kalian pasti telah melewati, merasakan dan melalui tahap-tahap ini.

Andaipun dia berceloteh membosankan, memberimu nasihat yang sama berulang-ulang, itu adalah karena rasa sayangnya padamu. Atau mungkin kau berpendapat karena kini kau sudah mapan, memenuhi segala kebutuhannya, lalu kau beranggapan itu sudah cukup? Dalam keadaan sakitnya, hingga diujung ajalnya pun dia adalah seorang perempuan dengan sebutan yang sangat amat keramat:  I-b-u

Selagi ibumu masih menyimpan nyawa dalam raganya. Selama perempuan yang disebut ibu itu masih bernafas, maka setiap helaan nafasnya adalah tidak jauh dari mendo'akanmu. Kalaulah itu sebuah perpustakaan dan kau belah dadanya, maka akan terlihatlah susunan sedemikian banyak tumpukan buku-buku yang berisi do'a ibumu. Kau tidak percaya begitu besarnya rasa sayang ibumu untukmu dan tak ternilai pengorbanan yang telah dia lakukan untukmu.  Dan kau masih menganggap dirimu hebat? 

Nops! Stop berpikir seperti itu! Come on! Jauhkan pikiran itu! 

Berbekalkan materi mungkin saja kau bisa tanpa Ibumu. Tapi tanpa doa yang diluncurkannya untukmu hanya Allah yang menciptakanmu yang tahu dan Allah juga yang akan memberikan seberapa besarnya kadar keberkahan rezeki yang akan dicurahkanNya untukmu.

Nah! biarkan mereka menelisik kehidupan mereka bagi yang telah memiliki buah hati hasil buah cinta pernikahan mereka. Biarkan mereka merasakan gemuruh debar jantung  mereka saat  mendengar sesuatu yang burruk menimpa buah hati mereka. Pastilah mereka akan lemah lunglai dibuatnya. Do'a beruntun meluncur dari bibir mereka yang masih ranum merekah. Sama seperti debar jantung kita, para ibu yang merasakan lunglai seluruh sendi-sendi tulang di tubuh kita. Do'a pun meluncur melalui bibir-bibir kita yang telah mulai kering dan kisut. Do'a kita sama teruntainya seperti do'a mereka.

 

Coba kau buka album kenangan ibumu  yang menyimpan semua foto-foto sejak kau lahir sebagai bayi mulus tak berdosa. Kemudian satu persatu kau perhatikan sejarah perkembananmu di album itu hingga kini kau bisa merasakan hasil dari kasih sayangnya yang tak terhingga untukmu. Kau tahu kan ibumu adalah seorang yang selalu menyimpan kenangannya, apa pun itu. Apalagi foto-foto semua anak-anaknya dengan catatan atau coretan berbunyi tulisan yang menggambarkan betapa sayangnya ia padamu.

Pixabay

 

Itu juga yang kau lakukan terhadap sang permata hatimu hasil buah cinta dengan seseorang yang kau sayang yang akan menemanimu hingga hari tua. Bukan begitu? Jadi mengenai perasaan apapun yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta ke dalam segumpal daging yang ada di dalam dada kita masing-masing tak ada yang berbeda. Allah Maha Segalanya

Jadi tak pelak lagi siapa pun dia suatu saat Akan Tiba Waktunya Mereka Mengerti Betapa Besar Cinta Kita -- Ibu/Nyak/Emak/Momi/Umi -- atau sebutan lainnya yang memiliki arti seorang perempuan yang pernah mengandung dan melahirkan anak-anak yang sehat tanpa cacat atau cacat sekalipun. Mereka tak kan sedikitpun membeda-bedakan kasih sayang yang tulus yang dimiliki mereka.

Last but not least  postingan ini dalam rangka mencoba menerapkan pendapat Pakde Abdul Cholik almarhum yang pernah mengatakan jangan takut kehabisan ide untuk membuat postingan. Ide itu pating sliwer.  Sejauh kita jeli menangkap dan memanfaatkannya. Nah, ternyata aku bisa membuat artikel sederhana ini terinspirasi oleh ucapan Ibunda Pakde Cholik, almarhumah yang pastinya diucapkan dalam bahasa Jawa yang aku tak mampu menuliskannya, hanya kira-kira seperti itulah sanggahannya yang membuat Pakde bangga akan Emak alm. yang tegas dan berwibawa.

Kekeramatan Seorang Ibu

Ketika menulis postingan ini aku browsing tentang tulisan yang hampir sejalan dengan isi tulisanku namun memiliki judul laksana sebuah magnit.

Do'a Ibu Memiliki Daya Ampuh Laksana Bisikan Keramat. 

 

 

 

 

 

Referensi:

https://albasir.id/horizon/doa-ibu-memiliki-daya-ampuh-laksana-bisikan-keramat/

Komentar

  1. Bunda Yati apa kabar? Lama sekali baru ketemu blog Bunda Yati lagi.

    Masya Allah Bunda, postingannya menggetarkan hati. Jadi inget mamak kami yang kini nun jauh di Lampung. Bunda Yati sehat-sehat selalu ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulilkah bunda sehat, Ida. Iya betul memang jarang sekali dpt tema yg menggugah semangat ngeblok. Jd malu nih, blogger koq gak rajin mengisi blok ya. In shaa Allah kedepannya harus harus dan harus at least 1 bulan 1 postingan.

      Hapus
  2. Bunda tulisannya mengingatkan saya pada Ibu tercinta. Alhamdulillah Ibu saya masih sehat di Kediri sana, saya ketemunya hanya 2-3 kali setahun...tapi kami rutin ngobrol via telpon. Ah, benar sekali Bunda, Ibu itu segalanya, jasa dan doanya mengiringi kita hingga sampai seperti sekarang. Jadi kangen Ibu sayaaa. Bunda Yati, sehat selalu yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, Dian kl bikin kangen mama. Bunda juga malah hampir tiap hari anak2 VC bunda.Rasa bahagia membuncah.

      Hapus
  3. Jadi kangen pakde juga, alfatiha buat pakde. Jadi ingat juga cerita tentang emak pakde...iya bunda aku ngerasain gimana ngurus bocah zaman now lebih nguras energi rasanua

    BalasHapus
  4. Bunda Yati lama tak besua, semoga sehat selalu. Bicara soal ibu aku harus banyak merenung, belajar bagaimana menjadi seorang ibu yang baik untuk anak-anak agar menumbuhkan seorang generasi yang siap dan matang untuk dilepas ke dunia. Dan aku terlahir dari keluarga yang jarang berkomunikasi, sehingga pelajaran sulit aku petik, perlu waktu lama untuk memahami suatu kejadian. Beda halnya dengan orangtua yang sering ngobrol dengan anak, rasanya pelajaran hidup lebih banyak tertanam dan meresap. Tapi memang tidak ada keluarga yang sama kan Bun, semua isitimewa dengan cara mereka menjalankan keluarganya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, setiap keluarga.punya cara masing2 utk mengayomi anak2 dan keluarganya.

      Hapus
  5. Kok jadi mewek baca postingan bundayati. Ibu memang sempurna tidak ada kesalahan yang ada pada dirinya, namun kadang tuntutan pekerjaan dan aktivitas yang seabrek membuat kita tidak mamu mengontrol emosi untuk tetap sabar menghadapi ibu, semoga hari tua kita menjad lebih bahagia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cup cup cup.....ambil tissue dulu deh, hehehe...lala2 juga bertemu pd satu titik ysitu kasih sayang dan cintaaaa

      Hapus
  6. Masha Allah Ibu, kepak sayab bidadari yang tak pernah lelah melangitkan doa untuk anak-anaknya. Terimakasih bunda yati sudah mengingatkan kami semua.

    BalasHapus
  7. Bunda...apa kabar udah lama sekali ngak pernah ketemu, jadi ingar masa-masa masih aktif kalau ada acara dari KEB suka ketemu Bunda dan emak-emak lainnya. Sekarang saya juga jarang hadir di acara. Terima kasih Bunda sudah mengingatkan meskipun sekarang sudah tidak memiliki lagi ibu dan juga ibu mertua, semoga anak-anak kelak bisa tetap menyayangi ibunya meskipun sudah tidak bisa mengurusi mereka lagi seperti ketika muda dulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tanamkan kepastian itu dlm hati kita para ibu ya.

      Hapus
  8. Berhubung sekarang berstatus ibu, jadi saat membaca tulisan bunda yati rasanya hati makin bergejolak, hehe... Semangat terus untuk kita semua ya...

    BalasHapus
  9. Al fatihah untuk alm pakdhe Cholik dan juga emaknya. Saya pun salut pada beliau yang selalu memuliakan emak.

    Membaca tulisan ini jadi pengingat juga, bahwa walau sudah punya anak tiga, di dalam pandangan ibu saya, saya ini tetaplah anaknya yang butuh untuk dibimbing dan diarahkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, begitu juga nanti bila anak2 Nanik sdh dewasa in shaa Allah akan memiliki pendirian yg sama yg dengan Nanij. Aamiin. Aamiin.

      Hapus
  10. berapapun usianya anak tetaplah seoarang anak ya bun, betul banget. Duh jadi melow aku bun, inget Pakde juga.
    Ibu selalu mendoakan anak-anaknya sampai kapanpun, doa yang baik juga untuk bunda pastinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Lidya, mestinya seperti apa yang diucapkan oleh Emaknya Pakde Cholik ya. Terima kasih sudah berkomentar walaupun karena BW hehe...tapi maaf ya Lidya karena response dari bunda telat banget.

      Hapus
  11. Alhamdulillah ketemu lagi di blog Bunda... Sehat selalu ya Bunda... Bener banget kalau ide menulis itu sebenarnya banyaaak banget.. mulai dari hal receh sampai yang berat..Tinggal kita aja ya yang mau nulis atau nggak hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihiiii....bunda jadi mewek ditampar diane. Ampuun, sayangku.

      Hapus
  12. Bunda yati,sehat-sehat selalu ya bunda,sehat dan semangat. Makasih bunda sudah mengingatkan,kasih sayang ibu memang tak tergantikan,tanpa pamrih,tanpa lelah dan luar biasa..salam sehat selalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Permata hati Echa semuanya jagoan, semoga semuanya termasuk si Papih menyayanngi Echa seperti menyayangi kesih seorang ibu. Aamiin.

      Hapus
  13. Anak.laki laki meski sudah menikah tetap.milik ibunya....wajib patuh dan memberi nafkah kepada ibunya.

    Semakin patuh dan istri mendukung Insya Allah rejeki makin lancar itulah yang saya dan suami.alami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu betul sekali, namun seorang ana lelaki bunda sudah meninggalkan bunda tahun 2014 pada usia 45 tahun. Tinggal 3 diamonds perepuan semua.

      Hapus
  14. Kasih sayang ibu memang engga ada duanya ya... Terima kasih untuk remindernya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berbahagialah mereka yang masih memiliki ibu, karena do'a akan selalu mengalir melalui hatinya yang penuh kasih.

      Hapus
  15. MashaAllah~
    Memang Bunda selalu bisa menyentuh pembaca dari sisi-sisi yang lekat dengan kita semua.
    Suguhan materi Ibu ini menjadi refleksi dan semoga kita semua bisa menjadi Ibu yang dirindukan kehadirannya oleh ananda ketika saatnya mereka telah mampu berdiri sendiri.

    Bundaaa...
    Rindu dengan asupan tulisan Bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. My dear Lendy, bunad beberapa bulan kehilangan ide walaupun katanya idea itu pating sliwer tapi susah banget ya nangkepnya.

      Hapus
  16. Ibu tetaplah ibu, gak peduli anaknya umur berapa.. tetap nganggep anaknya tetap seperti anak kecil yang lemah.

    Jadi pengen meluk ibu... Semoga blogger blogger inspiratif selalu tetap menulis..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terkadang bunda kehilangan ide sama sekali. Mati ide untuk menulis.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu